Semua Hal Tentang Perencanaan Keuangan

6/10/2009 / Posted by santosjerico /

MEMBUKA USAHA SENDIRI

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 848/XVI

Mungkin Anda tidak puas dengan penghasilan yang Anda dapatkan. Atau mungkin Anda masih punya waktu luang di luar pekerjaan utama? Bila Anda merasakan hal itu, mungkin Anda mulai berpikir membuka usaha sendiri di luar pekerjaan utama.

Kita biasa menyebut usaha ini sebagai usaha sampingan. Kalau sekarang Anda ikut mencari penghasilan dalam keluarga, berarti Anda punya dua sumber penghasilan. Jika usaha ini makin lama makin tumbuh besar, Anda bisa memilih untuk konsentrasi di usaha Anda sendiri atau menyerahkan pengelolaan pada orang lain. Sehingga Anda bisa punya lebih banyak waktu untuk diri Anda sendiri, sementara pemasukan terus berjalan. Jadi, usaha sendiri bisa memberikan Anda kebebasan waktu dan uang. Enak kan? Bandingkan dengan apabila Anda bekerja pada orang lain.

Tetapi merintis usaha sendiri tidak segampang itu. Awalnya, Anda harus terlibat penuh dalam usaha tersebut. Anda harus merancang sistemnya, mengatur siapa saja orang-orang yang akan membantu, bagaimana usaha itu bisa berjalan, bagaimana memasarkan, dan lain sebagainya.

Bahkan boleh dibilang, pada awal membuka usaha sendiri membutuhkan usaha yang lebih keras dibanding bila Anda bekerja pada orang lain. Tetapi jika usaha itu sudah mulai berjalan dengan baik, Anda pelan-pelan bisa mulai meninggalkannya dan membiarkan usaha tersebut berjalan dengan sendirinya.

BILA INGIN MEMBUKA USAHA SENDIRI

Sekarang, apa sih yang harus Anda perhatikan kalau ingin membuka usaha sendiri?

Bidang Usaha

Tentukan lebih dulu, bidang usaha macam apa yang ingin Anda jalankan. Apakah Anda ingin menjalankan usaha rumah makan kecil? Atau apakah Anda ingin membuka toko aksesoris seperti Tini, atau justru ingin membuka sebuah butik? Bagaimana kalau toko suvenir yang menjual pernik-pernik lucu seperti gelas-gelas lucu atau semacamnya? Bisa juga kan? Pada prinsipnya, semua bidang usaha tersebut bisa dibagi menjadi:

Bidang usaha yang jarang atau belum ada

Beberapa dari Anda mungkin ragu bila ingin memulai bidang usaha yang belum ada atau masih jarang dilakukan. Tapi itu bukan berarti Anda tidak akan sukses. Tengok Aqua. Ketika pertama kali diperkenalkan, banyak orang ragu apakah Aqua bisa berhasil di pasaran, padahal belum pernah sebelumnya ada pengusaha yang menjual air minum dalam botol. Bahkan pada awalnya banyak yang mencibir: apa ada orang yang mau membeli air dengan harga lebih mahal dari bensin? Apalagi kita bisa memasak air minum sendiri di rumah. Nyatanya Aqua sukses besar.

Bidang usaha yang sudah banyak dilakukan

Bisa juga Anda memulai Bidang Usaha yang sudah banyak dilakukan. Kalau tadi banyak orang ragu untuk memulai bidang usaha yang baru, tapi di lain pihak banyak juga orang yang ragu untuk memulai bidang usaha yang sudah banyak dijalankan. Sebagai contoh, banyak wanita yang ragu untuk membuka butik, karena di sekitarnya sudah banyak yang melakukannya.

Sebenarnya, walau butik Anda baru berdiri, tapi kalau baju-baju yang Anda jual mempunyai kelebihan atau ciri khas dibanding pesaing Anda, selalu ada peluang untuk berhasil. Belum lagi faktor pelayanan yang baik, walau usaha ini banyak pesaingnya, maka peluang berhasil tetap terbuka.

Butik BIG milik seorang artis bernama Hughes misalnya, cukup laku juga tuh. Itu karena butik itu memiliki spesialisasi khusus, yaitu hanya menjual baju yang diperuntukkan bagi wanita yang memiliki berat badan ekstra.

Lokasi

Di mana Anda ingin membuka lokasi usaha Anda? Di rumah sendiri? Atau Anda ingin menyewa sebuah tempat kecil di pinggir jalan? Atau Anda ingin menyewa sebuah ruko? Jangan lupa bahwa dalam beberapa jenis bidang usaha, lokasi memegang peranan yang cukup penting. Anda sendirilah yang harus menentukan lokasi mana yang tepat dalam usaha Anda. Sekali lagi, lokasi memegang peranan yang sangat penting.

Pelanggan

Bagaimana Anda mendapatkan pembeli barang dagangan Anda? Atau bila itu usaha jasa, bagaimana cara Anda akan mendapatkan klien? Apakah Anda akan memulainya dengan mempromosikannya dari mulut ke mulut? Ataukah Anda akan membuat brosur dan meye-barkannya dari rumah ke rumah?

Beberapa orang yang saya kenal mempromosikan usahanya dengan memasang plang di depan tempat usahanya. Ada juga yang mempromosikan usahanya dengan memasang iklan kecil di koran. Atau, kenapa Anda tidak mencoba memasang iklan Anda di internet? Internet terbukti merupakan media yang ampuh dalam menjaring pembeli, walaupun mungkin tidak semuanya.

Yang terpenting di sini adalah Anda sudah harus tahu terlebih dahulu tentang bagaimana cara Anda dalam mendapatkan pembeli atau klien dari usaha Anda. Bila tak ada pembeli, tak akan ada penjualan. Bila tak ada penjualan, maka usaha Anda tidak cukup berhasil. Sederhana sekali.

Tenaga Kerja

Berapa orang yang akan Anda pekerjakan? Apakah hanya Anda sendiri yang bekerja di situ? Apakah Anda juga mempekerjakan sejumlah orang dalam usaha Anda? Mungkin ada baiknya kalau Anda mulai dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit lebih dahulu. Nanti bila usaha Anda makin berkembang, Anda mungkin akan membutuhkan sejumlah tambahan orang yang bisa Anda pekerjakan.

Ada bagusnya bila Anda juga mempekerjakan anggota keluarga Anda. Seperti anak Anda (bila mereka sudah cukup umur tentunya), atau mungkin suami Anda. Dengan mempekerjakan mereka, maka secara tidak langsung mereka juga akan mempunyai rasa ikut memiliki dalam usaha tersebut. Dengan adanya rasa memiliki dari para anggota keluarga, maka dukungan yang diberikan kepada Anda untuk menjalankan usaha tersebut bisa makin besar.

Perencanaan Keuangan

Banyak usaha yang bangkrut karena kehabisan uang tunai. Karena itu penting sekali bagi Anda untuk memperhitungkan jumlah modal awal yang sebaiknya Anda miliki untuk bisa menjalankan usaha Anda. Alangkah baiknya apabila modal tersebut bisa mencukupi untuk membayar pengeluaran perusahaan selama 12 bulan ke depan.

Selain modal awal, apa yang harus Anda lakukan adalah dengan membuat perkiraan arus kas selama 12 bulan ke depan. Perkiraan arus kas adalah perhitungan yang menggambarkan berapa perkiraan arus keluar masuk uang tunai dalam usaha Anda. Sama seperti modal, maka alangkah baiknya kalau Anda memiliki perkiraan arus kas selama 12 bulan ke depan. Dengan demikian, dalam setahun ke depan, usaha Anda diharapkan tidak akan bangkrut hanya gara-gara kehabisan uang tunai.

Di samping hal-hal di atas, ada hal-hal lain yang perlu Anda perhatikan sehubungan dengan gaya berdagang Anda. Memang ada pepatah yang mengatakan bahwa orang baik bahagia hidupnya. Tapi dalam bidang usaha, terlalu baik hati bisa menciptakan sejumlah hambatan. Dan memang banyak pemilik usaha kecil yang terlalu "baik" dalam menjalankan usahanya, seperti:

- Mereka terlalu mengalah terhadap partner atau langganannya

- Mereka menetapkan harga yang pas-pasan saja atas produk dan jasa yang dijualnya

- Mereka terlalu baik hati dan kurang tegas terhadap bawahannya

- Mereka merasa ada sesuatu yang salah, kotor atau tak bermoral kalau mereka mendapatkan uang, keuntungan atau kesempatan.

Karena itu, hindari hal-hal seperti itu. Pengusaha yang baik tidak berlaku baik, tetapi berlaku adil. Adil terhadap partner atau pelanggannya, adil terhadap harga barang dan jasa yang dijualnya, adil terhadap bawahannya, dan tentu saja adil terhadap dirinya sendiri.

Terakhir, yang paling penting, ada satu hal yang harus ada di benak Anda sebelum memulai usaha sendiri, yaitu: SIAP UNTUK GAGAL. Rencanakan keberhasilan Anda, tetapi bersiaplah untuk gagal. Sehingga apabila Anda betul-betul gagal, Anda tidak akan down.

KIAT BEDA UNTUK MENANG

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 904/XVII

Kalau Anda ingat, beberapa edisi yang lalu NOVA pernah memuat profil dari seorang penyanyi muda yang sedang naik daun. Ello namanya. Lengkapnya, sih, Marcello. Dia masih sangat muda, umurnya belum genap 25 tahun. Orangnya ganteng, suaranya bagus, dan aksi panggungnya memukau. Tapi yang mengherankan, waktu itu NOVA sampai memuat foto Ello di halaman paling depan. Judul covernya saya masih ingat: Idola Baru Musik Indonesia. Eleh, eleh...

Yang menarik, kalau Anda perhatikan, beda dengan Grup Musik Peterpan yang sebelumnya dikenal sudah memiliki beberapa album, Ello sendiri baru dikenal publik ketika dia menyanyikan sebuah lagu yang berjudul Pergi Untuk Kembali. Ini, sih, lagu lama, dan kebetulan lagu ini diciptakan oleh ayahnya. Yang mengherankan, lagu-lagu Ello yang lain belum pernah kita dengar di radio-radio. Bahkan di teve juga tidak. Banyak orang bilang bahwa Ello beruntung, lagu pertamanya sudah langsung ngetop dan menjadi hits. Pertanyaannya sederhana: Kok, bisa? Ya, kok, bisa, sih, Ello begitu datang langsung menaklukkan pesaing-pesaingnya? Jawaban saya sederhana, Bapak Ibu: "Karena Ello berbeda..."

Ya, Ello punya suara yang unik. Mungkin bisa dibilang, mirip suara Glenn Fredly. Cuma yang membedakan Ello dengan Glenn selain suaranya, tentu saja fisiknya. Warna kulit mereka berbeda, postur tubuh juga berbeda, bahkan rambut pun beda.

Apa maksud saya menceritakan tentang Ello? Sederhana saja Bu. Mungkin bukan sekali atau dua kali Anda berpikir untuk membuka usaha. Entah itu warung, toko, salon, tempat makan, biro jasa pengurusan surat, laundry, atau apapun itu. Tapi, boro-boro mau membuka, modal, ada, tapi nyalinya itu lo, enggak ada. Kenapa? Karena belum apa-apa Anda seringkali sudah takut dulu melihat usaha serupa yang sudah berdiri lebih dulu. Ya, kan?

Ambil contoh kalau Anda mau buka salon. Sering enggak Anda berpikir: "Wah, dua blok dari sini ada salon lain. Laku, lagi. Kalau saya nekat buka salon juga, apa bisa laku ya?". Hehe. Betul, kan, itu pikiran Anda?

Ibu-ibu, saya cuma ingin bilang bahwa yang namanya persaingan itu sehat. Itu bagus. Kenapa? Karena persaingan umumnya akan membuat pihak-pihak yang bersaing akan semakin memperbaiki diri sehingga kualitas mereka masing-masing biasanya juga akan meningkat. Sekarang masalahnya, bagaimana caranya Anda bisa membuka usaha yang bidangnya sudah dibuka terlebih dahulu oleh pemain lain.

Jadilah berbeda Bu! Sebagai contoh, kalau Anda ingin buka salon sementara dua blok dari rumah Anda sudah terlebih dahulu ada salon yang laku, coba lihat, siapa pasar dari salon yang sudah ada tersebut? Misalnya saja, salon yang sudah terlebih dulu berdiri itu adalah salon yang banyak menjaring para ibu yang ada di sekitar perumahan tempat Anda tinggal. Kalau Anda datang kesana, biasanya tabloid yang ada disitu adalah Tabloid NOVA. Kursi dan meja tunggunya pun adalah kursi dan meja yang dirancang sedemikian rupa agar ibu-ibu yang datang bisa duduk nyaman dan saling ngobrol satu sama lain. Chanel TV-nya pun dipasang yang disukai ibu-ibu muda. Pekerja salonnya pun kebanyakan juga ibu-ibu, sehingga obrolan dengan customer jadi nyambung.

Nah, jika Anda membuka salon dengan konsep yang sama, apa yang terjadi? Apakah Anda yakin sebagian pelanggan salon sebelumnya akan lari ke salon Anda? Itu, kan, harapan Anda?

Padahal itu belum tentu Bu. Ibu-ibu itu pasti akan bilang begini: "Hmm...ada 2 salon yang berdekatan... mirip-mirip lagi... memang, sih, salon yang baru itu kayaknya memang lebih murah....tapi saya, kan, sudah punya langganan, sudah kenal baik lagi, saya ke salon yang biasa saja, deh. Malas nyoba-nyoba lagi. Belum tentu cocok."

Mengerti maksud saya, Bu? Seorang pelanggan, bila dia melihat dua usaha yang lokasinya berdekatan dan memiliki konsep yang sama, dia biasanya akan datang ke usaha yang dia anggap lebih 'berpengalaman'. Bahasa kerennya, lebih orisinil. Ya, kan?

Lo, terus bagaimana, dong, kalau Anda mau buka salon sementara dua blok dari Anda sudah ada salon lain untuk ibu-ibu yang sudah lebih dulu laku? Ya jangan buka salon untuk ibu-ibu. Miliki konsep yang berbeda. Contoh: buka salon untuk anak muda. Untuk anak-anak SMA. Dengan menjadi berbeda, maka Anda akan lebih dikenal orang karena perbedaan Anda.

Kenapa? Ya jelas, mana lagi salon untuk anak muda di daerah Anda? Cuma Anda, kan? Tidak ada lagi. Dengan menjadi berbeda, akan lebih mudah bagi usaha Anda untuk dikenal orang. Kalau orang sudah kenal usaha Anda, semakin besar kemungkinannya usaha Anda bisa lebih laku.

Lo, terus, apa konsep salon yang tepat untuk anak-anak muda? Tempatnya mungkin harus warna-warni. Begitu juga kursinya. Diputar lagu-lagu yang sedang digandrungi anak muda. Sekali lagi bapak ibu, jangan pernah meniru konsep yang sudah sukses terlebih dahulu hanya karena Anda ingin meniru kesuksesannya. Meniru kesuksesan boleh, tetapi jangan pernah meniru konsep, apalagi kalau usaha Anda berdekatan sehingga harus berebut klien atau pelanggan. Miliki konsep yang berbeda.

Jadi, jangan pernah takut bersaing. Salah satu kiat untuk menghadapi adalah memiliki konsep yang berbeda. Jadi, tunggu apa lagi Bapak Ibu. Buka usaha sekarang juga dan jadilah berbeda.

Salam.

Safir Senduk

Perencana Keuangan

KALAU BISA EMPAT, KENAPA HARUS SATU?

Oleh: Ahmad Gozali

Dikutip dari Majalah Alia

Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok pasca kenaikan harga BBM nampaknya sudah bukan hal yang aneh lagi. Bahkan sebelum harga BBM resmi naik, harga-harga sudah mulai naik mendahului. Tentu saja hal ini membawa konsekuensi yang tidak sedikit pada anggaran rumah tangga setiap orang. Otomatis pengeluaran akan bertambah, sementara penghasilan....? nampaknya diam di tempat tak bergerak.

Lalu bagaimana mengatasinya? Dalam keadaan defisit, selalu ada dua jalan keluar. Cara pertama yaitu dengan mengurangi pengeluaran atau melakukan penghematan, dan cara kedua yaitu dengan menambah penghasilannya. Atau jika keduanya dilakukan sekaligus akan lebih baik lagi.

Berhemat adalah cara yang cukup efektif dalam jangka pendek. Tapi hemat juga ada batasnya, lagipula kenaikan harga ini sepertinya bukan cuma sekali. Maka solusi untuk jangka panjang lebih tepat adalah dengan menambah penghasilan agar tidak lebih besar pasak dari pada tiang.

Menambah penghasilan bukan cuma berarti meminta kenaikan gaji pada atasan, atau mencari pekerjaan baru yang lebih menjanjikan. Itu memang bisa dilakukan, tapi tidak selalu berhasil pada setiap orang. Kalau menambah penghasilan dari sumber yang sudah ada sekarang dirasa sulit, maka mau tidak mau Anda harus mencari sumber pemasukan yang lain sebagai tambahan.

Pada dasarnya, ada banyak sumber untuk mendapatkan penghasilan. Dan yang paling populer sekarang ini adalah dengan membagi sumber pemasukan menjadi 4 kelompok. Yaitu sumber pemasukan yang berasal dari bekerja sebagai Karyawan, menjadi Pekerja Mandiri, Pemilik Usaha, atau sebagai Investor. Biasanya sumber pemasukan ini dibagi kedalam kuadran (bidang empat) dan populer dengan sebutan cash flow quadrant.

Bekerja Sebagai Karyawan

Ini adalah sumber penghasilan yang paling populer dan banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat kita. Yaitu dengan menjadi karyawan yang bekerja baik itu di pabrik, perusahaan, pemerintah, maupun usaha kecil. Seorang karyawan mendapatkan penghasilan dari pekerjaannya berupa gaji yang jumlahnya tetap dan pasti. Inilah yang bagi sebagian orang menjadi faktor utama dipilihnya jalur menjadi karyawan sebagai sumber penghasilan. Selain itu, dengan menjadi karyawan juga bisa mendapatkan keamanan dan jaminan masa depan. Misalnya dengan adanya jaminan tunjangan asuransi kesehatan dan pensiun. Biasanya seorang karyawan memiliki jam kerja yang tetap setiap hari, kecuali untuk karyawan pabrik yang punya jadwal shift. Sehingga sulit rasanya untuk bisa menjadikan karyawan sebagai penghasilan tambahan jika sekarang ini sudah bekerja sebagai karyawan di perusahaan lain. Tapi kalau sekarang Anda bukan karyawan, maka tidak ada salahnya untuk menjadi karyawan sebagai side job Anda dan mendapatkan penghasilan tambahan berupa gaji bulanan.

Pekerja Mandiri

Tidak semua orang bisa menjadi pekerja mandiri. Karena ada satu syarat mutlak untuk menjadi pekerja mandiri, yaitu keahlian khusus. Karena menjadi pekerja mandiri adalah menjual keahlian Anda pada orang lain secara freelance. Contoh dari pekerja mandiri adalah seorang dokter yang membuka praktek di rumahnya, pengacara yang menerima tugas mendampingi kliennya, seorang tukang jahit atau katering yang menerima pesanan konsumennya. Seorang pekerja mandiri tidak mendapatkan gaji bulanan seperti halnya karyawan, melainkan mendapatkan honor atau fee langsung dari konsumennya atas jasa yang dilakukannya. Jika Anda memiliki keahlian khusus yang bisa diandalkan, maka menjadi pekerja mandiri nampaknya bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan tambahan. Mungkin selain bekerja sebagai karyawan sekarang ini, Anda bisa juga tetap menerima pesanan kue atau jahitan di luar jam kantor. Atau mungkin menerima panggilan reparasi alat elektronik di malam hari atau hari libur sehingga tidak mengganggu pekerjaan utama.

Pemilik Usaha

Kalau karyawan adalah profesi yang paling populer dan banyak dilakukan orang, maka menjadi pemilik usaha adalah profesi yang paling banyak diinginkan orang, apapun profesinya sekarang. Percaya atau tidak, sebuah survey pernah membuktikan bahwa mayoritas responden mengatakan ingin menjadi pengusaha walaupun mereka pada saat itu kebanyakan bekerja sebagai karyawan swasta atau PNS. Yang dimaksud dengan menjadi pemilik usaha adalah mengandalkan pemasukan terutama dari hasil usaha berupa prive atau deviden, bukan dari gaji bulanan. Kalau Anda sekarang masih menjadi pimpinan di perusahaan Anda sendiri dan menerima gaji rutin setiap bulan, itu artinya Anda masih bisa dikatakan sebagai karyawan. Walaupun Anda pemilik usaha tersebut, tapi penghasilan Anda bukan sebagai pemilik usaha melainkan sebagai karyawan. Pemilik usaha yang saya maksud disini adalah seseorang yang sumber penghasilannya dari usaha yang ia miliki, bukan dari pekerjaan yang ia lakukan. Biasanya, pemilik usaha bisa memiliki banyak waktu luang karena ia hanya perlu mengontorol usahanya sewaktu-waktu saja. Ia masih punya banyak waktu luang untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan cara lain seperti bekerja sebagai karyawan di tempat lain atau menjual keahlian yang dimilikinya. Atau kalau Anda sekarang ini sebagai karyawan dan kebingungan bagaimana caranya mengembangkan dana yang dimiliki sedangkan perbankan tidak bisa menjanjikan hasil yang optimal. Bisa saja Anda membuka warung atau memodali seseorang untuk membuka usaha, lalu Anda tinggal mengontrol dan menikmati keuntungannya saja. Membuka lapangan kerja sekaligus menambah penghasilan keluarga. Dan yang populer juga sekarang ini adalah dengan usaha pemasaran langsung atau MLM, walaupun tidak membuka lapangan kerja baru, tapi bisa menambah penghasilan yang cukup lumayan.

Investor

Ketiga sumber pemasukan di awal tadi membutuhkan banyak aktivitas fisik. Karyawan “menjual” jam kerjanya dengan gaji bulanan, begitu juga pekerja mandiri yang walaupun lebih fleksibel namun tetap saja mengandalkan aktivitas fisik untuk mendapat penghasilannya. Sedangkan pemilik usaha biasanya juga harus bekerja dulu di awalnya sebelum bisa menyerahkan pengelolaan usahanya pada orang lain. Tapi investor beda, investor lebih banyak mengandalkan kekuatan modal dan strategi dalam mengelola dan mengembangkan dana yang dimilikinya. Investor mendapatkan penghasilan tidak dari gaji bulanan, klien yang menyewa jasanya, atau konsumen yang membeli dagangannya. Ia mendapatkan penghasilan dari mengembangkan dana yang dimilikinya baik itu berupa bunga, bagi hasil, capital gain dan sebagainya. Investasi adalah sumber penghasilan tambahan yang bisa dilakukan siapa saja selama ada uang di tangannya. Karena berinevstasi tidak menyita banyak waktu dan bisa dilakukan sambil bekerja. Sementara masalah keahlian mengatur strategi bisa dikerjakan oleh sang ahli yang dibayar berdasarkan keuntungan yang didapat atau berdasarkan aset yang dikelola.

Tapi pertanyaannya sekarang adalah, bisakah seseorang memiliki keempat sumber penghasilan ini sekaligus?

Jawabnya, kenapa tidak? Sebagai seorang karyawan yang saat ini mengandalkan gaji bulanan, Anda bisa saja menjual keahlian yang dimiliki di luar jam kantor, dan menyisihkan sebagian penghasilan Anda selama ini untuk membuka usaha dan berinvestasi. Dengan cara ini Anda bisa memiliki 4 sumber penghasilan sekaligus.

Keahlian apa yang bisa Anda jual, usaha apa yang cocok untuk Anda, dimana investasi yang menguntungkan. Itu urusan belakangan. Yang penting sekarang adalah jangan menutup diri Anda terhadap kemungkinan memiliki berbagai sumber penghasilan (multi source of income).

Jangan lekas puas dan berhenti berusaha hanya karena sudah bisa bekerja sementara masih banyak orang yang menganggur, karena bekerja bukan jaminan bisa mencukupi kebutuhan hidup. Jangan juga lekas puas dan berhenti berusaha hanya karena sudah bisa memiliki usaha yang tidak banyak orang bisa melakukannya, karena usaha terkadang bisa naik dan sebaliknya juga bisa turun. Dan jangan pula lekas puas hanya karena punya investasi dimana-mana, karena tak selamanya investasi itu aman dan menguntungkan.

Namun milikilah sebanyak-banyaknya sumber penghasilan. Karena kalau yang satu turun, masih bisa mengandalkan yang lainnya. Kalau yang satu gagal, masih ada cadangan untuk menutupinya. Kalau bisa memiliki empat sumber penghasilan sekaligus, kenapa cuma punya satu?

Salam

Ahmad Gozali

Perencana Keuangan

HOBI YANG MENGHASILKAN UANG

Oleh: Mike Rini

Dikutip dari Danareksa.com

Sudah bukan jamannya menggantungkan diri dari gaji dan perusahaan tempat bekerja, sebab masih tingginya risiko PHK yang menyebabkan Anda kehilangan pekerjaan. Jika Anda mempunyai hobi yang digilai, mengapa tidak mencoba mendapatkan penghasilan tambahan dari hobi tersebut. Daripada terus menerus dituding sebagai salah satu biang pemborosan, marilah kita mengusahakan hobi kita agar menjadi mesin uang.

Kegilaan orang akan hobi yang ditekuninya, dapat dengan mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seseorang yang hobi berburu barang-barang antik bisa menghabiskan banyak waktu, tenaga dan bahkan uang sampai ratusan juta rupiah yang bagi orang lain seperti sia-sia. Bandingkan dengan tingkah orang yang yang hobi dengan burung perkutut atau ikan Louhan ?

Mungkin terasa tidak masuk akal bagi orang lain. Hobi boleh dibilang sebagai sebuah pemenuhan kebutuhan batiniah untuk melepaskan diri dari kejenuhan dan kelelahan karena rutinitas harian dalam mencari nafkah. Karena sifatnya itulah, yang berlaku dalam soal hobi adalah kesenangan yang tak terhingga. Ketika hobi diboyong ke dalam wilayah bisnis, meski perhitungan laba-rugi, kelayakan usaha, peluang dan lain sebagainya juga dijadikan pertimbangan tapi instinglah yang lebih dominan. Ungkapan yang sering terdengar, nggak masalah untung atau buntung yang penting hobi !

Bekerja Dengan Senang Hati

Tapi itulah sebabnya mengapa kegiatan usaha yang berawal dari hobi seringkali berhasil dengan baik. Dimana salah satu kunci untuk memulai usaha yang sukses adalah bekerja dengan senang hati, seolah kita sedang mengerjakan hobi sampai-sampai lupa waktu dan tidak kenal lelah. Yang pasti ada kesungguhan baik dalam memulai usaha hingga mengembangkannya dan melakukan sesuatu dengan landasan cinta, bukan keterpaksaan agar kita bekerja untuk hasil yang terbaik dan penuh keikhlasan.

Tidak heran jika banyak orang memulai suatu bisnis adalah karena kegemaran atau hobi. Bayangan mendapatkan penghasilan besar dengan melakukan pekerjaan yang disukai memang menjadi keinginan banyak orang. Sebab biasanya orang memang melakukan hal yang terbaik untuk kegiatan yang disukainya, sehingga tidak heran jika hasilnya juga maksimal. Hobi yang dilakukan dengan tujuan awal melepaskan stress, kemudian malah menghasilkan uang tentunya menjadi bonus yang sangat menyenangkan.

Langkah Awal Mengubah Hobi Menjadi Bisnis

Satu hal yang berat dalam melakukan usaha ialah melakukan langkah pertama. Meski demikian, langkah pertama tetap saja melakukannya. Bukankah hal-hal besar itu berawal dari yang kecil, dan langkah seribu, tidak mungkin terjadi tanpa langkah pertama. Apa saja yang harus dilakukan agar hobi kita bisa menghasilkan uang, berikut ini adalah caranya :

Luangkan waktu lebih banyak untuk menekuni hobi Anda, dan hasilkan hasil karya dengan kualitas yang lebih baik dan kuantitas yang lebih banyak. “ Practise makes perfect “ dengan terus berlatih maka kita akan menghasilkan karya yang semakin baik. Hasil karya yang berkualitas tentunya meningkatkan nilai jualnya, apalagi jika banyak orang yang menekuni hobi yang sama, tentunya produk Anda harus mempunyai nilai lebih dibandingkan produk sejenis. Paling tidak hasil karya Anda mampu bersaing di pasaran. Masalahnya ketika hobi yang biasanya dilakukan diwaktu luang jika akhirnya menjadi rutinitas, maka si pehobi cenderung menjadi malas melakukannya.

Hal ini secara alamiah memang terjadi, namun itulah konsekuensi dari perubahan hobi menjadi bisnis. Supaya Anda tidak tersiksa dalam proses perubahan ini, maka lakukanlah secara perlahan atau bertahap, jangan memaksakan diri untuk meluangkan waktu jauh lebih banyak, tetapi sedikit lebih banyak saja dari waktu ke waktu. Misalnya jika bisanya Anda membuat hasil karya sebulan sekali, maka jangan memaksa diri untuk membuat hasil karya seminggu sekali. Tingkatkan produktifitas menjadi sebulan dua kali, kemudian jika sudah merasa nyaman dengan ritme kerja yang baru, jangan ragu-ragu untuk meningkatkan produktifitas setingkat lebih tinggi lagi.

Tambah terus pengetahuan Anda, bisa melalui kursus-kursus, seminar, atau pelatihan yang berhubungan dengan hobi Anda. Biasanya dalam kursus Anda akan mendapatkan semacam sertifikat yang nantinya bisa menaikkan prestise dan kepercayaan pelanggan, sehinggga meningkat daya jual hasil karya Anda.. Selain melalui kursus ada banyak cara yang lebih murah untuk menambah pengetahuan anda, dengan melalui buku, majalah, internet dan berbagai media informasi lainnya.

Belajar langsung dari orang–orang yang sudah ahli atau sudah sukses menjalankan hobi tersebut. Mendapatkan mentor atau bergaul dengan orang yang mempunyai hobi sama juga bisa menjadi cara yang terbaik bagaimana menghasilkan karya yang terbaik dan kompetitif dari segi kulitas juga harga. Sebab yang terpenting dari sebuah hobi yang jadi bisnis adalah apakah orang mau membeli hasil karya yang Anda hasilkan, dan berapa orang mau membayar untuk itu. Nah, dari mereka yang sudah berhasil di hobi yang jadi bisnis yang Anda minatilah Anda bisa mendapatkan informasi mengenai cara menjalankan bisnis tersebut dengan sukses. Lagipula dengan bergaul dengan mereka, hasil karya dan keterampilan anda selalu diukur kemajuanya oleh orang yang kompeten dibidangnya.

Selain itu berada dalam lingkungan yang memiliki minat yang sama juga akan meningkatkan motivasi Anda dalam berbisnis. Jika ada perkumpulan dalam hobi Anda, usahakan untuk bergabung dan aktif. Beberapa hobi mempunyai perkumpulan untuk mewadahi orang-orang yang menggemari hobi yang sama. Ada banyak manfaat yang bisa Anda dapat dengan mengikuti perkumpulan, antara lain : mendapatkan perkembangan terbaru serta informasi-informasi mengenai hobi Anda yang mungkin bisa dimanfaatkan dalam mencari peluang, meningkatkan peluang mendapatkan calon pelanggan, memperoleh promosi gratis untuk usaha Anda, memperluas network.

Tawarkan hasil karya Anda dari satu toko ke toko lain, dari satu orang ke orang lain. Tentu saja, anda diharapkan tak mudah patah semangat jika produk yang anda tawarkan di tolak. dan juga, jangan malu. Dari pengalaman diketahui, orang-orang terdekat bisa menjadi konsumen awal. Cara ini, juga bisa membantu mengatasi kesulitan modal keuangan, karena mereka bisa diminta membayar dimuka, sebelum barang dibuat atau diantarkan

Pada akhirnya semua kembali kepada pilihan kita masing-masing, sebab tidak semua orang beruntung memiliki hobi, atau memiliki hobi yang berpotensi menghasilkan uang. Banyak orang yang tertunda membuka usaha sebab masih bingung menentukan bidang usaha yang diminati. Tetapi bukan berarti jika tidak mempunyai hobi, kemudian tertutup kemungkinan membuka usaha, sebab banyak sumber ide bisnis lainnya yang bisa Anda lakukan.

Kuncinya adalah apapun yang Anda pilih, cintailah ! Dengan melakukan pekerjaan yang dicintai, Anda seperti mempunyai layaknya hobi. Sebaliknya banyak juga orang yang sudah memiliki hobi, namun belum berminat mengubahnya menjadi bisnis yang menghasilkan uang. Mudah-mudah tulisan kali ini menambah wawasan Anda terhadap peluang dan potensi bisnis dari hobi.

Salam

Mike Rini

Perencana Keuangan

MENYELAMATKAN HARTA SAAT BENCANA

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 880/XVI

Tahun 2004 lalu ditutup dengan cerita yang cukup memilukan. Gempa bumi dan gelombang tsunami menghantam Propinsi Naggroe Aceh Darussalam dan Sumatra bagian utara. Diperkirakan ada puluhan ribu orang yang meninggal dunia dan kerugian triliunan rupiah. Perekonomian yang dibangun bertahun-tahun seperti porak poranda seketika. Banyak orang yang sudah membangun usahanya bertahun-tahun, lenyap seketika. Banyak pencari nafkah yang juga sudah bekerja bertahun-tahun, tiba-tiba ditemukan meninggal tersapu gelombang tsunami.

Lalu, pernahkah Anda membayangkan apabila bencana tersebut menimpa Anda? Tuhan Maha Besar. Jadi, apa yang bisa Anda lakukan adalah berdoa dan berusaha.

Berusaha? Ya, berusaha. Paling tidak, pada saat ini Anda pasti sudah memiliki sejumlah harta yang sudah Anda kumpulkan dari hasil jerih payah Anda selama bertahun-tahun. Entah itu tabungan di bank, deposito, rumah, kendaraan, bisnis sendiri atau yang lainnya. Nah, apa yang harus Anda lakukan sekarang adalah menjaganya. Menjaga kalau-kalau apabila terjadi bencana seperti yang baru saja terjadi, Anda masih bisa mempertahankan sebagian dari harta Anda.

Lalu, bagaimana menjaganya? Ada 3 tips sebagai berikut yang mungkin bisa Anda jalankan.

Jangan Simpan Semua Harta Anda di Rumah

Ya, pernahkah Anda membayangkan seseorang yang menyimpan semua hartanya di rumah? Orang yang menyimpan semua harta bendanya di rumah, maka kalau ada musibah yang menimpa rumahnya, bisa dipastikan ia akan kehilangan semua hartanya.

Jadi, kenapa Anda masih menyimpan semua harta Anda di rumah? Simpan di bank, belikan tanah di daerah lain, investasikan uang Anda ke beberapa tempat. Prinsipnya, jangan taruh semua harta benda Anda di rumah. Dengan demikian, kalau ada bencana menimpa rumah Anda dan sekitarnya, Anda masih memiliki sebagian harta di tempat lain.

Miliki Aset

Banyak diantara kita yang masih menyimpan sebagian besar harta kita dalam bentuk uang tunai. Bahkan kadang kita menyimpannya sampai banyak sekali di rumah kita. Padahal tahu enggak, uang tunai itu terbuat dari bahan yang mudah sobek, lepek atau terbakar. Apalagi kalau terjadi bencana.

Cobalah pertimbangkan untuk tidak menaruh keseluruhan harta Anda dalam bentuk uang tunai (apalagi di rumah), tetapi alihkan dalam bentuk aset, seperti emas misalnya. Emas terbuat dari bahan yang tak lekang ditelan zaman, lho. Jadi, kalau terjadi bencana atau musibah, paling tidak aset Anda bisa bertahan.

Simpan Surat-Surat Penting di Safe Deposit Box

Ijazah SMA atau Ijazah Kuliah Anda seringkali Anda rasakan lebih berharga dari harta Anda. Betul, kan? Sudah susah-susah sekolah sampai 3 atau 5 tahun, eh, masak, sih, enggak ada bukti apa-apa. Itu kalau ijazah. Bagaimana kalau surat-surat yang berhubungan dengan rumah atau kendaraan? Seperti Akta Jual Beli Rumah misalnya? Atau BPKB? Jangan sampai, deh, hilang.

Makanya, daripada hilang kalau ada apa-apa, coba, deh, simpan surat-surat tersebut di Safe Deposit Box di bank misalnya. Memang, sih, bisa saja Anda punya lemari penyimpanan sendiri di rumah yang tahan api misalnya. Tapi dengan menyimpannya di tempat lain yang bukan di rumah, kadang-kadang itu malah lebih aman, lho. Enggak percaya? Coba buktikan sendiri.

Nah, mudah-mudahan 3 tips di atas tadi bisa membantu Anda berjaga-jaga bila terjadi musibah yang mungkin bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.

Salam.

Safir Senduk

Perencana Keuangan

MEMPERSIAPKAN LIBURAN AKHIR TAHUN

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 872/XVI

Saya turut berduka cita atas musibah yang terjadi pada Pesawat Lion Air di Solo kemarin. Saya tahu, beberapa diantara mereka yang menjadi korban mungkin adalah teman, saudara, atau malah kerabat Anda. Bahkan saya dengar, ada calon pengantinnya juga yang akan mengadakan resepsi tanggal 4 Desember 2004 kemarin. Saya harap semua korban yang meninggal mendapatkan tempat yang layak disisi-Nya sementara yang selamat segera bisa sembuh dari trauma.

Bicara pesawat, kita juga bicara liburan, lho. Kenapa? Karena pesawat adalah salah satu sarana trasportasi yang umum digunakan ketika seseorang pergi berlibur. Apalagi kini sudah mau masuk akhir tahun. Ayolah, masak Anda kerja terus? Sekali-sekali liburan, dong. Ajak suami dan anak. Paling enggak, Anda harus refreshing, kan?

Nah, kalau mau liburan, Anda sudah ada uangnya belum? Mumpung ini masih minggu kedua Desember, siapin, deh, uangnya dari sekarang. Tapi jangan lupa, enggak hanya uang, lho, yang harus Anda siapkan, tapi juga penempatannya. Lalu sekarang, apa yang harus Anda lakukan kalau memang ingin pergi berlibur pada akhir tahun nanti?

Tentukan kemana Anda ingin pergi berlibur.

Ya, kemana Anda akan berlibur, biasanya akan menentukan berapa jumlah uang yang harus Anda keluarkan. Iya, dong, pergi ke luar negeri beda harganya dengan kalau Anda pergi ke dalam negeri. Pergi ke dalam negeri pun tujuannya juga macam-macam dan harganya tentu beda-beda.

Satu lagi, kalau bisa, pilihlah tempat liburan yang memang sesuai dengan karakter Anda. Kalau Anda suka gunung, carilah tempat liburan yang memang memiliki banyak bukit dan gunung. Kalau Anda suka pantai, banyak tempat liburan di Indonesia yang juga memiliki pantai-pantai indah. Dan jangan lupa, kesukaan Anda dan kesukaan suami akan tempat liburan belum tentu sama, lho. Begitu juga dengan kesukaan anak Anda. Wah, bisa beda dengan kemauan Anda. Jadi, pastikan bahwa tempat liburan yang Anda pilih itu memang sesuai dengan karakter Anda dan keluarga, biar enggak sayang uangnya.

Siapkan uangnya.

Sekarang, siapkan uangnya, dan hitung berapa yang kira-kira Anda butuhkan untuk membiayai liburan tersebut. Dalam salah satu artikel, saya pernah mengatakan bahwa ketika Anda pergi berlibur, ada 5 pos yang umumnya harus Anda persiapkan.

Pertama pos biaya transportasi (pada kebanyakan tujuan, harga pesawat dan kereta api biasanya berbeda), kedua pos biaya akomodasi (kalau Anda menginap di hotel pasti beda harganya dengan kalau Anda menginap di rumah saudara), ketiga adalah pos biaya makan dan minum selama liburan (mahal tidaknya ini biasanya ditentukan dari dimana Anda makan dan minum), keempat adalah pos biaya berkunjung ke obyek wisata (beda obyek wisata, beda pula harganya) dan kelima adalah pos biaya untuk pembelian oleh-oleh.

Nah, kalau lima hal itu bisa Anda perkirakan dengan baik, tidak sulit, kan, menyiapkan uangnya? Jangan sampai Anda punya uangnya, tapi karena tidak memperkirakan terlebih dahulu pos-posnya, Anda malah mengeluarkan uang jauh lebih banyak daripada seharusnya.

Beli tiketnya dari sekarang

Anda tahu enggak apa bedanya beli tiket sekarang atau nanti? Banyak. Kalau Anda beli tiketnya dari sekarang, Anda mendapatkan kepastian. Mau pesawatnya penuh, Anda sudah dapat kursi. Mau keretanya penuh, Anda juga sudah dapat kursi.

Tapi kalau Anda pesannya nanti, enggak ada yang jamin tiket itu masih ada atau tidak. Kalaupun ada, bisa-bisa harganya mahal. Ujung-ujungnya, Anda rugi, kan?

Saya tahu, beli tiket dari sekarang memang tidak enak. Anda seperti terikat. Ya, enggak? Tapi, coba, deh, pikirkan baik-baik secara obyektif, mungkin enggak, sih, ada hal yang darurat banget sampai Anda harus memundurkan tanggal liburan Anda atau bahkan membatalkan liburan itu? Kira-kira saja. Nah, kalau memang enggak ada, beli sekarang, deh. Daripada ujung-ujungnya Anda harus bayar mahal juga untuk tiket yang sama.

Nah, mudah-mudahan tips diatas tadi bisa membantu Anda menjadi lebih baik dalam merencanakan keuangan untuk liburan Anda akhir tahun ini. Ayolah, jangan kerja terus. Liburan itu perlu, lho.

Salam.

Safir Senduk

Perencana Keuangan

FAKTOR KUNCI KREDIT RUMAH

Oleh: Mike Rini

Dikutip dari Danareksa.com

Membeli rumah mereka melalui kredit rumah, bisa jadi merupakan ikatan, komitmen atau perjanjian hutang piutang terbesar dan terpanjang yang mungkin pernah Anda putuskan. Karena harga rumah yang mahal maka semakin besar pula kredit rumah yang dibutuhkan dan semakin panjang pula waktu untuk mengembalikannya, biasanya berlangsung sampai antara 10 sampai 15 tahun dari hidup Anda.

Jika kita perhatikan saat ini di pasaran kredit rumah telah banyak terjadi perubahan. Kredit rumah yang banyak disuplai dari bank telah membuat berbagai penawaran yang variatif untuk menarik minat masyarakat agar mau mengambil produk kredit rumahnya. Kenyataan bahwa telah terjadi perubahan di dunia perbankan, dimana banyak pemain lama yang kandas dan adanya pemain baru yang muncul juga semakin menambah suasana kompetisi yang panas. Dengan semakin banyaknya pilihan kredit rumah ini seharusnya memang semakin menguntungkan bagi kita para calon konsumen.

Sayangnya mendapatkan kredit rumah dari bank tidak menjadi lebih mudah dari tahun ke tahun. Untung saja, kita tidak harus membuat antrian panjang di bank untuk mengajukan kredit rumah. Walaupun demikian, proses persetujuan kredit rumah tetap saja harus melalui berbagai tahap proses penyaringan.

Kerumitan itu bahkan terus bertambah dengan macam-macam proses administrasi dan legalisasi yang memang sudah satu paket yang tidak terpisahkan dengan kredit rumah. Belum lagi biaya-biaya seputar transaksi pembelian rumah berikut biaya pengikatan kreditnya, serta biaya administrasi lainnya. Tidak heran jika banyak orang menganggap proses mendapatkan kredit rumah itu sangat panjang dan rumit.

Namun, jangan putus asa, memilih kredit rumah yang sesuai dengan Anda tidak sesulit yang Anda bayangkan, dan berharap agar permohonan kredit rumah Anda disetujui bukanlah tidak mungkin, jika Anda menjalankan beberapa langkah dasar berikut ini.

Saya membutuhkan pinjaman untuk membeli rumah.

Darimana saya harus mulai ? Area paling penting yang pertama kali harus Anda analisa adalah kemampuan finansial Anda. Tidak ada gunanya jika Anda memaksa meminjam di luar kesanggupan Anda mengembalikannya. Jika Anda melakukannya juga, Anda mungkin berakhir dengan memiliki rumah impian Anda, namun menderita secara finansial ketika dari waktu ke waktu mencoba memenuhi kewajiban pembayaran cicilan kredit rumah yang terlalu besar sambil berusaha sekuat tenaga memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang cenderung meningkat tiap tahun.

Jadi bagaimana saya memastikan bahwa saya mengambil kredit rumah yang tidak akan membahayakan kondisi keuangan saya ?

Pada umumnya bank-bank sebagai pihak yang memberikan pinjaman atau sebagi pihak kreditur akan membantu Anda menghitung berapa jumlah pinjaman kredit rumah yang berada dalam wilayah kesanggupan finansial anda. Ketika menganalisa kesanggupan Anda dalam meminjam, bank bisanya menggunakan 5 faktor sebagai pertimbangan dalam menentukan berapa besarnya pinjaman.

Lima faktor itu adalah, penghasilan Anda saat ini, jumlah hutang yang berjalan dan berapa jumlah cicilan hutangnya per bulan, besarnya pembiayaan sendiri, sejarah hutang Anda sebelumnya, dan keberlangsungan penghasilan Anda.

Dengan mengetahui ke 5 faktor kunci ini, diharapkan bisa membantu Anda memperkirakan terlebih dahulu berapa besarnya jumlah kredit rumah yang sanggup Anda pinjam dan yang bisa disetujui bank Anda.

Penghasilan

Untuk menghitung berapa besarnya maksimal pinjaman yang bisa diberikan berdasarkan penghasilan saat ini, biasanya bank menggunakan metode yang sederhana saja yaitu menggandakan penghasilan utama ditambah penghasilan ke dua, yang biasa dikenal dengan metode “ tiga ditambah satu “. Jadi jumlah pinjaman maksimal adalah “3 kali penghasilan utama pertahun, ditambah satu kali penghasilan ke dua per tahun”.

Contohnya begini jika, jika pasangan suami istri mengajukan kredit rumah, dimana penghasilan suami Rp 5 juta perbulan atau Rp 60 juta pertahun, dan penghasilan istri Rp 3 juta per bulan atau Rp 36 juta per tahun, maka bank kemungkinan akan bisa memberikan maksimal pinjaman sampai dengan jumlah Rp 216 juta. Namun jika Anda masih single maka yang diperhitungkan adalah penghasilan utama saja sebab belum memiliki joint income dengan pasangan.

Jenis penghasilan yang dipertimbangkan oleh bank bervariasi, namun secara umum penghasilan yang rutin dan terjamin atau sudah pernah diterima secara rutin dimasa lalu-lah yang diperhitungkan. Sebaliknya penghasilan yang tidak rutin atau sesekali saja seperti uang lembur, kemungkinan besar akan diabaikan.

Bank juga akan membutuhkan bukti tertulis yang bisa memverifikasi penghasilan Anda dan untuk mengecek kebenarannya kemungkinan akan langsung bertanya kepada perusahaan pemberi kerja Anda. Bukti tertulis yang diminta berupa slip gaji terakhir, surat keterangan lama bekerja, kemudian fotocopy dari buku tabungan Anda selama 3 bulan terakhir. Jika Anda seorang wirausahawan maka data-data keuangan yang diminta biasanya berupa fotocopy rekening tabungan atau giro Anda di bank. Kemudian untuk memverifikasi usaha Anda biasanya juga diminta data-data ijin usaha seperti NPWP, SIUP, TDP, dan lain-lain.

Namun dengan kriteria ini, apa boleh buat, buat Anda yang penghasilannya kecil maka jumlah pinjaman yang diberikan bank juga kecil, dan semakin besar penghasilan Anda, maka semakin besar pula pinjaman yang bisa diberikan.

Hutang atau kewajiban yang berjalan

Jika saat ini Anda sudah memiliki hutang yang berjalan, dengan kewajiban pembayaran cicilan hutang bulanan, maka otomatis bank akan mengurangi jumlah pinjaman yang bisa diberikan berdasarkan penghasilan Anda. Hal ini disebabkan kewajiban yang berjalan tadi sudah mengurangi kemampuan Anda dalam mengambil pinjaman berikutnya, juga mengurangi kemampuan Anda dalam membayar cicilan hutang bulanan selanjutnya.

Bayangkan jika kita sudah memiliki cicilan hutang saat ini, kemudian ditambah lagi dengan cicilan kredit rumah. Berapa banyak penghasilan kita yang sudah dihabiskan untuk membayar cicilan hutang saja ? Jika cicilan hutang kita terlalu besar, akibatnya kita akan kesulitan membayar pengeluaran rumah tangga lainnya. Bank tidak ingin Anda terus mengalami kesulitan likuiditas ini selama dalam masa pembayaran kredit rumah. Berapa besar jumlah pinjaman kredit rumah yang akan disesuaikan akan tergantung dari besarnya jumlah hutang yang berjalan ini.

Penyesuaian biasanya dilakukan dengan dua pendekatan – bank akan mengurangi jumlah pinjaman kredit rumah, atau menyesuaikan besarnya jumlah cicilan bulanan. Batas maksimal total cicilan hutang bulanan sebuah keluarga yang dianggap aman oleh bank adalah sebesar 30% saja dari total penghasilan bulanan keluarga. Berdasarkan metode kedua maka bank akan menyesuaikan besarnya jumlah cicilan kredit rumah, agar jika ditambahkan dengan cicilan hutang sebelumnya jumlahnya tidak melebihi batas maksimal tadi. Kesimpulannyanya semakin banyak hutang Anda yang berjalan, maka semakin kecil kemungkinan mendapatkan pinjaman baru dari bank atau tidak sebesar yang Anda inginkan.

Besarnya pembiayaan sendiri

Terlepas dari faktor penghasilan seseorang, maka besarnya jumlah kredit rumah juga disesuaikan dengan harga rumah yang akan dibeli. Namun pada umumnya bank tidak memberikan 100% pinjaman berdasarkan harga rumah, namun rata-rata sekitar 70%nya saja dari harga rumah, sisanya harus dibiayai sendiri oleh Anda. Pada kenyataannya saat ini beberapa bank bahkan mau membiayai sampai sebesar 80% hingga 90% dari harga rumah. Bank memang meminta calon peminjam untuk turut membiayai pembelian rumahnya, yang dianggap sebagai uang muka yang dibayarkan kepada penjual rumah.

Uang muka ini harus Anda siapkan sendiri, sehingga walaupun Anda membeli rumah dengan kredit rumah, Anda tetap harus mempersiapkan sejumlah uang tunai untuk sisa harga rumah yang tidak dibiayai bank. Semakin besar kemampuan pembiayaan sendiri, maka semakin kecil pula risiko untuk bank, sehingga semakin besar peluang Anda mendapatkan kredit rumah. Namun dilain pihak, jika jumlah pembiayaan sendiri semakin besar maka jumlah pembiayaan dari bank semakin kecil.

Sejarah hutang sebelumnya

Jika Anda pernah memiliki sejarah hutang yang kurang baik sebelumnya, maka jangan heran jika pada saat ini lebih sulit bagi Anda untuk mendapatkan pinjaman bank. Begitu permohonan kredit rumah Anda diterima bank maka bank segera akan mencari data-data sejarah hutang Anda dimasa lalu. Apakah Anda pernah punya cicilan hutang yang macet di tempat lain dan belum selesai sampai sekarang, apakah pernah berurusan dengan pengadilan sehubungan dengan perkara pinjam meminjam. Kebijakan masing-masing bank berbeda-beda dalam menilai dan bertoleransi tentang sejarah hutang masa lalu ini.

Jika perkaranya sudah selesai dan Anda telah mengatakan sebelumnya kepada pihak bank sebelum diminta – atau sebelum bank mencari tahu sendiri, mungkin bisa jadi nilai tambah buat Anda dan meningkatkan kepercayaan bank kepada Anda. Yang pasti, besar kecilnya pinjaman yang diberikan akan disesuaikan dengan faktor risiko gagal bayar yang pernah terjadi di masa lalu.

Keberlangsungan penghasilan Anda

Walaupun kebiasaan berpindah-pindah pekerjaan atau perusahaan tempat bekerja cukup bisa dimaklumi, namun bank lebih menyukai calon peminjam dengan masa kerja yang lebih stabil dengan peningkatan karir yang cukup baik. Paling tidak pada perusahaan yang sekarang ini masa kerja Anda sudah lebih dari 2 tahun dan sudah diangkat sebagai pegawai tetap. Buat Anda yang berwirausaha, maka bank akan sangat mempertimbangkan berapa lama bisnis Anda sudah berjalan.

Alasannya sederhana karena semakin lama usia bisnis tersebut berarti sudah berjalan cukup baik dan lebih berpengalaman untuk bisa bertahan di masa yang akan datang. Minimal 2 tahun dari usaha yang berjalan dinilai cukup aman oleh bank dalam memberikan kredit kepada para wirausahana.

Masa kerja dan status kepegawaian bagi Anda yang karyawan, kemudian lamanya usaha Anda sudah berjala bagi Anda yang pengusaha, merupakan hal-hal yang dipertimbangkan bank sebagai indikasi keberlangsungan penghasilan Anda di masa depan, dan tentunya mempengaruhi kemampuan mengembalikan pinjaman nanti. Intinya semakin terjamian keberlangsungan penghasilan Anda di masa depan, maka kemungkinan bank memberikan pinjaman sebesar yang Anda butuhkan semakin besar.

Salam

Mike Rini

Perencana Keuangan

4 Hal Sebelum Memberi Uang Saku

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 854/XVI

Pernahkah Anda melihat seseorang yang pekerjaannya kelihatan biasa-biasa saja, tetapi memiliki apa saja yang dia inginkan? Sementara impian Anda punya rumah mungil masih dalam khayalan. Begitu juga sebuah mobil yang sudah lama Anda dambakan masih jauh dari jangkauan.

Bulan Juli sudah tiba. Tak terasa liburan sekolah sudah hampir selesai. Nah, melewati masa liburan sekolah ini adalah masa yang terus terang paling indah bagi anak-anak kita. Kenapa? Namanya juga libur, siapa sih yang tidak senang? Tapi, mereka pasti tidak akan selamanya terus libur kan? Cepat atau lambat mereka akan segera masuk lagi ke bangku sekolah. Masuk ke bangku sekolah berarti juga kembali lagi belajar seperti biasanya.

Nah, salah satu hal yang selalu menjadi pikiran orang tua sekarang adalah tentang berapa uang saku yang sebaiknya diberikan kepada anak-anaknya. Kelihatannya sih ini memang hal yang sepele, tapi kalau Anda tidak cermat dalam memberikan uang saku buat anak-anak Anda, waah....bisa-bisa bikin Anda pusing dong nantinya.

Karena itu, berikut ini saya akan mencoba membahas beberapa hal yang harus Anda perhatikan sebelum memberikan uang saku buat anak-anak Anda. Mudah-mudahan bermanfaat ya.

Sesuaikan jumlah pemberian uang saku dengan penghasilan Anda

Sangat penting bagi Anda untuk memperhatikan seberapa besar penghasilan Anda sebelum memutuskan berapa besarnya uang saku yang sebaiknya diberikan untuk anak Anda. Ingat lho, pemberian uang saku kepada anak adalah salah satu pos pengeluaran rutin dalam pengeluaran keluarga, sehingga Anda harus merencanakannya dengan cermat. Apalagi kadang-kadang orang tua juga ingin memanjakan anaknya dengan memberikan uang saku yang cukup besar, karena hal itu bisa memberikan sebuah kebahagiaan tersendiri. Tapi usahakan agar hal seperti itu jangan sampai dipaksakan, karena kebutuhan rumah tangga Anda kan tidak melulu untuk uang saku anak. Jangan khawatir, ada cara lain kok untuk tetap bisa menunjukkan rasa sayang pada anak, yaitu lewat pemberian hadiah misalnya. Pemberian hadiah kan tidak rutin sifatnya dibandingkan dengan pemberian uang saku. Dengan demikian, keuangan keluarga tetap bisa Anda kendalikan. Bukan begitu?

Tidak perlu berlebih

Berapa sih sebaiknya jumlah uang saku yang diberikan? Itu mungkin pertanyaan yang sering muncul di kepala Anda. Tentu saja kalau kita bicara tentang jumlah besaran uang saku, angkanya bisa sangat bervariasi. Tapi hal penting yang perlu Anda ingat adalah bahwa jangan sampai Anda memberikan uang saku yang berlebih. Yang paling bijak adalah memberikan uang saku yang cukup dengan kebutuhannya. Ingat, kalau anak diberikan uang saku yang berlebih, umumnya mereka akan cenderung menghabiskan uangnya karena merasa bahwa mereka tidak memiliki masalah dengan jumlah uang yang mereka punya. Beda kan kalau jumlah yang mereka dapat tidak besar-besar amat? Repotnya, kalau sudah begini, ada kemungkinan bahwa sifat itu akan terus dibawanya hingga ia dewasa. Nah, lho...

Terus sekarang bagaimana cara mengetahuinya kebutuhannya supaya Anda tidak memberikan jumlah uang saku yang berlebih? Gampang kok, tanya saja langsung ke anak Anda. Ini biasanya akan sekaligus mengajarkan kepada si anak bahwa ia harus membelanjakan uangnya sesuai dengan kebutuhan yang memang ada, bukan semata-mata karena keinginannya.

Uang Saku bukan berarti untuk dibelanjakan semua

Sebagian besar anak umumnya berpikir bahwa uang saku yang mereka dapatkan akan digunakan semua untuk dibelanjakan. Nah, cobalah berikan pengertian kepada anak bahwa uang saku yang mereka dapatkan sebaiknya tidak semata-mata dibelanjakan. Anda bisa mengajarkan bahwa penting juga untuk menabung dan memberikan sumbangan dari uang sakunya. Selalu ajarkan padanya untuk menabung jika memang ada sisa dari uang jajannya. Beri kepercayaan padanya untuk mengelola tabungannya sendiri. Anak bisa memasukkan uangnya di kotak tabungan (celengan) dan kemudian celengan tersebut simpan. Jadi Anda dapat mengetahui bagaimana kebiasaannya menabung. Selain menabung, ajarkan juga kepadanya untuk menyumbang. Hal tersebut akan menumbuhkan rasa kepedulian dan kesadaran sosial pada diri si anak. Katakan padanya bahwa sekecil apapun sumbangan yang ia berikan akan sangat besar manfaatnya bagi orang lain yang mendapatkan sumbangan tersebut.

Ajarkan Kemandirian dalam mengelola uang sakunya

Kemandirian dalam mengelola uang memang tidak datang begitu saja. Hal itu memang harus dipelajari. Semakin dini belajar, maka akan semakin baik bagi diri si anak. Nah, kemandirian dalam mengelola uang dapat dimulai dari kemandirian dalam mengelola uang saku yang ia dapatkan. Cara yang bisa Anda lakukan adalah dengan memberikan uang saku secara mingguan atau bulanan.

Dengan cara tersebut, si anak akan belajar untuk mau tidak mau mengelola uang sakunya, karena toh uang saku tersebut dia dapatkan cuma sekali, yaitu pada setiap awal minggu atau awal bulan, untuk kemudian akan dikelolanya untuk seminggu atau sebulan ke depan. Pastikan juga bahwa Anda tidak akan memberikan toleransi uang saku tambahan jika uang saku mingguan atau bulanannya sudah habis. Kecuali, memang karena alasan-alasan yang mendesak.

Dengan demikian, paling tidak kalau ia sudah dewasa kelak, ia sudah terbiasa dan tahu bagaimana cara mengelola gaji, yang biasanya juga akan ia dapatkan sebulan sekali. Nah, bagaimana bapak ibu? Mudah-mudahan penjelasan di atas tadi bermanfaat ya untuk Anda.

Salam.

AGAR MIMPI BISA TERBELI

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 843/XVI

Pernahkah Anda melihat seseorang yang pekerjaannya kelihatan biasa-biasa saja, tetapi memiliki apa saja yang dia inginkan? Sementara impian Anda punya rumah mungil masih dalam khayalan. Begitu juga sebuah mobil yang sudah lama Anda dambakan masih jauh dari jangkauan.

Sebaliknya, pernahkah Anda melihat seseorang yang penghasilannya besar tapi gajinya selalu habis. Dia mungkin seorang manajer di sebuah perusahaan besar atau seorang direktur perusahaan, tapi hidupnya begitu-begitu saja, kalau tidak mau dikatakan susah.

Hal-hal seperti itu bisa terjadi. Ya, saya mengerti bahwa mungkin sebagian besar dari Anda mengira bahwa penghasilan tinggi yang Anda miliki sekarang akan menjamin kesejahteraan Anda. Tapi jangan salah lho, banyak kok mereka yang memiliki penghasilan tinggi tetap saja tidak bisa menabung dan tidak bisa memperbaiki hidupnya. Sebaliknya, banyak juga orang yang kariernya biasa saja dan memiliki penghasilan terbatas, tapi bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Anda tahu apa yang membedakan keduanya? Cuma satu. Bagaimana Anda melakukan perencanaan keuangan.

Bapak ibu, dalam perencanaan keuangan, apalagi dalam hubungannya dengan keuangan keluarga, terus terang hanya ada dua hal penting yang harus Anda ketahui. Apa itu? Pertama adalah bagaimana mendapatkan penghasilan dan yang kedua, Bagaimana mengelola penghasilan tersebut.

BAGAIMANA MENDAPATKAN PENGHASILAN

Kadang-kadang saya suka gemas melihat banyak orang yang bertanya kepada saya, "Pak Safir, bagaimana mengelola gaji saya agar cukup membiayai tiga orang anak dengan cicilan utang ini dan itu? Karena sepertinya saya terlalu boros..." Setelah saya lihat, ternyata masalah dia bukan terletak di pengeluarannya terlalu besar, tapi karena penghasilannya terlalu kecil. Repotnya lagi, dia tidak merasa perlu untuk mencari sumber penghasilan lain, dan bahkan pasrah saja terhadap penghasilan yang didapat.

Bapak ibu, hal pertama yang harus Anda kuasai tentang perencanaan keuangan adalah dengan mempelajari bagaimana mendapatkan penghasilan. Sehingga Anda tidak perlu terus-menerus menyalahkan besarnya pengeluaran Anda sebagai penyebab masalah keuangan Anda. Ini karena seringkali penyebab munculnya masalah keuangan adalah bukan pada besarnya pengeluaran Anda, tetapi pada penghasilan Anda yang terlalu kecil.

Saya yakin, beberapa di antara Anda mungkin ada yang mengatakan bahwa berapa pun penghasilan yang didapat itu tidak penting. Lebih penting adalah bagaimana mengelola penghasilan tersebut. Betul sih, tapi kalau penghasilan Anda terlalu kecil ya jangan salahkan penghasilannya dong. Mungkin memang sudah saatnya Anda mulai mencari sumber penghasilan lain. Mungkin dengan membuka usaha sendiri, atau dengan menjual keterampilan menjahit yang Anda miliki. Yang penting, perdalam pengetahuan Anda tentang bagaimana mendapatkan penghasilan. Dengan demikian, Anda tidak terus-menerus menyalahkan pengeluaran Anda yang besar, walau sebenarnya pengeluaran Anda tidak besar-besar amat.

BAGAIMANA MENGELOLA PENGHASILAN

Setelah mendapatkan penghasilan, hal kedua yang harus Anda lakukan adalah dengan mempelajari bagaimana mengelola penghasilan tersebut. Ini penting karena saya sering melihat ada banyak orang yang memiliki penghasilan besar tapi penghasilannya seperti tidak terasa karena selalu saja habis. Sangat penting bagi Anda mengetahui bagaimana mengelola penghasilan yang Anda dapatkan. Jangan sampai penghasilan yang Anda dapatkan - entah itu besar atau kecil - habis begitu saja untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu.

Lalu, apa yang bisa Anda lakukan dalam mempelajari bagaimana mengelola penghasilan yang sudah Anda dapatkan? Yang jelas, Anda perlu melakukan prioritas-prioritas pengeluaran yang Anda anggap paling penting sampai pada pengeluaran yang tidak terlalu penting. Jangan lupa mendahulukan kebutuhan daripada keinginan, dan waspadai juga pos-pos pengeluaran yang berpotensi untuk jadi besar kalau tidak dijaga dengan baik. Mudah-mudahan dengan cara-cara seperti itu, Anda bisa lebih berhasil dalam mengelola keuangan Anda. Dan Anda pun bisa mewujudkan mimpi-mimpi Anda.

Salam.

KEBUTUHAN VS KEINGINAN

Oleh: Ahmad Gozali

Dikutip dari Majalah ALIA

Hati-hati kalau Anda tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Karena kalau Anda tidak bisa membedakan yang mana itu yang masuk sebagai kebutuhan dan yang mana yang sebenarnya masuk sebagai keinginan, bisa-bisa Anda menjadi orang yang boros.

Dan boros ini bisa menjadi biang masalah dalam keuangan Anda. Dengan hidup boros, lama kelamaan bisa terjadi defisit. Pemasukan Anda sudah tidak mampu lagi membiayai pengeluaran yang terus membesar karena sifat boros. Dan kalau sudah defisit, seringkali mencari jalan keluar yang singkat yaitu dengan berhutang. Hutang, apalagi yang berbunga, bisa membuat Anda bangkrut. Dan bangkrut itu adalah akhir dari nasib keuangan Anda.

Karena tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, maka dengan ringannya Anda bisa mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membeli sesuatu. Padahal mungkin uang itu akan lebih bermanfaat kalau sekiranya digunakan untuk hal lainnya.

Tidak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan juga bisa membuat Anda tidak bisa menentukan dengan baik prioritas dalam melakukan pembelanjaan. Malah, bisa jadi Anda mengorbankan suatu kebutuhan untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan.

Apa sih bedanya antara kebutuhan dan keinginan?

Sebenarnya tidak ada batasan yang pasti untuk menentukan perbedaan antara kebutuhan atau keinginan. Tapi sebagai panduan, seroang kawan saya memberi definisi berikut:

Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia sehingga dapat mencapai kesejahteraan, sehingga bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan adalah suatu hal yang harus ada, karena tanpa itu hidup kita menjadi tidak sejahtera atau setidaknya kurang sejahtera.

Sedangkan keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa lebih puas. Namun bila keinginan tidak terpenuhi maka sesungguhnya kesejahteraannya tidak berkurang.

Itu kalau kita lihat dari segi kepuasan atau kesejahteraan seseorang. Tapi yang namanya kesejahteraan dan kepuasan juga sangat relatif bagi setiap orang. Sedangkan saya sendiri berpendapat bahwa untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan, harus dilihat dari segi fungsinya. Sesuatu dikatakan sebagai keinginan kalau sudah merupakan tambahan atas fungsi utamanya.

Contoh sederhana, makan adalah kebutuhan yang tidak terelakan. Bukan cuma manusia, setiap makhluk hidup butuh yang namanya makan. Makan akan memberikan tenaga dan kesehatan bagi manusia, maka makan makanan yang bergizi adalah kebutuhan kita semua.

Makanan memiliki fungsi utama sebagai sumber energi untuk tubuh. Sedangkan memberikan rasa enak adalah fungsi tambahan dari makanan. Maka makanan enak adalah keinginan, bukan kebutuhan. Tapi bukan berarti tidak boleh makan makanan yang enak-enak. Hanya saja kita perlu mempertimbangkan dulu apakah pengeluaran untuk makanan enak itu akan mengorbankan kebutuhan yang lain atau tidak.

Contoh lain. Berpakaian adalah kebutuhan kita agar terlindung dari cuaca. Pakaian juga berfungsi untuk menjaga aurat yang musti kita jaga. Bagi sebagian orang mungkin memang dibutuhkan untuk berpakaian dengan jenis tertentu untuk kepantasannya, seperti memakai dasi atau jas. Tapi apakah perlu memakai pakaian yang bermerk dan mahal? Saya rasa pakaian bermerk dan mahal bukan lagi kebutuhan, tapi keinginan saja.

Rumah juga kebutuhan, tempat kita tinggal dan bernaung. Agar rumah bisa berfungsi dengan baik, rumah juga ditunjang dengan berbagai perlengkapan rumah tangga seperti televisi, kulkas, dan perabotan lainnya. Setiap alat dan perabotan itu memiliki fungsinya masing-masing. Selama itu digunakan sesuai dengan fungsinya, itu adalah kebutuhan. Tapi kalau sudah digunakan untuk “pamer”, sekedar menunjukkan kepada tetangga bahwa kita pun mampu membeli seperti mereka. Saya rasa itu bukan lagi kebutuhan, itu hanya keinginan. Dan keinginan seperti ini sebaiknya tidak dituruti.

Standar kebutuhan dan keinginan bagi setiap orang bisa jadi berbeda. Tentunya sangat tergantung dari kondisi lingkungan, aktivitas harian, tuntutan pekerjaan/profesi dan sebagainya.

Bagi sebagian orang, mobil sudah merupakan kebutuhan. Untuk bisa menunjang aktifitasnya yang banyak di luar rumah dan sering bepergian, maka mobil adalah alat transportasi yang menjadi kebutuhan. Jika fungsi mobil adalah untuk alat transportasi, membawa kemana kita akan pergi.

Tapi seringkali kita punya keinginan untuk menambah berbagai macam aksesories mobil, bukan untuk menambah kenyamanan atau kemanan berkendara, tapi hanya sekedar mempercantik penampilannya saja. Saya rasa itu bukan kebutuhan, itu cuma keinginan saja. Dan keinginan ini bisa ditunda kalau semua kebutuhan yang lain sudah terpenuhi dengan baik.

Apalagi memiliki beberapa jenis mobil, padahal kita hanya bisa menggunakannya satu saja. Saya rasa itu sudah jelas keinginan, sama sekali bukan kebutuhan.

Kalau kita sudah bisa membedakan yang mana kebutuhan dan yang mana keinginan maka kita bisa menentukan prioritas, mana yang harus didahulukan dan mana yang bisa ditunda.

Tidak ada salahnya memang kita memenuhi keinginan kita untuk sekali-kali makan di restoran untuk merayakan sesuatu, atau memasang aksesori mobil agar lebih aman dan nyaman. Tapi ingat, jangan sampai hal iu mengorbankan kebutuhan kita yang lain yang lebih penting.

Walaupun mungkin kini Anda merasa mampu untuk memenuhi semua keinginan Anda, tapi kita tetap harus bijaksana, jangan sampai lupa akan kebutuhan di masa yang akan datang. Kita harus mempersiapkan dana pensiun kita agar bisa menikmati hari tua dengan tenang, kita juga harus mempersiapkan dana pendidikan bagi anak-anak kita, dan itu semua adalah kebutuhan masa depan yang harus disiapkan sejak sekarang.

Yang harus diingat adalah, jangan sampai memenuhi keinginan dengan mengabaikan kebutuhan. Dan jangan sampai melupakan bahwa kebutuhan tidak musti semua datang sekarang, karena masih ada kebutuhan untuk dipenuhi di masa depan. Sedangkan yang namanya keinginan manusia tidak akan pernah ada batasnya, nanti atau sekarang.

Jadi, buat apa memenuhi keinginan Anda sekarang tapi mengorbankan kebutuhan Anda dan keluarga di masa depan.

3 Hal Dalam Menjalankan Usaha

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 831/XVI

Anda masih ingat kan, topik yang saya ulas pada dua nomor yang lalu tentang Kiat Praktis Membuka Usaha? Nah, mudah-mudahan setelah membaca tulisan tersebut, Anda jadi termotivasi untuk mau menjalankan usaha. Iya dong, kenapa tidak? Usaha merupakan salah satu cara yang bisa Anda lakukan dalam rangka menambah penghasilan. Iya kan?

Nah, kalau sekarang Anda berpikir: "Kira-kira menarik juga ya ide untuk membuka usaha. Oke, kalau sekarang saya memutuskan untuk membuka usaha, kira-kira apa saja hal-hal penting yang harus saya perhatikan? Saya kan Enggak MAU gagal dalam usaha saya....".

Saya jadi ingat ketika sekitar dua minggu yang lalu saya membaca sebuah tulisan dari seorang pengusaha terkenal di Indonesia. Dia mengatakan, "Kalau Anda membuka usaha, maka apa yang harus Anda lakukan adalah... lakukan saja." Saya pikir betul juga. Banyak diantara kita yang ketika akan membuka usaha, seringkali terbentur pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya hitung menghitung seperti, "Apa kira-kira usaha saya ini bisa untung ya... Coba saya hitung dulu...".

Sebetulnya, menghitungnya sih enggak apa-apa. Tindakan survei yang Anda lakukan sebelum membuka usaha juga tidak apa-apa. Tapi sayangnya, seringkali banyak dari kita yang terlalu lama berkutat di masalah survei kelayakan usaha dan hitung menghitung sehingga kita jadi kehilangan emosi yang dibutuhkan dalam membuka usaha.

Saran saya, Ibu - Bapak, ketika Anda sudah berniat membuka usaha, tidak apa-apa bila Anda ingin mengadakan survei atau acara hitung-menghitung terlebih dahulu. Tapi, jangan sampai tindakan yang Anda lakukan tersebut membuat Anda jadi menunda-nunda tindakan untuk membuka usaha.

Nah, sebelum Anda membuka usaha, ada 3 hal penting yang harus Anda ketahui dalam menjalankan usaha. Kalau ke-3 hal ini Anda jalankan, mudah-mudahan risiko kegagalan dalam usaha Anda lebih bisa ditekan. Bukankah itu yang kita semua inginkan?

Kreatif Mencari Sumber Modal

Apakah Anda kesulitan mencari modal usaha? Apakah Anda terlalu berat untuk membayar bunga kredit usaha di bank? Bila kedua jawabannya tersebut adalah ya, maka mungkin Anda perlu mencari alternatif sumber modal yang lebih murah. Caranya? Antara lain mungkin dengan mengajak sahabat atau saudara Anda untuk menanamkan modalnya pada usaha Anda, atau malah Anda berdua atau bertiga malah bisa membuka usaha tersebut secara patungan dan menjalankannya bersama-sama.

Alternatif lainnya, cobalah meminjamkan uang dari kerabat dekat atau sahabat terdekat. Karena umumnya mereka telah mengenal Anda dan memahami tujuan Anda untuk membuka usaha. Maka bisa jadi mereka rela memberikan pinjaman uang dengan bunga di bawah bunga bank atau malah tanpa bunga.

Tapi ingat, meski saudara, yang namanya meminjam sesuatu tetap harus dikembalikan, termasuk meminjam uang. Jangan sampai malah hubungan Anda dengan kerabat atau sahabat jadi rusak nantinya gara-gara masalah uang.

Lokasi dan SDM

Lokasi adalah salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam membuka usaha. Ada usaha yang cocok didirikan di suatu lokasi, tapi enggak cocok di tempat lain. Usaha warnet dan fotokopi mungkin sesuai untuk lingkungan di sekitar kampus, tapi membuka toko kelontong mungkin akan lebih cocok untuk daerah pemukiman. Karenanya, lakukan survei untuk mencari tempat yang sesuai bagi usaha Anda. Amati kondisi pasarnya, potensi permintaannya, dan jangan lupa cari juga informasi tentang bagaimana prospek perkembangan daerah itu ke depannya, karena hal ini bisa sangat mempengaruhi usaha Anda.

Faktor lain adalah sumber daya manusia (SDM). SDM menjadi sangat penting karena hal inilah yang akan menggerakkan usaha Anda sehari-hari nantinya. Bila Anda memulai usaha ini sendirian mungkin enggak akan terlalu jadi masalah. Tapi, kalau Anda merekrut pegawai dalam usaha Anda, maka Anda harus memperhatikan masalah kepribadian dan kemampuannya. Kalau pegawai Anda akan berhadapan langsung dengan pelanggan Anda, pilihlah orang yang sopan dan ramah. Seorang klien saya misalnya, mempunyai sebuah usaha toko kelontong. Ketika dia menjaga sendiri tokonya, pelanggannya sangat banyak. Tapi, ketika pegawainya yang disuruh menjaga toko, pelanggannya mulai berkurang. Usut punya usut, setelah ditanyakan pada para pelanggan, rata-rata dari mereka menjawab bahwa pegawai tersebut tidak ramah dalam melayani sehingga para pelanggan menjadi enggan untuk datang ke toko itu. Tentunya Anda tidak mau hal ini terjadi pada usaha Anda kan?

Promosi

Segi promosi seringkali dilupakan oleh mereka yang sedang membuka usaha, atau tak jarang, kegiatan promosi dihilangkan ketika kegiatan usaha sedang lesu. Alasannya, tidak ada dana. Padahal, promosi usaha apa pun bentuknya hendaknya jangan sampai berhenti dalam waktu lama.

Bila promosi berhenti untuk waktu yang lama, orang bisa lupa pada usaha Anda. Tapi kalau Anda selalu melakukan promosi secara rutin, orang akan selalu teringat pada usaha Anda. Promosi yang kontinyu akan selalu berdampak baik pada usaha Anda. Bila kelesuan usaha menimpa secara keseluruhan pada Anda dan pesaing Anda, tetaplah berpromosi. Mungkin Anda memang harus sedikit berkorban dulu, karena pemasukan minim sedangkan pengeluaran promosi terus ada. Tetapi, saya percaya bahwa bila kelesuan usaha ditentukan atas faktor kondisi ekonomi, maka suatu saat kondisinya akan pulih kembali.

Nah, saat kondisi mulai pulih, orang mulai membutuhkan kembali barang dan jasa Anda, saat itulah Anda akan menuai hasilnya. Orang akan membeli dari Anda, karena Andalah yang diingat karena Anda yang paling rajin berpromosi. Bayangkan bila Anda tidak berpromosi disaat kondisi buruk, bisa-bisa Anda malah dikira sudah bangkrut. Nah, bagaimana? Mudah-mudahan 3 hal tersebut di atas bisa membantu Anda dalam menyukseskan usaha Anda. Salam.

Memulai Usaha dari Rumah

Bila Anda tertarik membuka usaha, kenapa Anda tidak mencoba untuk menjalankannya dari rumah? Ya, memulai usaha dari rumah bisa sangat bermanfaat, tapi tentu saja hal ini harus disesuaikan dengan kondisi rumah Anda dan sifat dari usaha Anda. Tentu saja penilaian terbaik untuk dua hal ini adalah di tangan Anda sebagai sang calon wirausahawan. Bila keduanya tidak memungkinkan untuk memulai usaha dari rumah, jangan dipaksakan. Namun, bila usaha Anda memungkinkan untuk dijalankan dari rumah akan sangat bagus karena Anda akan mendapat berbagai manfaat.

Membuka usaha di rumah memungkinkan kita untuk meluangkan waktu untuk keluarga. Dengan memulai usaha dari rumah, kita bisa mempunyai waktu lebih untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Oleh karena itu, kalau Anda wanita, memulai usaha dari rumah sangat sesuai untuk Anda yang ingin tetap menunaikan kodrat kewanitaan Anda sebagai ratu rumah tangga sekaligus bisa bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Memulai usaha dari rumah juga merupakan suatu penghematan yang cukup berarti, karena dengan memulai usaha di rumah, berarti Anda mengurangi kebutuhan biaya untuk menyewa atau membeli tempat usaha. Nah, kalau Anda ingin menjalankan usaha dari rumah, jangan lupa beritahukan dan jalin hubungan baik dengan tetangga dan aparat setempat. Ini penting untuk keamanan tempat usaha Anda, dan juga supaya warga sekitar tahu usaha Anda, siapa tahu mereka malah bisa jadi pelanggan Anda.

KIAT MEMBUKA USAHA

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 829/XVI

"Tahun baru adalah saat yang tepat untuk memulai sesuatu yang baru..." Begitulah biasanya yang tekad seseorang saat mulai pergantian tahun. Nah, sekarang, apakah Anda juga merencanakan sesuatu yang baru? Mulai dari membeli barang elektronik atau furniture, memiliki rencana keuangan, rencana karier baru, atau memulai bisnis yang baru.

Buat yang terakhir ini, tahun 2004 adalah tahun yang penuh dengan vitalitas dan agresivitas. "Usaha apapun yang Anda jalankan berpotensi untuk bisa berhasil..." Itulah rata-rata pendapat para peramal tentang prediksi ekonomi tahun ini.

Yang pasti, tahun ini bangsa kita mengadakan pemilu. Memang ada yang memprediksi bakal timbul gejolak. Namun terlepas dari itu, pemilu menyimpan berbagai potensi dan peluang usaha yang bisa digali. Betul, mungkin Anda khawatir mengenai kondisi keamanan negara ini dengan adanya pemilu. Tapi seperti kata orang bijak, tidak ada saat yang tepat untuk memulai sesuatu selain sekarang juga. Janganlah menunda rencana Anda untuk membuka suatu usaha hanya karena pemilu. Dibalik setiap ketidakpastian kalau Anda jeli - pasti ada peluang dalam menganalisa situasi.

Nah, untuk itu, bila Anda berniat untuk membuka usaha di Tahun 2004 ini, silakan simak kiat-kiat berikut:

Informasi

Ya, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah dengan mencoba mencari informasi tentang bidang usaha yang akan Anda tekuni. Caranya? Bisa lewat buku-buku mengenai usaha, seperti cara beternak ayam. Artikel di media massa, juga bisa menjadi rujukan. Seminar tentang wirausaha bisa Anda sambangi. Internet juga bisa menjadi pintu Anda menjelajah untuk mendapatkan informasi dari seluruh dunia. Terakhir, observasi atau wawancara dengan pelaku usaha yang Anda kenal. Mereka bisa memberi masukan berharga tentang seluk beluk dunia usaha yang ingin Anda geluti.

Teknis

Dalam membuka suatu usaha, terus terang Anda tidak bisa hanya memikirkan segi permodalan atau pemasarannya saja. Semua hal yang menyangkut urusan teknis juga harus ikut dipikirkan matang-matang. Sekarang, bagaimana bila Anda tidak menguasainya? Ada berbagai macam buku yang membahas tentang hal tersebut tanpa adanya istilah-istilah teknis yang njelimet. Atau kalau perlu Anda juga bisa mencari informasi pada orang yang menguasainya.

Apa saja sih yang dimaksud dengan hal-hal teknis ini? Macam-macam. Misalnya soal perizinan atau urusan tetek bengek hukum yang lainnya. Suatu usaha juga perlu pengelolaan keuangan. Jadi mau tidak mau Anda tetap membutuhkan pembukuan yang teratur, serta melakukan pemisahan antara keuangan pribadi dengan keuangan usaha. Begitu juga pengelolaan SDM atau karyawan. Anda harus bisa menghitung berapa banyak karyawan yang Anda butuhkan, hak dan kewajiban karyawan sesuai UU Ketenagakerjaan.

Persoalan teknis lainnya, bagaimana memasarkan produk dan jasa Anda, bagaimana strategi promosi, segmen pasar apa yang dituju, anggaran yang harus disediakan, menghadapi persaingan dan mengevaluasi pemasaran Anda.

Terakhir adalah teknologi. Mungkin untuk suatu usaha yang kecil, teknologi belum terlalu diperlukan. Tapi Anda perlu memikirkan jangka panjangnya saat usaha kian maju dan berkembang. Teknologi tentu akan menghemat banyak tenaga dan waktu, sehingga pada akhirnya dapat menekan biaya usaha.

Permodalan

Tidak semua orang punya tabungan yang cukup untuk membuka usaha. Jadi tak perlu kecil hati. Yang penting Anda sudah mantap. Soal modal, banyak alternatif yang bisa Anda tempuh. Anda bisa meminjam atau bekerja sama dengan pihak lain. Meminjam bisa dilakukan pada perorangan atau lembaga. Carilah bunga pinjaman yang tidak memberatkan dan masih bisa dibayar dengan laba dari usaha Anda nantinya.

Nah, bila Anda meminjam modal usaha dari orang tua atau teman, mungkin yang dibutuhkan hanyalah kepercayaan. Tetapi kalau Anda meminjam dari sebuah lembaga seperti bank, koperasi, atau kantor Anda, maka dibutuhkan proposal usaha yang berisi detil usaha apa yang akan Anda buka nantinya. Mulailah menganalisa kebutuhan modal untuk SDM, teknologi, keuangan, masalah pajak dan hukum, iklan dan pemasaran dalam usaha Anda nantinya.

Alternatif berikut adalah bekerja sama dengan orang lain. Tentunya orang itu adalah seseorang yang bisa Anda percaya. Walaupun begitu tetap harus ada perjanjian tertulis untuk kerjasama tersebut agar tidak terjadi masalah di kemudian hari. Bila setelah semua usaha tersebut dilakukan tetapi modal Anda masih belum cukup, cobalah untuk mengurangi berbagai pengeluaran yang masih bisa ditekan. Contohnya dengan membuka usaha di rumah daripada harus sewa kantor.

MENGHADAPI

KENAIKAN HARGA-HARGA

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 726/XIII

Harga BBM akhirnya naik juga. Setelah ditunda beberapa lama dan didahului oleh protes dari sejumlah lapisan masyarakat.Tak pelak lagi, kenaikan ini memicu pula kenaikan harga-harga lainnya.

Begitulah, hampir selalu terjadi bahwa kenaikan harga BBM biasanya akan disusul dengan naiknya harga kebutuhan pokok. Itulah sebabnya kenapa beberapa minggu lalu banyak orang menimbun barang kebutuhan pokok karena mereka berharap bisa mendapat keuntungan apabila harga BBM memang jadi dinaikkan.

Dan sekarang, harga BBM akhirnya naik juga. Banyak anggota masyarakat yang mengeluh, karena membayangkan bahwa kehidupan saat ini kok sepertinya makin sulit. Sudah penghasilan tidak naik, tapi harga-harga terus naik.

Ibu Suli misalnya, adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat sibuk. Selain mengurus keperluan suami dan anak-anak, ia juga bertugas memegang keuangan keluarga. Ialah yang mengatur pengeluaran keluarga sehari-hari, dari mulai pengeluaran untuk belanja bulanan, membayar sejumlah rekening, sampai membayar keperluan sekolah anak

Suaminya sendiri selalu membawa kendaraan untuk pulang-pergi dari dan ke tempat kerja, sebuah minibus yang mereka beli sejak dua tahun lalu secara mencicil. Ketika harga BBM naik lagi seperti sekarang ini, Ibu Suli mulai bisa membayangkan bahwa suaminya mungkin harus mengeluarkan uang yang sedikit lebih banyak lagi untuk bisa membeli BBM yang sama jumlahnya seperti sebelumnya. Padahal, nah ini dia, gaji suaminya tidak naik. Jelas saja tidak naik, karena kenaikan gaji di kantor suaminya biasanya dilakukan setiap Juni. Itu pun biasanya hanya sekitar 10 persen per tahun. Jauh di bawah kenaikan harga BBM yang saat ini sekitar 22 persen.

Lalu bagaimana? Apa yang akan Anda lakukan? Siapa pun Anda, apakah Anda ibu rumah tangga, pegawai, karyawati, mahasiswi, pasti merasakan dampak dari kenaikan harga ini. Mudah-mudahan hal ini tidak membuat Anda mengeluh dan menganggap bahwa kenaikan harga ini adalah akhir dari segalanya.

Satu hal dari saya, sebagai anggota masyarakat, jelas tidak ada gunanya mengeluh. Yang lebih penting untuk Anda lakukan adalah bagaimana agar Anda bisa survive di tengah gelombang kenaikan harga ini. Di bawah ini adalah hal-hal yang perlu Anda lakukan :

Beli Emas

Emas bisa melindungi Anda dari naiknya harga barang dan jasa. Ini karena emas biasanya hampir selalu naik kalau terjadi kenaikan harga. Malah, semakin tinggi kenaikan harga tersebut, biasanya akan semakin tinggi pula kenaikan harga emas Anda. Belum terlambat untuk membeli emas, karena biarpun harga BBM sudah naik tapi ada beberapa barang dan jasa lain yang harganya belum naik tetapi diperkirakan masih akan naik nantinya.

Dari beberapa tipe emas, cobalah untuk membeli emas dalam bentuk koin atau batangan. Dari kedua tipe tersebut, emas koin biasanya lebih fleksibel daripada emas batangan mengingat emas koin biasanya tersedia dalam bentuk berat yang lebih kecil daripada emas batangan sehingga ini bisa memudahkan Anda bila dana Anda untuk membeli emas terbatas.

Ketika nantinya harga barang dan jasa sudah betul-betul naik semua, harga emas Anda diperkirakan juga akan naik melebihi kenaikan harga barang dan jasa sehingga Anda bisa menjual emas Anda dan mendapat keuntungan dari situ.

Lakukan investasi yang memberikan hasil lebih besar daripada bila Anda berinvestasi di bank

Bunga simpanan di bank pada saat ini sekitar 10 persen per tahun. Dengan naiknya harga-harga yang diperkirakan sekitar 10 persen tahun ini (bahkan harga BBM saja naiknya 22 persen), Anda jelas harus melakukan investasi pada produk investasi yang bisa memberikan hasil yang lebih besar daripada 10 persen.

Cobalah menengok pada produk investasi lain selain investasi di bank, karena selain agar Anda tidak terpaku pada satu jenis investasi saja investasi di luar bank biasanya bisa memberikan hasil yang lebih besar, tentunya dengan tingkat risiko yang lebih besar pula. Salah satu alternatif investasi yang bisa Anda coba adalah Reksa Dana.

Jangan lupa bahwa Reksa Dana pun ada beberapa jenis, dari mulai Reksa Dana yang paling berisiko sampai yang rendah risikonya. Anda bisa coba berinvestasi ke dalam Reksa Dana yang risikonya termasuk rendah seperti RD Pendapatan Tetap atau RD Pasar Uang. Diharapkan dengan pemilihan yang benar Anda bisa mendapatkan hasil investasi yang lebih besar daripada investasi di bank, karena hanya itulah caranya Anda bisa mengalahkan kenaikan harga barang.

Pikirkan untuk menambah penghasilan di luar pekerjaan

Jangan lupa bahwa harga-harga akan terus naik setiap tahunnya sehingga wajar kalau Anda mulai berpikir untuk menekan-nekan pengeluaran Anda. Yang jelas itu memang baik, tetapi tentu saja Anda tidak bisa terus-menerus menekan pengeluaran Anda. Dalam jangka panjang harga-harga akan terus naik. Jadi mau sampai kapan Anda akan terus menekan pengeluaran Anda?

Kalau dalam jangka pendek mungkin bisa. Tetapi dalam jangka panjang, seringkali hal itu akan sulit dilakukan karena harga-harga pasti akan terus naik. Karena itu, pertimbangkan untuk menambah penghasilan di luar pekerjaan Anda sekarang. Saya tahu memang hal itu tidak mudah dilakukan, tetapi kalau Anda tidak mencobanya, Anda mungkin harus terus- menerus menekan pengluaran Anda dari tahun ke tahun.

Pilih tempat belanja Anda

Kalau Anda biasa membeli barang di suatu tempat belanja sementara Anda tahu ada tempat lain yang tidak terlalu jauh yang juga menjual barang yang sama tetapi dengan harga yang lebih murah, kenapa Anda tidak coba membeli di tempat yang memang harganya lebih murah? Kalau Anda rutin membeli barang kebutuhan tersebut setiap bulan di tempat yang harganya lebih mahal, maka Anda akan merasakan selisih harga yang cukup besar setelah beberapa bulan. Kalau tidak percaya, coba saja hitung.

MEMINJAMKAN UANG

KEPADA ORANG LAIN

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 713/XIV

Bu Broto sedang kebingungan. Baru tadi siang ia mendapat telepon dari saudaranya. Ada apa gerangan? Sederhana saja: saudaranya ingin pinjam uang. Jumlahnya mungkin tidak usah disebut. Tapi bagi Bu Broto, jumlah itu termasuk besar. Walaupun dia memang punya uangnya, tapi dia tidak suka dihadapkan dengan kenyataan bahwa dia harus meminjamkan uang kepada saudara dekatnya.

Di satu sisi, ia tidak tega membiarkan saudaranya terlibat dalam kesulitan. Tapi di sisi lain, ia takut uangnya tidak akan kembali. Ia tak sabar menunggu suaminya pulang dari kantor agar ia bisa secepatnya menceritakan kebingungan ini. Siapa tahu suaminya bisa memberikan masukan.

Apakah Anda pernah mengalami situasi seperti yang dialami Bu Broto? Anda didatangi oleh teman atau saudara yang sedang membutuhkan pinjaman uang, tetapi Anda takut uang Anda tidak akan kembali. Tidak usah dipungkiri, kekhawatiran bahwa uang pinjaman itu tidak akan kembali memang menjadi pertimbangan utama kenapa Anda kadang ragu-ragu untuk meminjamkan uang bila ada yang ingin meminjam uang. Ya, kan?

PERLUKAH MEMINJAMKAN UANG?

Kalau kita punya cukup uang, sudah seharusnya kita menolong orang yang sedang kekurangan uang. Karena dalam hidup ini, tolong-menolong merupakan suatu keharusan. Kalau tolong menolong itu diwujudkan dalam bentuk tindakan sih oke-oke saja. Tetapi kalau dalam bentuk uang? Wow... nanti dulu. Lho, kok begitu?

Tidak bisa dipungkiri, terkadang niat baik kita menolong orang, sering membuat kita kerepotan sendiri. Giliran pinjam uang, mukanya memelas. Giliran ditagih, susahnya minta ampun. Janjinya mau dikembalikan dalam waktu sebulan, eh, ini berbulan-bulan juga belum tentu ada kabarnya.

Dan kesannya jadi kita yang harus mengejar-ngejar dia. Inilah yang membuat banyak orang sering ragu meminjamkan uang bila ada orang lain yang ingin meminjam uang.

Sebetulnya wajar saja kok kalau teman atau saudara Anda datang kepada Anda dan ingin meminjam uang. Ini berarti dia menganggap - secara keuangan - Anda cukup mampu untuk meminjaminya uang. Jangan marah kalau ada teman atau saudara Anda yang datang kepada Anda. Kalau Anda sendiri yang sedang butuh pinjaman uang, Anda pasti akan datang ke orang yang Anda kenal terlebih dulu kan? Dan orang yang paling dekat dengan Anda, biasanya adalah saudara. Kalaupun teman, ya teman dekat.

Tapi tak jarang hubungan bisa terputus karena masalah hutang-piutang. Malah, yang lebih ekstrem lagi, tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pertengkaran hanya gara-gara hutang. Tentunya kita tidak ingin hal seperti itu terjadi kan?

Karena itu, dibawah ini adalah beberapa tips yang mungkin berguna buat Anda bila ada orang lain yang ingin meminjam uang kepada Anda:

Lihat dulu kondisi keuangan Anda.

Kalau Anda punya uang, bukan berarti Anda sudah dapat menjadi bank bagi orang lain. Lihat dulu kemungkinan pengeluaran-pengeluaran keluarga Anda dalam beberapa bulan ke depan. Mungkin anak Anda perlu masuk sekolah. Mungkin bayi Anda akan lahir. Mungkin Anda akan keluar uang untuk ini, untuk itu, dan sebagainya. Jangan sampai ketika Anda membutuhkan uang, uang tersebut masih berada di tangan orang lain.

Kalau perlu, mungkin bisa juga Anda menganggarkan sejumlah uang untuk dipinjamkan. Artinya, walau tidak setiap bulan ada orang datang meminjam uang kepada Anda, tapi Anda bisa tetap berjaga-jaga kalau-kalau teman atau saudara Anda ingin meminjam uang tanpa Anda harus menolaknya karena Anda sudah memiliki dananya dan Anda menilai mereka memang pantas untuk dibantu.

Teliti sebelum memberi

Coba teliti dulu sebelum Anda meminjamkan uang kepada orang lain. Yang harus Anda teliti adalah "kemampuan orang tersebut untuk membayar kembali hutangnya". Inilah yang juga dilakukan bank sebelum meminjamkan uang kepada nasabahnya yang ingin meminjam uang. Mungkin beberapa daftar pertanyaan berikut ini dapat berguna, ketika ada orang yang akan meminjam uang kepada Anda.

Siapa dia? Apa pekerjaannya? Apakah dia saudara atau teman?

Untuk tujuan apa dia meminjam uang? Usaha atau kebutuhan hidup?

Mendesakkah kebutuhan tersebut?

Apa jaminan yang dijanjikannya? Apakah dia menjaminkan harta bendanya ataukah dia tidak menjaminkan apa-apa dan hanya punya janji lisan saja?

Apakah dia punya riwayat meminjam uang kepada Anda atau orang lain? Bagaimana "nasib" hutang-hutangnya tersebut? Apakah hutang-hutang tersebut bisa dilunasinya atau tidak?

Kapan dia akan mengembalikan hutangnya? Apakah janjinya itu masuk akal atau tidak bila disesuaikan dengan latar belakangnya?

Dari daftar pertanyaan di atas, Anda bisa menilai sendiri apakah orang yang hendak Anda pinjami uang itu memang pantas untuk dipinjami uang atau tidak.

Buat Catatan

Jangan segan-segan untuk membuat perjanjian tertulis di atas kertas bersegel, bila uang yang dipinjamkan itu mencapai jutaan rupiah. Atau kalau di bawah satu juta, mungkin kuitansi saja sudah cukup. Yang penting adalah bahwa Anda melakukan pencatatan. Yang perlu tercantum dalam perjanjian atau kuitansi tersebut adalah siapa yang meminjam, berapa yang dipinjam, untuk apa, dan kapan akan dikembalikan.

Dengan pencatatan yang rapi, Anda akan tahu kapan Anda harus menagih, dan berapa uang yang sudah Anda pinjamkan. Dan jika terjadi masalah dikemudian hari, catatan tersebut dapat membantu Anda.

BILA PINJAMAN ITU SUDAH JATUH TEMPO

Oke. Kita anggap saja Anda sudah meminjamkan uang kepadanya. Dan sekarang, kelihatannya sudah waktunya bagi orang itu untuk melunasi pinjamannya kepada Anda. Jika memang demikian, ada dua hal yang mungkin bisa Anda perhatikan:

Tagih dengan ramah

Sesuatu yang dimulai dengan senyum akan berlangsung dengan mulus. Bila memang sudah waktunya orang itu untuk membayar, datanglah langsung ke rumah yang bersangkutan. Kenapa tidak lewat telepon? Karena ini untuk menunjukkan bahwa Anda benar-benar serius. Mulailah dengan ramah, tanyalah bagaimana usahanya, keluarganya dan sebagainya. Baru tagih dengan baik. Dan jika memang dia tidak atau belum mampu membayar, diskusikan dan pertimbangkan lagi apakah Anda perlu memberi keringanan untuk mencicil ataupun menunda pembayaran.

Relakan sebagian

Mungkin ini termasuk berat untuk dilaksanakan. Kenapa uang Anda harus Anda relakan sebagian? Sudah capek-capek mencarinya, eh malah diberikan begitu saja kepada orang.

Ya, kalau memang ternyata ongkos yang Anda keluarkan untuk menagih hutang itu lebih besar daripada nilai hutangnya, maka mungkin ada baiknya kalau Anda merelakan saja hutang tersebut.

Sebagai contoh, uang yang Anda pinjamkan hanya Rp 100 ribu. Tetapi sudah berkali-kali ditagih, tetap saja orang yang Anda pinjami ini tidak mampu membayar. Bila Anda terus ngotot untuk menagihnya, besar kemungkinan ongkos yang Anda keluarkan akan lebih besar dari nilai hutangnya itu sendiri.

Tidak hanya itu. Secara psikologis, bisa saja Anda jadi pusing keliling karena memikirkannya, atau mungkin hubungan Anda dengannya bisa terputus. Jadi buat apa ngotot mengambil uang Anda yang Rp 100 ribu, kalau biaya menagihnya bisa lebih besar dari itu. Apalagi bila orang tersebut memang benar-benar tidak mampu, dan bukannya tidak mau.

Jadi, prinsip kita dalam menjadi "bank" disini adalah untuk menolong sesama. Semakin banyak Anda menolong orang, semakin banyak pula pertolongan yang akan datang kepada Anda. Tapi satu hal yang paling penting disini adalah: tolonglah orang lain tanpa pandang bulu, tapi jangan lupa untuk menolong dengan cara yang cerdas. Telitilah dan pertimbangkan baik-baik sebelum Anda meminjamkan uang kepada orang lain. Selamat mempertimbangkan.

MEMBIASAKAN DIRI MENABUNG

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari detikcom

"Saya ingin sekali menabung, tetapi sepertinya uang saya habis terus. Selain itu, anak-anak juga minta dibelikan sepatu, dan saya kan juga perlu beli ini, itu...…"

Kata-kata tersebut di atas mungkin akrab di telinga, atau mungkin Anda sendiri mengalaminya: Anda ingin sekali bisa menabung, tetapi dalam prakteknya, hal itu sulit dilakukan. Apakah Anda tergolong orang yang seperti itu? Anda selalu kehabisan uang di akhir bulan sehingga tidak bisa menabung?

Jangan kecil hati. Semua orang hampir pasti mengalaminya. Menabung, atau melakukan investasi secara rutin, seringkali dilakukan untuk berbagai macam tujuan. Dengan menyisihkan uang Anda secara rutin, maka uang yang terkumpul tersebut bisa sangat bermanfaat.

Seseorang yang memiliki penghasilan sebesar Rp 1 juta per bulan, misalnya, setelah setahun hanya memiliki saldo rekening Rp 200 ribu di rekeningnya. Setelah ditanya kenapa jumlah saldo rekeningnya cuma sebesar itu setelah bekerja setahun lamanya, ia mengatakan seringkali penghasilannya habis dipakai dalam sebulan sehingga ia tidak bisa menabung. Padahal, kalau ia mau menabung sebesar Rp 100 ribu saja setiap bulannya, maka pada akhir tahun ia sudah akan memiliki jumlah saldo rekening sebesar Rp 1,2 juta, plus bunganya!

Menabung Dulu, Baru Sisanya Dibelanjakan

Saya akan memberi satu cara buat Anda. Kalau selama ini Anda selalu berbelanja dulu dan tak sempat menabung, kenapa sekarang Anda tidak membalik proses itu? Ketika Anda mendapatkan gaji pada tanggal 25, misalnya, sisihkan dulu sebagian uangnya untuk menabung, baru kemudian sisanya dibelanjakan. Bila itu Anda lakukan secara rutin, maka setelah setahun, Anda sudah akan memiliki simpanan dalam jumlah besar.

Yah, mungkin saja uang yang bisa Anda belanjakan jadi berkurang. Tapi, itulah konsekuensinya: Anda perlu memiliki sejumlah dana sebagai cadangan untuk masa depan!

Sebagai contoh, penghasilan Anda adalah Rp 1 juta per bulan. Tadinya, Anda biasa membelanjakan Rp 1 juta tersebut sampai habis. Sekarang, dengan Anda menabung Rp 100 ribu per bulan di muka, maka total pengeluaran Anda cuma tinggal Rp 900 ribu saja pada bulan yang bersangkutan. Bila merasa itu tidak cukup, maka Anda harus melakukan satu di antara tiga pilihan dibawah ini:

Meningkatkan pendapatan Anda

Dalam contoh di atas, pendapatan Rp 1 juta ditingkatkan menjadi Rp 1,1 juta. Dengan Anda tetap menabung Rp 100 ribu, maka pengeluaran Anda bukan lagi Rp 900 ribu, tetapi kembali menjadi Rp 1 juta.

Menekan Pengeluaran Anda

Dalam contoh di atas, Anda bersedia untuk menekan pengeluaran Anda yang tadinya Rp 1 juta menjadi Rp 900 ribu.

Melakukan Keduanya

Dengan meningkatkan pendapatan dan menekan biaya hidup. Dalam contoh di atas, Anda bisa meningkatkan pendapatan Anda menjadi Rp 1,1 juta, dan menekan pengeluaran Anda menjadi Rp 900 ribu. Dengan demikian, Anda justru memiliki selisih yang lebih besar lagi untuk ditabungkan.

Semua berpulang pada Anda. Yang paling penting, biasakan diri untuk menabung. Apabila Anda mengalami kesulitan untuk menabung karena alasan selalu kehabisan, maka Anda bisa menabung di muka begitu Anda mendapatkan penghasilan. Ingat selalu: Anda perlu dana cadangan untuk masa-masa yang terduga kelak.

Ke mana Menabung?

Ada banyak pilihan yang bisa Anda gunakan sebagai tempat menabung. Salah satu tempat menabung yang paling populer bagi orang Indonesia adalah tabungan di Bank.

Kelebihannya, dana dalam tabungan bisa diambil kapanpun Anda inginkan. Kelemahannya, pada saat ini, umumnya tabungan di Bank hanya memberikan bunga kecil.

Selain itu, Anda mungkin juga bisa menabung dengan membeli emas. Bila Anda menabung sebesar - katakan - Rp 200 ribu per bulan, Anda mungkin bisa membeli emas yang jumlahnya sesuai dengan nilai uang yang Anda tabungkan. Pada saat ini, banyak tersedia koin emas yang bisa dibeli dengan jumlah satu gram saja.

Sebagai alternatif, Anda bisa juga menabung ke dalam bentuk investasi seperti reksa dana. Reksa Dana adalah sebuah bentuk investasi di mana uang yang Anda tabungkan akan dikelola oleh sebuah tim manajer investasi untuk diinvestasikan ke dalam berbagai macam produk investasi. Untuk bisa berinvestasi dalam Reksa Dana, bisa dimulai dengan jumlah persyaratan dana minimal sebesar Rp 100 ribu.

Jadi, ada beberapa pilihan bila Anda hendak menabung. Baca salah satu triknya.

MEMBANGUN KOMUNIKASI KEUANGAN SUAMI-ISTRI

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 660/XIII

"Cinta saja tidak cukup untuk bisa menghidupi suami-istri." Mungkin itu adalah kata-kata yang sering Anda dengar sampai sekarang. Ya, cinta memang tidak cukup untuk bisa menghidupi suami-istri. Perlu banyak hal lain, salah satunya adalah uang. Tapi bila uang sudah ada, maka apakah hal itu cukup untuk menghidupi Anda berdua dan menjamin bahwa perkawinan Anda akan langgeng?

Jawabnya, tidak juga. Keberadaan uang tidak menjamin bahwa sepasang suami istri akan bisa sejahtera. Anda boleh percaya boleh tidak, yang lebih menjamin kesejahteraan keuangan antara suami dan istri, salah satunya adalah: komunikasi.

Komunikasi yang baik antara suami dan istri sudah pasti merupakan hal yang sangat penting bagi terciptanya hubungan yang langgeng. Ada banyak topik komunikasi yang terjadi pada suami-istri. Tapi salah satu topik yang paling kritis antara suami dan istri adalah komunikasi dalam bidang keuangan.

Sangat penting bagi suami dan istri untuk membangun saling pengertian yang kuat dalam hal keuangan keluarga. Saya sering menghadapi klien yang ribut dan rusak hubungannya hanya karena masalah keuangan. Dan munculnya masalah keuangan itu, salah satunya karena tidak adanya komunikasi dan saling pengertian dalam hal keuangan antara suami dan istri.

Tidak mudah sebetulnya membangun komunikasi dan saling pengertian yang kuat dalam hal keuangan antara suami dan istri. Bahkan, komunikasi itupun harus Anda bangun terus menerus sepanjang umur perkawinan Anda. Namun demikian, bila Anda berdua sebagai suami istri memiliki komunikasi yang baik dalam bidang keuangan, maka Anda berdua akan memiliki hubungan perkawinan yang kuat dan langgeng. Paling tidak, perkawinan Anda tidak akan runtuh karena masalah keuangan.

Lalu, bagaimana cara membangun komunikasi tersebut?

Utarakan kepada suami Anda apa pandangan Anda tentang uang, dan minta suami Anda melakukan hal yang sama.

Utarakan juga apa tujuan-tujuan keuangan yang ingin Anda raih kelak, dan minta suami Anda melakukan hal yang sama.

Setelah masing-masing mengetahui tujuan-tujuan keuangan pasangannya, buat prioritas tentang tujuan keuangan mana yang sebaiknya dicapai terlebih dahulu oleh Anda berdua.

Buat rencana bagaimana Anda berdua bisa sama-sama mencapai tujuan-tujuan keuangan tersebut. Yang jelas, rencana tersebut harus realistis dan bisa dijalankan bersama.

Tuliskan tindakan apa yang harus dilakukan oleh masing-masing dari Anda berdua dalam menjalankan rencana tersebut. Misalnya, Anda akan melakukan ini, suami Anda akan melakukan itu. Sehingga Anda berdua menjalankan rencana keuangan ter-sebut secara bersama.

Diskusikan bagaimana cara terbaik bagi Anda berdua dalam mengelola keuangan sehari-hari.

Tentukan siapa di antara Anda berdua yang akan membayar tagihan-tagihan dan biaya rutin setiap bulan.

Tentukan berapa jumlah pengeluaran yang bisa dilakukan oleh masing-masing dari Anda, tanpa harus bertanya terlebih dulu satu sama lain.

Tentukan investasi apa yang akan Anda berdua lakukan untuk jangka panjang.

Tentukan apakah Anda berdua akan menyatukan uang Anda dalam satu rekening, atau memisahkannya dalam rekening sendiri-sendiri.

Menabunglah bersama-sama untuk masa depan Anda berdua kelak ketika tidak lagi bekerja.

Sering-seringlah berdiskusi satu sama lain mengenai rencana yang sudah dijalankan. Evaluasi rencana tersebut paling tidak sekali setahun untuk melihat apakah Anda berdua masih memiliki tujuan keuangan yang sama, dan apakah ren-cana yang sudah dijalankan selama ini memang sudah menunjukkan kemajuan atau tidak dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Buka terus keran komunikasi Anda berdua. Sisihkan waktu secara rutin untuk membicarakan dan mengkomunikasikan masalah keuangan Anda berdua.

KHUSUS UNTUK SUAMI:

BERITAHUKAN GAJI ANDA

Apakah Anda merupakan salah satu dari suami yang enggan memberitahukan berapa jumlah gaji Anda kepada istri Anda? Bila ya, maka mungkin ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebabnya:

Anda gengsi. Anda mungkin tidak ingin istri Anda mengetahui bahwa penghasilan Anda tidak besar.

Atau sebaliknya, Anda tidak ingin istri Anda tahu bahwa penghasilan Anda terlalu besar.

Anda menganggap bahwa masalah penghasilan adalah masalah yang sangat pribadi untuk diungkapkan, termasuk kepada istri Anda sendiri. Jadi bukan perkara besar atau kecilnya.

Memberitahukan penghasilan Anda kepada istri Anda memang bukan salah satu syarat yang harus dijalankan dalam membangun komunikasi keuangan yang baik antara suami-istri. Tapi, bila suami- istri memang menjalankan komunikasi keuangan yang baik, maka dengan sendirinya Anda akan dengan sukarela memberi tahu berapa jumlah penghasilan yang Anda dapatkan setiap bulannya.

Ada beberapa keuntungan kalau Anda mau memberitahukan gaji Anda kepada istri Anda:

Istri Anda bisa bertambah baik dalam mengatur anggaran keluarga karena dia tahu berapa batas yang bisa dia capai.

Komunikasi keuangan antar suami-istri diharapkan juga akan makin baik karena dengan memberitahukan berapa yang Anda hasilkan, ini menunjukkan bahwa Anda cukup terbuka. Keterbukaan adalah salah satu syarat terjalinnya komunikasi keuangan dengan baik antara suami-istri.

LANGKAH PRAKTIS MEMBELI RUMAH

Oleh: Mike Rini

Dikutip dari Danareksa.com

Ketika Anda berencana membeli rumah tentunya Anda mengharapkan hasil yang terbaik sesuai dengan biaya yang akan dikeluarkan. Karena itu sebelum Anda mulai melihat-lihat calon-calon rumah Anda, sebaiknya Anda membuat daftar prioritas yang dinginkan dari rumah yang akan dibeli seperti jumlah kamar tidur, kamar mandi, halaman, garasi, kondisi atap, dinding, dan lain-lain. Kemudian buat juga daftar fasilitas – falitas umum yang nanti Anda butuhkan, seperti PAM, listrik, jalan umum, kebersihan, rumah ibadah, sekolah, pasar dan lain-lain.

Tambahkan lagi daftar tersebut dengan persyaratan lainnya seperti bebas banjir, sertifikat rumah lengkap dan tidak dalam sengketa apapun. Wah.. PRnya banyak nih ! Iya dong kita kan mau beli rumah bukan beli masalah.

Menentukan berapa kesanggupan Anda dalam membiayai rumah

Tiap orang akan mempunyai jawaban yang berbeda – beda untuk pernyataan tersebut. Tetapi tentunya Anda yang paling tahu seberapa besar kesanggupan anda. Kuncinya adalah membeli rumah baik seharusnya lebih membuat hidup Anda lebih sejahtera. Jangan sampai karena pembelian rumah ini malah membuat Anda mengalami penurunan standar dan gaya hidup serta tidak tercapainya tujuan keuangan lainnya di masa depan. Untuk mengetahuinya maka buatlah suatu neraca keuangan keluarga untuk mengetahui harta tunai anda yang likuid yang siap digunakan untuk membiayai pembelian rumah. Harta tunai Anda yang likuid maksudnya adalah sejumlah dana menganggur Anda di Tabungan, deposito atau ditempat lainnya yang dapat diambil kapan saja.

Sejumlah dana tunai memang harus tersedia dalam proses pembelian rumah walaupun Anda membelinya secara kredit. Sebab, pada umumnya transaksi pembelian rumah dengan kredit rumah dibagi dalam 2 tahap yaitu didahului dengan pembayaran uang muka rumah, pihak penjual akan meminta uang muka dari Anda, besarnya bervariasi biasanya paling banyak sebesar 30% saja dari harga rumah.Sisanya barulah dibiayai oleh kredit rumah.

Buatlah juga sebuah arus kas pribadi yang terdiri dari penghasilan serta pengeluaran rutin Anda. Arus kas pribadi ini berguna untuk menghitung berapa besar sisa penghasilan Anda yang sanggup disisihkan untuk membiayai rumah, jika pembelian rumah dibiayai dengan kredit rumah.

Putuskan rumah seperti apa yang Anda inginkan

Ketika Anda berencana membeli rumah tentunya Anda mengharapkan hasil yang terbaik sesuai dengan biaya yang akan dikeluarkan. Karena itu sebelum Anda mulai melihat-lihat calon-calon rumah Anda, sebaiknya Anda membuat daftar prioritas yang dinginkan dari rumah yang akan dibeli seperti jumlah kamar tidur, kamar mandi, halaman, garasi, kondisi atap, dinding, dan lain-lain. Kemudian buat juga daftar fasilitas – fasilitas umum yang nanti Anda butuhkan, seperti PAM, listrik, jalan umum, kebersihan, rumah ibadah, sekolah, pasar dan lain-lain. Tambahkan lagi daftar tersebut dengan persyaratan lainnya seperti bebas banjir, sertifikat rumah lengkap dan tidak dalam sengketa apapun.

Datanglah ke berbagai pameran property, Disana Anda bisa mendapatkan banyak sekali informasi rumah dari para tenaga penjual yang siap membantu Anda, dan biasanya ditawarkan dengan harga miring atau potongan diskon. Sebaiknya Anda jangan langsung percaya dengan gambaran kondisi rumah yang tertera pada brosur penjualan atau seperti yang dipajang pada miniatur bangunan rumah yang akan dijual dipameran tersebut, tetapi Anda harus cocokkan informasi yang diberikan dengan kunjungan langsung ke lokasi. Jika memungkinkan buatlah foto-foto sendiri dengan demikian anda akan memperoleh informasi yang sebenar-benarnya dari rumah tersebut. Kumpulkanlah berbagai informasi antara 3 sampai 5 rumah pada lokasi yang diinginkan dari berbagai pengembang, lebih banyak lebih baik dan bandinganlah satu sama lain. Dari informasi tersebut Anda dapat memiliki patokan atau gambaran rumah yang terbaik untuk Anda.

Mempersiapkan sejumlah dana tunai untuk muka rumah dan biaya – biaya lainnya

Sejumlah dana tunai juga sebaiknya dicanangkan untuk mengantisipasi terjadinya biaya – biaya pembelian rumah antara lain uang tanda jadi atau booking fee, uang muka, akte jual beli, biaya balik nama sertifikat dan biaya jasa notaris dan lain sebagainya. Jika pembelian rumah dibiayai dengan kredit dari bank sebaiknya dipersiapkan pula dana tunai untuk biaya administrasi dan provisi pengikatan kredit, biaya jasa notaris, asuransi kebakaran dan asuransi jiwa. Selain pertimbangkan juga untuk menyiapkan biaya pindah rumahnya, kemudian isi rumahnya. Walaupun pembelian isi rumah bisa dilakukan bertahap sesuai dengan tersedianya dana, namun seminim-minimya dana Anda jika telah terkuras akibat biaya-biaya tadi, paling tidak masih punya cukup uang untuk memasang tirai atau gorden.

Mencari sumber dana atau sumber pembiayaan

Membeli rumah bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu secara tunai dan kredit atau kombinasi dari keduanya. Jika Anda ingin membeli rumah secara tunai, Anda dapat menyiapkan dananya dengan beberapa cara seperti menabung secara rutin atau melakukan investasi. Sehingga akumulasi dana hasil menabung atau hasil keuntungan investasi bisa digunakan untuk membeli rumah.

Keuntungannya dengan membeli rumah secara tunai, maka Anda tidak perlu tergantung dari pihak lain dan yang paling menyenangkan adalah anda bebas dari kewajiban membayar cicilan bulanan. Hanya saja mungkin akan memerlukan waktu yang cukup lama sampai tercapai sejumlah dana yang Anda perlukan untuk membeli rumah.

Dengan mahalnya harga rumah saat ini, beberapa dari Anda mungkin kesulitan dalam menyediakan dana tunai pembelian rumah. Anda tetap bisa beli rumah dengan cara mengajukan kredit ke Bank. Pada umumnya dana kredit yang bisa diberikan oleh bank adalah maksimal sebesar 70 % saja dari harga rumah yang akan dibeli, sisanya sebesar 30% harus dibiayai sendiri dan dianggap sebagai uang muka rumah.

Jika Anda ingin membeli rumah dengan cara mengkredit maka Anda harus memperkirakan sebelumnya berapa penghasilan Anda yang bisa disisihkan untuk membayar cicilan rumah. Tentunya penghasilan Anda per bulan setelah dikurangi biaya – biaya rumah tangga dan hutang pada pihak lain, seharusnya masih cukup untuk membayar cicilan rumah. Idealnya cicilan kredit rumah Anda besarnya tidak lebih dari 30% dari penghasilan Anda sehingga sisa 70%nya bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup lainnya.

Periksalah kewajiban –kewajiban pada pihak lain atau hutang Anda sebelum mengajukan kredit ke Bank

Bank memiliki analisa sendiri dan sumber informasi yang dapat dipercaya untuk mengetahui gambaran kondisi keuangan Anda. Karena itu sebelum mengajukan kredit ke Bank, periksalah kembali hutang – hutang Anda lainnya. Cicilan kartu kredit, cicilan motor, cicilan mobil dan lain- lain.

Apakah Anda memiliki kredit macet pada pihak lain, kapan jatuh tempo terakhir masing – masing cicilan hutang anda. Jika Anda memiliki lebih dari satu kartu kredit, tetapi yang aktif hanya satu maka kartu kredit yang tidak aktif sebaiknya ditutup. Ini untuk mencegah bank, agar tidak memasukkan kartu kredit yang tidak aktif tersebut sebagai hutang Anda, karena sebenarnya Anda belum menggunakannya.

Tips Tawar menawar harga rumah

Bangunan baru seperti rumah, flat, atau apartemen bisanya ditawarkan dengan harga pas dari developer Untuk rumah second biasanya terbuka untuk tawar menawar harga. Ada beberapa informasi yang sebaiknya Anda dapat sebelum mengajukan penawaran :

Harga rumah yang ditawarkan penjual apakah sama dengan yang ditawarkan untuk rumah lain dengan kondisi yang sama diwilayah tersebut

· Kondisi rumah, apakah perlu perbaikan tambahan atau tidak.

· Sudah berapa lama rumah tersebut ditawarkan untuk dijual,jika sudah ditawarkan selama beberapa waktu lalu si penjual mungkin akan semakin ingin menjual rumahnya sehingga mungkin Anda lebih dapat menekan harga.

· Tanyakanlah kepada tetangga sekitar rumah mengenai pasaran harga rumah dikawasan tersebut, dari mereka mungkin saja dapat diketahui mengapa rumah tersebut mau dijual, sehingga dari informasi-informasi tersebut Anda akan mendapatkan harga beli yang terbaik untuk rumah tersebut.

PERSIAPAN MEMBELI RUMAH

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 695/XIV

Rini baru saja menidurkan Adit, putranya yang berusia 3 tahun ketika suaminya, Indra, menghampirinya dan berkata, "Ma, aku rasa sudah waktunya kita punya rumah sendiri."

Ah, bertahun-tahun rasanya kalimat itu sangat diharapkan Rini keluar dari mulut suaminya. Betapa tidak, setelah 5 tahun perkawinan mereka, Indra tidak pernah benar-benar menyatakan berniat untuk memiliki rumah. Sampai saat ini mereka memang masih tinggal bersama orang tua Indra. Walaupun mertuanya sangat menyayanginya, sebetulnya Rini lebih senang jika bisa tinggal di rumah sendiri. Lagi pula Adit yang selama ini tidur bersama mereka, sepertinya sudah mulai pantas untuk punya kamar sendiri.

Pembaca, bila kita bertanya kepada setiap orang yang belum memiliki rumah, hampir semuanya spontan mengatakan bahwa akan lebih baik bila mereka bisa memiliki rumah sendiri dibanding sekadar menyewa. Alasannya bisa bermacam-macam. Saya di sini tidak ingin bicara tentang apa untung ruginya memiliki rumah sendiri dengan hanya menyewa saja. Karena sekali lagi, ada banyak sebab yang melatarbelakangi timbulnya keinginan untuk memiliki rumah sendiri.

Oke, keinginan, sih, keinginan. Tapi saya rasa tidak semua dari Anda punya cukup uang, kan, untuk bisa memenuhi keinginan tersebut? Ini karena kondisi keuangan masing-masing dari Anda berbeda-beda. Tidak jadi masalah bagi Anda yang pada saat ini sudah memiliki dana yang cukup untuk bisa membeli rumah. Tapi bagaimana bagi Anda yang belum memiliki dana yang cukup pada saat ini?

Kapan Saat yang Tepat untuk Membeli Rumah?

Bagi Anda yang pada saat ini belum memiliki rumah, kapan sih saat yang tepat bagi Anda untuk membelinya? Sebetulnya tidak ada jawaban yang pasti. Sejumlah peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Anda mungkin adalah pertanda bahwa sudah saatnya bagi Anda untuk membeli sebuah rumah. Misalnya saja, rencana menikah atau bertambahnya anggota keluarga mungkin merupakan suatu pertanda bahwa Anda mungkin sudah harus memiliki rumah sendiri.

Perhatikan bahwa membeli rumah, baik bagi yang baru pertama kali maupun bagi yang sudah beberapa kalinya, selalu merupakan suatu keputusan penting yang perlu pemikiran matang. Iya dong, karena dengan membeli rumah, maka Anda mungkin harus memiliki suatu komitmen jangka panjang. Kalau nanti rumah Anda rusak-rusak pada tahun kelima, ketujuh atau kesembilan, Anda kan tetap harus keluar uang untuk memperbaikinya kan? Itulah yang dimaksud dengan komitmen jangka panjang, yaitu bahwa apa pun yang terjadi dengan rumah itu, selama rumah itu adalah milik Anda, maka Anda harus merawatnya.

Bagi Anda yang membeli rumah secara kredit, maka Anda mungkin harus membayar cicilan rumah dengan jangka waktu yang bervariasi, mulai dari satu, tiga, lima, hingga 15 tahun lamanya. Belum lagi Anda juga harus membayar biaya-biaya lain yang mungkin muncul di tengah jalan, seperti perawatan rumah, renovasi, perluasan, dan lain-lain sehingga dalam perjalanannya nanti rumah Anda mungkin akan terus menyesuaikan diri dengan gaya hidup Anda sekeluarga.

Bagi Sebagian Orang, Punya Rumah adalah Impian

Jika ditinjau dari fungsinya, rumah semata-mata adalah tempat bernaung. Jangan lupa bahwa memiliki tempat untuk bernaung merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi seperti layaknya makanan dan pakaian. Kalau Anda butuh makan dan butuh pakaian, maka Anda juga perlu tempat untuk bernaung.

Bagi kebanyakan orang, memiliki rumah adalah suatu impian yang sudah ada dalam benak mereka sejak jauh-jauh hari, di mana seringkali impian itu terbentuk dari pengalaman hidup mereka. Mungkin saja seseorang yang di masa kecilnya tidak mempunyai halaman untuk bermain ingin sekali memiliki rumah dengan halaman yang luas. Di lain pihak, bagi orang yang kebetulan dilahirkan sebagai anak tunggal mungkin saja menginginkan rumah mungil yang asri dan nyaman.

Karena itu, tidak ada rumusan yang tepat ketika berbicara tentang seperti apa rumah idaman itu, karena rumah dengan model seperti ini mungkin cocok untuk orang dengan tipe ini tetapi belum tentu cocok untuk orang dengan tipe itu.

Namun demikian, terkadang kita dihadapkan pada kenyataan bahwa secara ekonomi kita belum mampu memiliki rumah, tidak peduli bahwa kebutuhan untuk punya rumah sendiri mungkin sudah sangat mendesak sekalipun. Belum lagi ditambah dengan adanya keinginan kuat untuk mewujudkan rumah idaman dengan model ini atau itu.

Yang pasti, ketika Anda sudah memutuskan untuk membeli rumah, maka selalu ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, seperti kondisi ekonomi, kecenderungan turun naiknya harga rumah, bunga kredit bank dan yang paling penting kondisi keuangan Anda. Sudah cukup amankah penghasilan Anda? Berapa jumlah tabungan Anda saat ini? Berapa jumlah pengeluaran rutin Anda? Dan lain sebagainya dan lain sebagainya.

Pada tulisan kali ini, saya akan membahas tentang langkah-langkah persiapan apa yang harus Anda lakukan bila Anda memutuskan untuk membeli rumah:

Putuskan rumah seperti apa yang Anda inginkan dan cobalah mencarinya

Ada baiknya bila Anda terlebih dahulu mengambil kertas dan menuliskan apa yang sebetulnya menjadi kebutuhan Anda yang bisa dipenuhi dalam rumah itu, seperti berapa jumlah kamar yang Anda inginkan? Berapa jumlah kamar mandinya? Sebesar apa halamannya? Haruskah rumah itu memiliki garasi? Seperti apa kondisi atap yang Anda inginkan?

Setelah itu, coba tuliskan juga fasilitas-fasilitas umum macam apa yang Anda inginkan disekitar rumah Anda, apakah rumah Anda harus berada di pinggir jalan raya? Apakah Anda ingin agar rumah Anda dekat dengan rumah ibadah? Atau apakah Anda ingin agar ada sekolah di dekat rumah Anda?

Setelah menuliskannya, tiba waktunya bagi Anda untuk mulai mencari rumah yang memenuhi atau paling tidak mendekati keinginan Anda. Mungkin ada baiknya bila Anda datang ke berbagai pameran rumah karena disana Anda bisa mendapatkan banyak sekali informasi rumah dari para sales yang siap membantu Anda. Ditambah lagi, di pameran biasanya juga ditawarkan potongan harga yang cukup besar.

Tentu saja, sebaiknya Anda tidak langsung percaya pada gambaran kondisi rumah yang tertera pada brosur penjualan atau maket di pameran tersebut, karena dalam prakteknya seringkali kenyataannya berbeda dengan apa yang ada di lapangan. Apa yang harus Anda lakukan adalah dengan datang ke lokasi dan melihatnya sendiri. Malah kalau perlu, buat sejumlah foto dari rumah-rumah tersebut pada saat kunjungan agar bisa Anda pelajari sendiri foto-foto tersebut di rumah.

Lihatlah beberapa rumah sekaligus, karena makin banyak kemungkinan yang Anda lihat akan makin baik. Bandingkan satu dengan yang lain, sehingga dari situ Anda akan memiliki gambaran tentang rumah mana yang terbaik untuk Anda.

Lihat berapa harga rumah dan berapa jumlah yang harus Anda bayar untuk bisa membelinya

Kita anggap saja Anda sudah tahu tentang rumah mana yang Anda inginkan. Setelah itu, tanyakan berapa harganya. Jangan kaget kalau harganya mahal, karena rumah sebetulnya adalah salah satu pembelian terbesar yang mungkin pernah Anda lakukan dalam hidup Anda.

Oh ya, kadang-kadang mungkin ada biaya-biaya lain juga lho yang harus Anda bayar. Contohnya seperti Biaya Pemesanan (booking fee), Akte Jual Beli, Biaya Balik Nama Serfikat, Biaya Jasa Notaris dan lain sebagainya. Jadi sebetulnya, tidak hanya harga rumah itu saja yang harus Anda bayar, tetapi ada biaya-biaya lain juga yang harus Anda antisipasi sehingga dari sini Anda bisa menghitung berapa jumlah keseluruhan yang harus Anda bayar untuk bisa mendapatkan rumah yang Anda inginkan.

Hitung berapa jumlah dana yang Anda miliki saat ini

Setelah tadi Anda melihat rumah yang Anda inginkan dan menanyakan harganya, sekarang cobalah menghitung berapa jumlah dana yang Anda miliki pada saat ini. Dana tersebut bisa berasal dari tabungan, deposito atau dari koleksi investasi Anda yang lain. Kemudian, barulah kita masuk ke langkah berikut.

Putuskan apakah Anda akan membeli secara tunai atau kredit

Anda sudah menghitung berapa jumlah dana yang Anda miliki pada saat ini. Dari situ, sekarang pertanyaannya adalah: apakah dana Anda cukup untuk bisa membeli rumah tersebut secara tunai? Kalau ya, bagus. Anda mungkin bisa langsung membeli rumah tersebut dan persoalannya selesai. Bagaimana bila Anda tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli rumah tersebut secara tunai? Jelas Anda harus ambil kredit.

Kalau Anda datang ke bank, maka bank biasanya memiliki produk kredit yang bisa dimanfaatkan untuk membeli rumah. Nama produk ini adalah KPR atau Kredit Pemilikan Rumah. Untuk bisa mengambil KPR, maka bank biasanya tidak akan mau membayari rumah Anda 100%. Mereka hanya akan membayari rumah Anda sekitar 70% dari harga rumah, sisanya yang 30% harus Anda bayar sendiri dari kantong Anda. Bagaimana caranya? Kalau harga rumah yang Anda inginkan adalah Rp 100 juta, maka Anda harus membayar dulu 30%-nya dari kantong Anda (dalam contoh ini berarti Rp 30 juta). Setelah itu, barulah bank akan melunasi sisanya yang 70% (yaitu Rp 70 juta). Di sini, jumlah 30% yang Anda bayar dianggap oleh bank sebagai Uang Muka (Down Payment = DP)

Siapkan dananya

Sekarang, bagaimana kalau dana yang Anda miliki tidak cukup untuk bisa membayar Uang Muka yang 30% itu? Boro-boro bisa bayar yang 30 %, wong untuk bayar 10 %-nya saja enggak cukup Gimana dong kalau begitu?

Bila demikian, maka Anda mungkin harus menabung secara rutin untuk bisa mengumpulkan uang muka tersebut. Sebagai contoh, kalau harga rumah yang Anda inginkan adalah Rp 100 juta, 30 %-nya berarti Rp 30 juta. Nah, kalau dana Anda saat ini cuma Rp 5 juta, ini berarti Anda harus menabung untuk bisa mengumpulkan sisanya yang Rp 25 juta.

Di lain pihak, bisa saja Anda menabung bukan untuk membayar Uang Muka, tetapi untuk membayar rumah tersebut secara tunai 100 %. Walaupun mungkin hal ini bisa memakan waktu lama, tetapi dengan demikian Anda tidak perlu ambil kredit lagi kan? Dalam contoh di atas, ini berarti Anda harus menabung sampai bisa mengumpulkan Rp 100 juta dalam rekening Anda agar bisa membeli rumah tersebut secara tunai.

Tapi awas, jangan lupa untuk memasukkan unsur inflasi dalam perhitungan Anda. Artinya, harga rumah pada saat ini adalah Rp 100 juta. Anda lalu memutuskan untuk menabung selama satu tahun agar dana Rp 100 juta tadi bisa terkumpul. Tapi, mungkin saja setelah satu tahun harga rumah tersebut sudah naik sekitar sepuluh, duapuluh, atau tiga puluh persen. Jadi, jumlah yang harus Anda tabung bukan lagi Rp 100 juta, tetapi sebaiknya mungkin - sekitar Rp 130 juta.

Pada nomor mendatang, kita akan membahas tentang strategi apa yang harus Anda tempuh bila Anda ingin membeli rumah melalui jalur kredit. Kasarnya, bagaimana strateginya agar Permohonan KPR Anda bisa diterima oleh bank.

STRATEGI MENGAMBIL

KREDIT PEMILIKAN RUMAH

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 697/XIV

Dua nomor lalu kita telah membahas tentang persiapan apa yang harus Anda lakukan bila ingin membeli rumah. Sekarang, kita akan membahas tentang apa yang harus Anda lakukan bila Anda ingin membeli rumah secara kredit.

Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, pembelian rumah bisa dilakukan dengan dua macam cara: tunai maupun kredit. Anda bisa membeli rumah secara tunai bila Anda memiliki uang yang nilainya sama dengan harga rumah yang Anda inginkan. Sebagai contoh, bila harga rumah adalah Rp 100 juta (bangunan plus tanah), maka Anda bisa membeli rumah tersebut secara tunai bila Anda memang punya uang tunai sebesar Rp 100 juta.

Masalahnya, kebanyakan keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke bawah seringkali tidak memiliki uang tunai sebanyak itu. Jumlah uang tunai yang mereka punya mungkin hanya 60%-nya, 40%-nya, atau bahkan mungkin cuma 30%-nya. Lalu bagaimana solusinya? Solusinya adalah dengan membeli rumah tersebut secara kredit.

Sekarang, bisa tidak Anda mengambil kredit? Kalau Anda datang ke bank, maka bank biasanya memiliki produk kredit yang bisa dimanfaatkan untuk membeli rumah. Nama produk ini adalah KPR atau Kredit Pemilikan Rumah. Untuk bisa mengambil KPR, maka bank biasanya tidak akan mau membayari rumah Anda 100%. Mereka hanya akan membayari rumah Anda sekitar 70% dari harga rumah, sisanya yang 30% harus Anda bayar sendiri dari kantong Anda.

Bagaimana caranya? Kalau harga rumah yang Anda inginkan adalah Rp 100 juta, maka Anda harus membayar dulu 30%-nya dari kantong Anda (dalam contoh ini berarti Rp 30 juta). Setelah itu, barulah bank akan melunasi sisanya yang 70% (yaitu Rp 70 juta). Disini, jumlah 30% yang Anda bayar dianggap oleh bank sebagai Uang Muka (Down Payment = DP), dan jumlah 70% yang dipinjamkan bank untuk membayar sisa harga rumah akan menjadi hutang bagi Anda yang harus Anda cicil pembayarannya, tentunya disertai dengan bunga.

Pertanyaan berikutnya, apakah Anda punya dana yang cukup untuk membayar Uang Muka yang 30% itu? Kalau ya, bagus. Ini berarti Anda tinggal melanjutkan ke langkah yang berikutnya, yaitu mengajukan Permohonan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) ke bank. Tetapi bagaimana bila Anda tidak memiliki dana untuk membayar Uang Muka tersebut? Ini berarti Anda harus menabungnya terlebih dahulu, dan jangan memaksakan diri untuk mengajukan Permohonan KPR sekarang juga. Ingat sekali lagi, bank hanya akan memberikan kredit bila Anda mau membayar jumlah sebesar 30%-nya terlebih dahulu. Kalau Anda tidak punya uang yang 30%-nya itu, maka Anda harus menabungnya lebih dulu.

Mengajukan Permohonan KPR ke Bank

Oke, Anda sudah melihat-lihat rumah dan sudah tahu harganya. Anda juga sudah menghitung bahwa Anda punya cukup dana untuk bisa membayar porsi yang 30% sebagai Uang Muka Rumah. Sekarang, Anda memutuskan untuk mengajukan Permohonan KPR kepada bank.

Pada saat ini, sebagian besar bank pada umumnya menyediakan fasilitas KPR. Anda bisa datang ke salah satu bank yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal Anda, datang ke Customer Service-nya dan mengutarakan maksud Anda. Mereka biasanya akan menyerahkan sebuah Formulir Permohonan KPR untuk Anda bawa pulang dan isi, untuk lalu diserahkan lagi kepada bank. Di situlah bank akan membaca jawaban Anda dan menganalisanya.

O ya, tidak semua Permohonan KPR dari calon nasabah akan diterima oleh bank. Ini karena bank biasanya mempunyai kriteria sendiri dalam meluluskan Formulir permohonan KPR yang masuk kepada mereka. Apa saja kriterianya?

Orang tersebut harus berusia maksimal 50 tahun ketika mengajukan Permohonan KPR kepada bank.

Orang yang bersangkutan harus sudah bekerja dan memiliki penghasilan, yang dibuktikan dengan adanya dokumen-dokumen tertentu. Penghasilan tersebut minimal besarnya harus 3 kali dari jumlah cicilan KPR yang diinginkan tiap bulannya, bila KPR tersebut diluluskan

Bila orang itu pernah memiliki hutang di tempat lain, maka orang itu harus memiliki sejarah pembayaran kredit yang baik di sana, terutama pada masa duabelas bulan terakhir.

Strategi agar Permohonan KPR Bisa Diterima

Nah, melihat kriteria-kriteria tersebut, ada baiknya kalau Anda memiliki strategi khusus sebelum mengajukan Permohonan KPR kepada bank. Tujuannya agar Permohonan KPR Anda bisa diluluskan oleh pihak bank. Karena itu, ada tiga hal yang harus diperhatikan sebelum Anda mengajukan Permohonan KPR kepada bank:

Siapkan dokumen keuangan yang diperlukan:

Siapkan dokumen keuangan yang pasti (atau hampir pasti) akan diminta oleh pihak bank. Apa itu? Bila Anda adalah seorang karyawan yang bekerja di perusahaan, maka dokumen yang akan diminta oleh bank adalah:

a. Surat Keterangan Bekerja di Perusahaan (minimal Anda harus sudah bekerja di perusahaan tersebut selama 2 tahun)

b. Slip Gaji Asli

c. Catatan Rekening Bank (minimal selama 3 bulan terakhir)

Bila Anda adalah seorang wiraswastawan, maka dokumen yang akan diminta oleh bank adalah:

a. Daftar Pelanggan Anda (bila memungkinkan)

b. Daftar Pemasok Anda (bila usaha Anda bersifat usaha dagang)

c. Bukti Transaksi Keuangan Anda dengan Pelanggan (seperti bon atau faktur)

d. Catatan Rekening Bank (minimal selama 3 bulan terakhir)

e. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

f. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) bila usaha Anda bersifat usaha dagang)

g. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)

Bila Anda adalah seorang profesional, maka dokumen yang akan diminta oleh bank adalah:

a. Daftar Pelanggan atau klien Anda (bila memungkinkan)

b. Bukti Transaksi Keuangan Anda dengan Pelanggan (seperti bon atau faktur)

c. Catatan Rekening Bank (minimal selama 3 bulan terakhir)

d. NPWP

e. Surat Izin Praktek (untuk beberapa profesi tertentu)

Siapkan kelengkapan dokumen dari jaminan yang akan diajukan

Bila Anda membeli rumah secara kredit, maka rumah yang akan dibeli tersebut biasanya akan diminta oleh bank untuk dijaminkan kepada mereka. Ini berarti, apabila Anda tidak bisa meneruskan pembayaran cicilan KPR Anda (macet dan tidak ada penyelesaiannya), maka rumah itu akan disita oleh bank untuk mengganti sisa hutang yang belum Anda bayar.

Itulah sebabnya, adalah penting bagi bank untuk memeriksa lebih dulu kelengkapan dokumen dari rumah yang akan dijaminkan tersebut. Apa saja dokumen itu?

a. Sertifikat Tanah

b. Sertifikat IMB + Blue Print (cetak biru gambar rumah tersebut)

c. SPPT PBB Tahun terakhir

Dengan demikian, selama Anda membayar Cicilan KPR Anda, maka dokumen-dokumen tersebut akan disimpan oleh bank sampai cicilan KPR Anda lunas. Jadi, pastikan Anda mengecek terlebih dahulu kelengkapan dari dokumen-dokumen tersebut sebelum Anda mengajukan Permohonan KPR Anda kepada bank.

Perbaiki Penampilan Keuangan Anda

Anda juga perlu memperbaiki penampilan keuangan Anda agar bank bisa menangkap "kesan" yang baik terhadap keuangan Anda. Dengan memperbaiki penampilan keuangan Anda, maka akan makin besar kemungkinannya bahwa bank akan menerima permohonan KPR Anda. Karena itu, di bawah ini adalah sejumlah hal yang harus diperhatikan dalam memperbaiki penampilan keuangan Anda:

a. Perbaiki Catatan Rekening Bank yang Anda miliki.

Bila Anda bekerja sebagai karyawan, bank akan meminta slip gaji sebagai bukti bahwa Anda memang memiliki penghasilan sebesar jumlah tertentu setiap bulannya. Namun demikian, jangan lupa bahwa bank mungkin tidak akan percaya begitu saja kepada slip gaji tersebut. Bank biasanya masih akan meminta catatan rekening bank Anda (biasanya berupa laporan rekening koran atau buku tabungan) untuk membuktikan apakah memang benar ada uang masuk sejumlah nilai yang persis sama seperti apa yang tercantum dalam slip gaji Anda.

Sekarang, bila Anda biasa mendapatkan penghasilan secara tunai (bukan transfer), (entah apakah Anda bekerja sebagai karyawan, profesional, atau wiraswastawan) maka usahakan untuk menyetorkan penghasilan tersebut lebih dulu ke rekening Anda, sebelum Anda menggunakannya untuk membayar pengeluaran Anda sehari-hari. Dengan demikian, bank dapat membuktikan bahwa Anda memang memiliki penghasilan secara rutin sebesar minimal sekian rupiah setiap bulannya.

Dan, kalau bisa, usahakan agar catatan rekening bank tersebut menunjukkan adanya pemasukan sekitar minimal tiga sampai enam bulan terakhir penghasilan Anda.

b. Lancarkan pembayaran hutang Anda di tempat lain.

Kalau Anda punya hutang di tempat lain (seperti Hutang Kartu Kredit atau hutang kepada bank lain), usahakan agar pembayaran tagihannya tidak sampai macet. Sebagai informasi saja untuk Anda, bank bisa menganalisa dan mempunyai cara tersendiri dalam memperkirakan kondisi keuangan Anda yang sebenarnya, salah satunya adalah apakah Anda pernah macet atau tidak dalam membayar hutang di tempat lain. Jika diperkirakan bahwa Anda pernah macet dalam membayar hutang Anda di tempat lain, bisa-bisa permohonan kredit Anda akan ditolak karena bank takut hal yang sama bisa terulang kepada mereka. Jadi sekali lagi, lancarkan pembayaran hutang Anda di tempat lain.

Nah, sekarang bagaimana bila Anda ternyata pernah macet dalam membayar tagihan hutang di tempat lain? Kalau itu baru-baru saja terjadi, maka Anda sebaiknya menunda permohonan KPR Anda dan melancarkan dulu pembayaran hutang di tempat lain itu sampai dengan - paling tidak ­duabelas bulan ke depan. Setelah dua belas bulan, baru ajukan lagi permohonan KPR Anda kepada bank, karena walaupun Anda pernah punya tagihan macet di tempat lain, tapi diharapkan kondisi keuangan Anda sudah baik kembali dalam duabelas bulan itu. Sekali lagi, bank bisa menganalisa dan mempunyai cara tersendiri untuk memperkirakan kondisi keuangan Anda yang sebenarnya, salah satunya adalah apakah baru-baru ini Anda pernah macet dalam membayar hutang di tempat lain.

c. Atur proporsi cicilan hutang Anda.

Perhatikan bahwa bank mungkin - akan menolak Permohonan KPR Anda bila total cicilan hutang Anda (termasuk cicilan KPR Anda apabila diluluskan) adalah sebesar sepertiga (atau sekitar 33%) dari penghasilan Anda.

Sebagai contoh, bila penghasilan rutin Anda Rp 2 juta per bulan, lalu tiap bulan, Anda mencicil ini dan itu di tempat lain sebesar sekitar Rp 600 ribu setiap bulan. Ini berarti, total cicilan hutang Anda setiap bulan sudah memakan sekitar 30% dari penghasilan rutin Anda yang Rp 2 juta per bulan. Nah, andaikata permohonan KPR Anda diterima oleh bank dan Anda harus membayar tambahan cicilan KPR sebesar misalnya Rp 400 ribu sebulan, maka ini berarti total cicilan hutang Anda adalah Rp 1 juta (atau memakan porsi sekitar 50% dari Penghasilan Rutin Anda). Di sinilah bank mungkin akan menolak Permohonan KPR Anda.

Ini karena bank berpendapat bahwa bila total cicilan hutang Anda memakan porsi yang lebih besar daripada sepertiga penghasilan rutin Anda, maka bank "takut" bahwa Anda jadi kesulitan membayar pengeluaran rumah tangga Anda yang lain, sehingga mungkin akan tergoda untuk mengambil porsi yang seharusnya digunakan untuk membayar cicilan KPR. Buntutnya, ditakutkan cicilan KPR tidak bisa terbayar setiap bulannya karena uangnya dipakai untuk membayar pengeluaran rumah tangga.

Jadi bila pada saat ini Anda sudah punya Cicilan Hutang yang totalnya sudah mencapai 33% dari penghasilan rutin Anda, jangan harap permohonan KPR Anda bisa diterima. Kurangi dulu porsi cicilan hutang yang 33% tersebut, baru Anda bisa mengharapkan agar Permohonan KPR Anda bisa diterima. Sekali lagi, bagi bank, Cicilan semua hutang Anda, plus cicilan KPR Anda (apabila diluluskan), harus memakan porsi maksimal sebesar 1/3 atau 33% dari Penghasilan Rutin Anda.

TAWAR, TAWAR, TAWAR

Bila Anda membeli rumah dari pengembang (developer), maka rumah tersebut biasanya masih baru, berada di kompleks perumahan dan belum pernah ditempati sama sekali. Untuk rumah seperti ini, biasanya harga yang ditawarkan pengembang adalah harga pas.

Namun demikian, Anda bisa juga tidak membeli rumah dari pengembang, tetapi dari orang yang sudah menempati rumah tersebut. Jadi, istilahnya adalah rumah bekas. Nah, untuk rumah seperti ini biasanya harga yang ditawarkan masih bisa dinegosiasikan. Karena itu, ada beberapa informasi yang sebaiknya Anda dapat sehingga Anda bisa lebih siap dalam melakukan tawar menawar harga dengan si penjual:

Cek apakah harga rumah yang ditawarkan penjual kurang lebih sama dengan harga rumah lain dengan kondisi yang sama dan di lokasi yang sama. Bila harga rumah di tempat lain tersebut lebih rendah, Anda mungkin bisa meminta si penjual menurunkan harganya.

Cek juga kondisi rumah tersebut, apakah rumah itu memiliki sejumlah kerusakan yang tidak bisa tidak ­harus diperbaiki oleh Anda sebagai pemilik barunya nanti. Semakin banyak kerusakannya, posisi tawar menawar Anda bisa lebih kuat karena Anda bisa meminta si penjual menurunkan harga rumahnya.

Cek juga sudah berapa lama rumah tersebut ditawarkan untuk dijual. Jika rumah itu sudah ditawarkan dalam waktu yang cukup lama, maka si penjual mungkin akan makin ingin menjual rumahnya dan mau menerima tawaran harga yang lebih rendah.

MEMBELI MOBIL

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 705/XIV

Beberapa di antara Anda mungkin tertarik untuk memiliki mobil pribadi. Entah apakah itu dalam bentuk sedan, minibus, station wagon, bak terbuka, atau apapun itu. Dan mobil, selain lebih memudahkan urusan kita dalam bepergian, baik untuk urusan pekerjaan maupun urusan rumah tangga, juga menghindarkan kita dari risiko kehujanan atau kepanasan. Selain itu, mobil Anda juga bisa digunakan membawa barang dalam jumlah banyak atau menggunakannya untuk tujuantujuan produktif lainnya, seperti memperlancar jalannya usaha Anda, mengantar anak ke sekolah, mengajak keluarga bepergian, dan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya, kebutuhan akan mobil bukan lagi bergantung pada manfaatnya, tapi juga pada gengsinya. Kita tidak bisa menutup mata bahwa gengsi terkadang juga memegang peranan penting dalam mempengaruhi pertimbangan seseorang sebelum memilih mobil. Tentu saja, ini sah-sah saja, sepanjang Anda memang masih bisa membiayainya. Ya, kan?

Kebanyakan orang berpikir bahwa membeli mobil tidak serumit membeli rumah. Lagipula apa, sih, susahnya, datang saja ke dealer mobil, pilih model yang cocok, kemudian negosiasikan harganya. Beres, kan? Betul. Harga mobil pada umumnya memang tidak semahal harga rumah. Bila Anda membeli mobil secara kredit, pilihan jangka waktu kredit yang tersedia pada umumnya juga lebih sedikit dan lebih pendek daripada jangka waktu kredit untuk membeli rumah.

Betul. Membeli mobil memang tidak serumit membeli rumah. Tapi, apa yang harus dilakukan setelah membeli mobil itulah yang harus betul-betul diketahui. Ini karena ketika Anda membeli mobil, maka Anda sebetulnya sudah mengikatkan diri pada suatu komitmen jangka panjang. Iya, dong. Komitmen pertama adalah komitmen yang berhubungan dengan operasional mobil itu, seperti bahwa Anda harus mengeluarkan uang secara rutin untuk membayar biaya bahan bakarnya, biaya parkir, dan lain sebagainya. Komitmen kedua adalah komitmen yang berhubungan dengan perawatan mobil itu, seperti bahwa Anda harus mengeluarkan uang untuk merawat mobil Anda secara rutin dan mengganti suku cadang setiap beberapa ratus/ribu kilometer sekali. Itu juga butuh biaya yang mungkin tidak sedikit. Komitmen ketiga adalah komitmen yang berhubungan dengan pembetulan kerusakan. Artinya, Anda juga harus melakukan pembetulan setiap kali ada kerusakan yang terjadi pada fisik atau suku cadang mobil Anda, entah itu karena kecelakaan atau bukan. Itu juga butuh biaya yang mungkin tidak sedikit.

Semua itu, tentu saja akan membebani anggaran pengeluaran dalam keluarga Anda. Belum lagi bahwa harga-harga biasanya akan selalu naik setiap tahun. Inilah sebabnya kita sering mendengar kata-kata, "Makin tua umur mobil, biasanya dia akan semakin merongrong." Tentunya kata merongrong di sini adalah merongrong uang Anda.

Tapi, hal sebaliknya terjadi pada nilai mobil itu sendiri. Perlu Anda tahu bahwa mobil adalah barang yang nilainya menyusut dari tahun ke tahun bila Anda pakai. Yang jelas, mesin mobil tidak akan lebih prima daripada ketika Anda membelinya pertama kali. Belum lagi badan luar mobil. Inilah kenapa nilai mobil akan terus menyusut dari tahun ke tahun setelah Anda pakai.

BERAPA YANG SANGGUP ANDA BIAYAI?

Hal yang pertama yang harus dilakukan sebelum membeli mobil adalah dengan mengetahui berapa jumlah dana yang Anda miliki saat ini dan memberi batasan seberapa banyak dari dana tersebut yang dapat dibelanjakan untuk membeli mobil. Pembelian mobil dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu membeli secara tunai atau membeli secara kredit. Biasanya dealer mobil akan meminta Anda untuk membayar "tanda jadi" atau booking fee (semacam harga yang harus dibayar agar mobil Anda tidak 'diambil' orang lain).

Untuk pembelian mobil secara kredit maka Anda akan diminta untuk membayar uang muka sebesar jumlah tertentu dari harga mobil, sehingga sisanyalah yang akan dicicil. Setiap dealer mobil biasanya bekerja sama dengan perusahaan leasing untuk menyediakan jasa pembelian mobil dengan kredit. Atau, bisa juga mengajukan Kredit Pemilikan Mobil (KPM) ke bank. Pada saat ini jangka waktu kredit mobil rata-rata hanya 1 s/d 3 tahun. Untuk menentukan berapa jumlah cicilan mobil yang sanggup Anda bayar, maka patokannya adalah jumlah cicilan kredit mobil Anda seharusnya tidak lebih dari 1/3 penghasilan Anda per bulan, sehingga sisanya atau 2/3 dari penghasilan Anda dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga. Selain itu, perlu diperhitungkan pula anggaran untuk biaya bahan bakar mobil, perawatannya dan asuransi.

MEMILIH JENIS MOBIL YANG SESUAI

Ada baiknya bila Anda memilih mobil yang sesuai dengan kebutuhan Anda, dan bukan semata-mata karena mobil tersebut sudah begitu lama Anda inginkan. Tentukan manfaat apa saja yang Anda inginkan dari mobil itu, dan cari jenis mobil yang paling memenuhi manfaat yang Anda inginkan tersebut. Dengan hanya membatasi pilihan pada jenis mobil yang memang memenuhi kebutuhan Anda, maka Anda dapat lebih banyak menghemat waktu dan mencegah keluarnya lebih banyak uang untuk membeli mobil yang - mungkin - belum tentu memenuhi kebutuhan Anda.

Sebelum membeli mobil, carilah informasi tentang harga-harga pasaran dari berbagai macam merek mobil yang memiliki jenis mobil yang Anda inginkan. Semakin banyak pilihan mereknya, tentu akan semakin baik untuk Anda..

Setelah Anda mempersiapkan anggarannya dan memilih jenis mobil yang Anda inginkan, maka saatnya bagi Anda untuk pergi membelinya. Membeli mobil tentu saja tidak selalu berarti bahwa Anda harus pergi ke dealer mobil. Bisa saja Anda membelinya dari saudara atau teman. Tapi, yang paling penting adalah bahwa Anda harus tetap pada rencana semula dan mematuhi anggaran yang sudah dibuat. Siapapun mereka - entah mereka adalah saudara Anda, teman Anda atau siapapun dia yang mungkin dekat dengan Anda - anggap saja bahwa semuanya adalah penjual mobil yang akan membujuk Anda untuk membeli, tidak peduli apakah mobil tersebut sesuai dengan kebutuhan Anda atau tidak.

Yang terbaik yang bisa Anda lakukan adalah dengan memperlihatkan bahwa Anda sudah tahu apa yang akan dibelanjakan dan Anda sedang mencari mobil tertentu yang memiliki manfaat seperti yang Anda inginkan. Di bawah ini adalah sejumlah tips yang mungkin berguna bagi Anda ketika sedang melihat-lihat, memilih dan membeli mobil:

Jangan pernah memutuskan membeli mobil tanpa mempertimbangkannya lebih dulu. Ingat, mobil ini akan Anda pakai selama beberapa tahun ke depan. Jadi, jangan pernah langsung membeli mobil tanpa lebih dulu mempertimbangkannya, walaupun jika mobil itu diiming-imingi diskon sekalipun. Mobil dengan harga murah belum tentu bisa memenuhi kebutuhan Anda. Tidak perlu terburu-buru. Lihat semua pilihan yang tersedia. Gabungkan seluruh informasi dari dealer-dealer mobil yang sudah Anda kunjungi dan bandingkan harganya satu sama lain.

Jika Anda menghubungi dealer lewat telepon untuk menanyakan harga mobil, catatlah selalu nama penjual yang mengatakan harga itu kepada Anda dan jangan lupa untuk memberikan juga nama Anda. Gunanya adalah bahwa ketika Anda datang, si penjual mobil tidak akan memberikan harga yang berbeda (yang mungkin lebih tinggi) daripada ketika ia memberitahukan harganya lewat telepon.

Waktu-waktu yang terbaik untuk bernegosiasi harga biasanya adalah di akhir bulan, ketika para penjual mobil sedang berusaha untuk mencapai target penjualan. Demikian juga beberapa minggu sebelum hari raya Lebaran atau Natalan. Atau bisa juga pada bulan Januari atau Februari. Ini karena biasanya pada saat-saat tersebut bisnis sedang berjalan lambat.

Jangan pernah mendiskusikan mengenai cicilan kredit mobil sampai Anda mendapatkan harga yang pasti. Buatlah negosiasi menjadi mudah dan sederhana.

Bersiaplah untuk mengatakan tidak jika Anda merasa tidak mendapatkan harga yang pantas untuk mobil tersebut. Jangan merasa sungkan untuk angkat kaki bila Anda merasa harganya tidak cocok.

PERSYARATAN KREDIT MOBIL

Tentu saja, membeli mobil secara tunai biasanya akan lebih murah dibanding bila Anda membeli mobil tersebut secara kredit. Namun demikian, jika dana Anda tidak mencukupi untuk membeli mobil secara tunai, maka Anda dapat membelinya secara kredit. Bila Anda membeli mobil melalui dealer, maka setiap dealer mobil biasanya menyediakan jasa pembelian mobil secara kredit, dimana mereka bekerja sama dengan perusahaan keuangan seperti perusahaan leasing (perusahaan pembiayaan) atau bank. Sehingga, disetujui atau tidaknya permintaan kredit yang Anda ajukan tersebut, tentu saja berada di tangan perusahaan leasing atau bank tersebut. Untuk mengajukan kredit mobil, maka Anda perlu melengkapi datadata diri Anda sebagai berikut:

Foto kopi KTP

Foto kopi Kartu Keluarga

Foto kopi Akte Nikah, bagi yang sudah menikah

Foto kopi slip gaji dan Surat Keterangan Bekerja, bagi karyawan

Foto kopi Buku Tabungan atau Rekening Koran minimal 3 bulan terkahir

Foto kopi tagihan listrik 1 bulan terakhir

Foto kopi SPPT / PBB (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang / Pajak Bumi dan Bangunan ) tahun terakhir

Oh ya, walaupun Anda membeli mobil secara kredit, Anda harus tetap menyediakan sejumlah uang tunai karena ada beberapa biaya-biaya yang harus dibayar di muka, seperti :

Tanda jadi (booking fee)

Uang muka (down payment)

Biaya asuransi mobil

Biaya administrasi

Dan mungkin akan lebih bijaksana jika Anda tidak memaksakan diri untuk membeli mobil baru, jika setelah diperhitungkan, ternyata cicilan bulanannya sangat berat untuk Anda. Ini karena pendeknya jangka waktu kredit pada mobil (yang biasanya 1 s/d 3 tahun) membuat jumlah cicilan bulanan mobil akan jauh lebih besar daripada cicilan rumah yang jangka waktunya panjang (bisa sampai 15 tahun). Jika kondisi Anda seperti ini, maka ada baiknya bila Anda mempertimbangkan saja untuk membeli mobil bekas yang kondisinya masih baik.

DIJUAL KEMBALI

DENGAN HARGA LEBIH TINGGI

Kenapa ada mobil yang bisa dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi?

Di atas dikatakan bahwa nilai mobil akan terus menyusut dari tahun ke tahun segera setelah Anda memakainya. Lalu, kenapa ada mobil yang bisa dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi daripada harga belinya setelah dipakai? Jawabannya adalah karena naiknya harga dolar. Jangan lupa bahwa suku cadang mobil-mobil di Indonesia pada umumnya masih dibeli dari luar negeri, dimana transaksi pembelian tersebut menggunakan mata uang dolar. Bahkan - selain suku cadang - ada beberapa merk mobil yang juga dibeli langsung dari luar negeri (dimana ini juga menggunakan mata uang dolar). Nah, ketika harga dolar naik, maka harga jual kembali mobil juga ikut naik. Inilah kenapa ketika terjadi krisis moneter lalu, ketika harga dolar melonjak dari Rp 2500-an menjadi Rp 10.000-an, banyak mobil yang bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi daripada harga belinya.

Tapi dari segi nilainya, nilai mobil seharusnya menurun setelah Anda pakai, bukan malah naik. Ini karena kondisi mobil Anda setelah dipakai tidak lagi akan seprima ketika Anda membelinya pertama kali. Jadi, jangan harap Anda bisa menjual mobil Anda dengan harga yang (jauh) lebih tinggi dibanding pada harga ketika Anda membelinya, kecuali bila harga dolar naik secara drastis seperti yang pernah terjadi pada tahun 1998.

CICIL MOBIL BEBAS BUNGA

Oleh: Ahmad Gozali

Dikutip dari Majalah Alia

Kebutuhan untuk memiliki kendaraan sendiri bagi sebuah keluarga semakin lama semakin meningkat. Sepertinya hal ini juga berhubungan dengan kebutuhan akan perumahan. Kebutuhan akan rumah yang sangat tinggi membuat harga rumah menjadi semakin mahal. Bagi keluarga muda yang ingin memiliki rumah sendiri, mau tidak mau harus memilih lokasi perumahan yang sedikit lebih jauh di pinggiran kota dimana harganya bisa lebih murah.

Karena untuk mendapatkan rumah yang murah berarti harus rela dengan lokasi yang jauh, maka kebutuhan akan kendaraan pun menjadi semakin tinggi. Semakin murah rumah, biasanya juga semakin jauh lokasinya. Dan semakin jauh lokasinya, semakin besar pula kebutuhan akan kendaraan. Baik itu mobil ataupun sepeda motor.

Tentu saja cukup berat untuk bisa membeli kendaraan secara tunai, apalagi kendaraan berupa mobil yang harganya sama mahalnya dengan harga rumah. Itu berarti kita lagi-lagi perlu membelinya secara mencicil saja. Dan kalau yang namanya beli cicil, biasanya kena bunga. Dan yang namanya bunga, tentu saja tidak diperbolehkan untuk umat Islam.

Lalu bagaimana dong solusinya? Jangan khawatir, bank syariah sudah bisa memberikan jawaban akan masalah ini. Tidak mau kalau dengan bank konvensional atau perusahaan leasing, bank syariah juga punya produk untuk pembiayaan kepemilikan kendaraan sendiri. Baik itu kendaraan berupa sepeda motor maupun mobil.

Kalau di bank konvensional, kita sudah biasa dengar yang namanya KPM atau Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor. Sesuai dengan namanya, transaksinya adalah kredit. Yaitu kita meminjam uang dari bank untuk membeli kendaraan, selanjutnya hutang tersebut dibayar kembali dengan ditambah bunga. Tambahan berupa bunga inilah yang bermasalah dalam syariat Islam. Begitu juga kalau kita mencicil kendaraan di perusahaan multifinance, transaksinya adalah sewa-beli. Yaitu kita menyewa kendaraan selama beberapa waktu dan membelinya di akhir periode. Harga sewanya dihitung dengan menggunakan bunga, dan kalau terlambat bayar dikenakan juga bunga tambahan.

The Syariah Way

Beda halnya kalau datang ke bank syariah, kita bisa beli kendaraan dengan mencicil bebas bunga. Tapi jangan salah kaprah, bebas bunga bukan berarti harganya sama dengan harga beli tunai. Maksudnya bebas bunga adalah tidak ada tambahan keuntungan berupa bunga. Bank syariah mengambil untung dengan cara jual beli atau dari biaya sewa, bebas bunga dan lebih berkah.

Ada dua macam traksaksi atau akad yang bisa diterapkan oleh bank syariah untuk pembiayaan kendaraan. Akad pertama yaitu akan murabahah atau jual beli tangguh. Dan yang kedua yaitu akad Ijarah Muntanhia BitTamlik (IMBT) atau akad sewa menyewa dengan perjanjian perpindahan hak milik, atau untuk gampangnya sebut saja ini sebagai leasing syariah.

Untuk akad IMBT, transaksinya mirip dengan leasing konvensional. Hanya saja pada IMBT tidak ada mekanisme bunga yang berlaku untuk pembayaran sewa dan denda. Sedangkan untuk akad murabahah, akadnya sama saja dengan akad murabahah untuk rumah yang sudah kita bahas beberapa bulan yang lalu.

Contoh kasus berikut bisa memberikan gambaran yang lebih ditel lagi mengenai hal ini:

Adit adalah seorang supervisor yang lebih banyak bekerja di lapangan untuk mengawasi bawahannya. Untuk menunjang pekerjaannya tersebut, ia membutuhkan sebuah mobil. Dengan penghasilannya yang Rp 10 juta per bulan, ia sudah menghitung bahwa ia bisa menyisihkan Rp 2 juta – Rp 3 juta per bulan untuk mencicil mobil. Ia pun mulai melakukan survey ke beberapa dealer mobil dan menemukan beberapa pilihan kendaraan yang cocok untuknya.

Setelah itu ia datang ke bank syariah dan mengajukan pembiayaan untuk pembelian sebuah mobil yang diidamkannya. Tidak lupa tentunya ia melengkapi juga syarat-syarat yang diperlukan yaitu identitas dirinya seperti fotokopi KTP Adit sendiri & istrinya, Surat Nikah, Kartu Keluarga, dll. Lalu bukti penghasilannya berupa slip gaji 2 bulan terakhir beserta bukti pemotongan pajak oleh perusahaan dan rekeningnya di bank. Serta tentunya tipe kendaraan yang diinginkannya beserta daftar harga yang dikeluarkan oleh dealer.

Setelah menilai kelayakannya, bank lalu meminta komitmen keseriusan Adit yaitu dengan memintanya untuk membayar uang muka sebesar Rp 20 juta untuk mobil Avanza Rp 100 juta yang diinginkannya. Mereka pun lalu menyepakati margin bank sebesar 50% untuk jangka waktu 5 tahun. Ini artinya, bank membeli Avanza dari dealer seharga Rp 100 juta dan menjualnya lagi pada Adit seharga Rp 20 juta dimuka, ditambah Rp 120 juta dicicil selama 60 bulan. Berikut ini perhitungannya:

Harga mobil dari dealer : Rp 100 juta

Uang muka Adit : Rp 20 juta -

Pembiayaan bank : Rp 80 juta

Margin bank (80 juta x 50%) : Rp 40 juta +

Saldo hutang Adit ke Bank : Rp 120 juta

Cicilan (60 bulan) : Rp 120 juta = Rp 2 juta/bulan= 60 bulan

Selain uang muka, biasanya juga ada biaya tambahan seperti asuransi, provisi, administrasi dan lain sebagainya yang harus ditanggung oleh Adit.

Syarat & kelangkapan administrasi:

Biasanya bank hanya akan menyetujui pembiayaan untuk karyawan yang sudah bekerja sebagai karyawan tetap setidaknya selama 2 tahun dengan gaji bulanan setidaknya 3 kali lipat dari cicilan. Sedangkan untuk pengusaha, bank hanya mau jika usahanya punya kelengkapan dokumen usaha dan perizinan. Begitu juga dengan pekerja profesional, ia harus punya sertifikasi yang diperlukan dan izin praktek.

Pada dasarnya, ada beberapa persyaratan dan kelengkapan administrasi yang harus dipenuhi oleh seorang konsumen yang ingin mendapatkan pembiayaan. Tentu saja ini adalah yang umum-umum saja, karena setiap bank biasanya juga punya kebijakan sendiri yang bisa jadi berbeda-beda.

Identitas diri dan pasangan

Untuk seseorang yang sudah berkeluarga, pembiayaan yang diajukan harus atas persetujuan bersama. Maka dokumen yang dibutuhkan diantaranya yaitu foto kopi KTP sendiri & pasangan, surat nikah, kartu keluarga, dan surat persetujuan dari pasangan.

Bukti bekerja dan penghasilan

Untuk karyawan, bank akan meminta surat keterangan bekerja atau SK Pengangkatan dari perusahaan. Dan tentu saja slip gajinya. Sebagai pendukung, bank juga biasanya minta foto kopi buku tabungan atau rekening koran di bank.

Bukti usaha/praktek profesi

Untuk pengusaha: SIUP, Domisili, TDP, dll. Untuk pekerja mandiri: Sertifikasi profesi, izin praktek, dll.

NPWP

Untuk pembiayaan diatas Rp 50 juta, harus memiliki NPWP. Kecuali karyawan, cukup dengan bukti pemotongan pajak oleh perusahaan.

Jaminan/agunan

Untuk pembiayaan tertentu, bank bisa meminta agunan/jaminan tambahan. Sedangkan untuk pembiayaan kendaraan, agunannya cukup kendaraan itu sendiri. Itulah makanya bank akan menyimpan BPKB kendaraan tersebut sampai cicilannya lunas.

Salam

Ahmad Gozali

Perencana Keuangan

BILAMANA KITA

HARUS MENGAMBIL KREDIT?

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 693/XIV

Dua nomor yang lalu ketika saya menulis tentang kredit tanpa agunan (KTA), saya menerima banyak sekali telepon dan surat elektronik dari pembaca yang menanyakan tentang bank mana saja yang menjual produk KTA. Ini menunjukkan banyaknya minat pembaca untuk mengambil kredit.

Kredit sebetulnya dibuat untuk memudahkan Anda. Baik dalam membuka usaha, membeli sesuatu, atau mengatasi kebutuhan tertentu atas sejumlah dana. Orang yang tidak punya uang tunai, seringkali bisa membeli sesuatu dengan cara mengambil kredit. Kalau Anda harus menabung dulu sebelum bisa membeli suatu barang, mungkin dengan mengambil kredit Anda bisa membeli dulu, dan menabungnya belakangan. Hanya saja, menabungnya dalam bentuk membayar ke bank.

Sayangnya sering ada masalah yang muncul dalam mengambil kredit. Orang sering terjebak mengambil kredit walaupun sebenarnya dia bisa membayarnya secara tunai. Banyak orang berpikir, kalau saya bisa kredit untuk membeli suatu barang, kenapa saya harus membeli secara tunai (walaupun uang tunainya ada)? Padahal sudah jelas bahwa total uang yang Anda bayar bila Anda membeli barang secara kredit akan lebih besar daripada bila Anda membeli barang tersebut secara tunai. Malah makin lama jangka waktu kreditnya, jumlah uang yang harus Anda bayar biasanya akan makin besar.

Anehnya, walaupun demikian, masih banyak saja orang yang mengambil kredit untuk membeli barang walaupun dia punya uang tunainya. Pikiran yang seringkali muncul adalah bahwa dengan mengambil kredit, seseorang bisa memanfaatkan uang tunai (yang sudah dia miliki) untuk keperluan lain.

Dari situlah muncul pertanyaan, kapan sih sebetulnya seseorang harus membeli barang secara kredit? Dalam tulisan kali ini saya akan membahas tentang kapan Anda harus membeli barang secara kredit, dan kapan Anda harus membeli barang secara tunai.

DUA MACAM NILAI BARANG

Dalam berhutang, ada dua macam barang yang bisa Anda hutangkan. Yang pertama adalah barang-barang yang nilainya menurun, dan yang kedua adalah barang-barang yang nilainya menaik.

Contoh barang yang nilainya menurun yang sering kita hutangkan adalah:

Kendaraan.

Iya dong, kalau Anda membeli kendaraan dan memakainya dalam jangka waktu katakan enam bulan, maka setelah enam bulan kendaraan tersebut biasanya tidak bisa Anda jual kembali dengan harga yang sama ketika Anda membelinya, tetapi malah lebih rendah. Ini wajar karena kendaraan tersebut mengalami penyusutan nilai. Kecuali nilai dolar tidak naik tinggi sekali, maka harga jual mobil Anda ketika Anda menjualnya kembali harusnya lebih rendah dibanding ketika Anda membelinya, bukan malah lebih tinggi.

Barang-barang elektronik.

Apakah Anda punya barang elektronik di rumah? Apakah Anda ingat berapa harganya ketika Anda membelinya dulu? Bila Anda ingat, sekarang bisakah Anda jual lagi barang tersebut dengan harga yang sama dengan ketika Anda membelinya waktu itu? Biasanya tidak. Ini karena barang elektronik adalah barang yang mengalami penyusutan juga.

Oke, itu adalah contoh barang yang nilainya menurun. Selain barang yang nilainya menurun, ada juga barang yang nilainya menaik. Contohnya adalah properti. Properti terdiri atas tanah dan bangunan. Dalam jangka panjang (diatas 10 tahun), nilai properti biasanya naik terus (tanahnya, bukan bangunannya). Ini karena kebutuhan atas tanah terus meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk dunia, sedangkan jumlah tanah tidak bertambah.

MENENTUKAN KREDIT ATAU TIDAK

Sekarang masalahnya, kapan kita harus mengambil barang secara kredit dan kapan kita harus mengambil barang secara tunai? Dibawah ini adalah tipsnya:

Akan lebih baik apabila Anda mengurangi kebiasaan berhutang Anda sebisa mungkin bila barang yang Anda beli tersebut nilainya menurun. Ini karena apabila Anda berhutang dengan cara mengambil kredit, maka jumlah yang Anda bayar biasanya akan lebih mahal dibanding apabila Anda membayar secara tunai.

Kendaraan misalnya. Bila Anda membeli Kendaraan secara tunai, Anda mungkin harus membayar Rp 75 juta rupiah. Tetapi bila Anda membeli kendaraan itu secara kredit (kredit 12 bulan misalnya), maka jumlah yang Anda bayar jatuhnya mungkin akan menjadi Rp 90 juta. Malah, semakin panjang jangka waktunya, jumlah yang Anda bayar akan makin mahal. Mungkin menjadi Rp 110 juta (untuk jangka waktu kredit 24 bulan) atau Rp 130 juta (kredit 36 bulan = 3 tahun). Melihat hal itu, maka pertanyaannya disini adalah: buat apa Anda membayar mahal untuk barang yang nilainya menurun?

Jadi, untuk barang yang nilainya menurun, bayar saja secara tunai kalau memang Anda bisa membayar tunai, supaya jumlah yang Anda bayar akan makin murah.

Bagaimana bila Anda tidak mampu membayar tunai? Solusinya: ambil kredit dengan jangka waktu sependek mungkin yang Anda bisa. Ini karena makin pendek jangka waktunya, makin murah jumlah yang harus Anda bayar. Semakin panjang jangka waktu kreditnya, semakin mahal pula jumlah yang harus Anda bayar secara total. Ingat sekali lagi bahwa barang yang Anda beli adalah barang yang nilainya menurun. Jadi buat apa membayar mahal untuk barang yang nilainya toh akan menurun?

Sekarang, bagaimana bila barang yang Anda hutang tersebut nilainya menaik? Apabila barang yang Anda hutangkan itu secara jangka panjang nilainya menaik (meningkat), maka tidak apa-apa bila Anda mengambilnya secara berhutang, walaupun Anda memang memiliki uang tunai untuk melunasinya secara tunai.

Properti misalnya. Seperti yang Anda tahu, properti terdiri atas Tanah dan Bangunan. Untuk tanah, secara jangka panjang (diatas 10 tahun) nilai tanah mungkin bisa meningkat sekitar 30 persen per tahun. Peningkatan tersebut masih jauh lebih besar dibanding suku bunga KPR yang Anda bayar, yang pada saat ini berada di kisaran 20 persen per tahun.

Jadi, tidak apa-apa bila Anda membeli rumah dengan cara KPR walaupun Anda punya uang tunainya. Maksudnya, membeli rumah secara tunai jelas akan lebih murah. Tapi membeli rumah lewat kredit secara jangka panjang jatuh-jatuhnya Anda akan untung juga karena kenaikan nilai properti Anda (tanahnya lho) masih lebih besar daripada suku bunga KPR yang Anda bayar.

Mudah-mudahan dengan pengetahuan di atas, Anda bisa bijaksana memutuskan kapan akan membeli barang secara kredit. Mengingat tingginya minat pembaca NOVA terhadap produk-produk kredit, pada beberapa nomor mendatang saya akan menyajikan tulisan tentang dua produk kredit yang paling banyak diambil orang. Yaitu Kredit Kepemilikan Kendaraan dan Kredit Pemilikan Rumah. Tidak lupa juga disertai dengan strategi dalam mengambil kredit tersebut. Sampai ketemu.

KREDIT MOBIL? SIAPA TAKUT!

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 936/XVIII

Meski harga BBM naik, minat untuk membeli mobil masih tinggi. Mungkin Anda menjadi salah satunya, yang tetap melirik mobil-mobil keluaran baru yang dipajang di sejumlah mal. Tertarik memiliki?

Memang harga mobil tidak murah. Kisaran ada di atas angka Rp 100 juta. Itu juga kalau Anda bayar tunai. Di bawah Rp 100 juta? Ada, sih. Tapi apakah mobil seharga itu menjadi Anda? Wah, kalau di atas Rp 100 juta, berat dong. Tunggu dulu. Ada cara lain, kok, membawa pulang mobil impian Anda tanpa harus mengeluarkan uang sebanyak itu. Caranya? Ya, lewat kredit.

UANG MUKA BERAPA?

Bagaimana sih proses kredit mobil? Kebanyakan show room dan dealer mobil sudah bekerja sama dengan lembaga pemberi kredit seperti leasing atau bank. Nanti, ketika Anda sudah menentukan mobil mana yang akan Anda kredit, si leasing atau bank-lah yang akan membayari terlebih dahulu mobil itu sebesar 100 persen kepada show room atau dealer mobil. Jadi Anda nanti yang mencicil ke leasing atau bank yang bersangkutan.

Sebelum akad kredit Anda harus menentukan dulu berapa besarnya uang muka yang sanggup Anda bayar. Bagi leasing atau bank uang muka menunjukkan keseriusan Anda mengambil kredit. Artinya jika Anda serius menyerahkan uang muka, Anda juga dinilai serius menyiapkan cicilan tiap bulannya.

Nah kira-kira berapa sih besarnya uang muka? Yang jelas semakin besar uang muka maka semakin kecil cicilan yang harus Anda bayar. Jadi saran saya, makin besar uang muka, makin baik. Memang ada bank atau leasing yang memberi 0 persen uang muka. Boleh saja Anda mengambil fasilitas itu, asal Anda siap membayar cicilannya lebih besar.

JANGKA WAKTU ANGSURAN & BESAR CICILAN

Setelah menentukan uang muka, maka biasanya akan didapat berapa besarnya cicilan yang akan Anda bayar. Sebagai contoh, misalnya Anda akan membeli mobil seharga Rp 100 juta. Sementara Anda punya uang tunai sebesar Rp 20 juta. Sebagai bayangan saya ambilkan simulasi kredit dari situs www.AutoCyberCenter.com sebagai berikut:

12 bulan = sekitar Rp 7,5 juta per bulan

24 bulan = sekitar Rp 4,2 juta per bulan

36 bulan = sekitar Rp 3,2 juta per bulan

48 bulan = sekitar Rp 2,7 juta per bulan

dari daftar di atas, Anda tinggal pilih berapa kemampuan Anda membayar cicilan. Tapi yang harus diingat, besarnya cicilan ideal adalah 30 persen dari penghasilan Anda.

Besarnya cicilan juga terkait dengan berapa lama Anda mengambil jangka waktu kredit. Makin panjang jangka waktu cicilan Anda biasanya, sih, makin besar suku bunga kreditnya. Jadi Anda harus membandingkan besarnya cicilan untuk tiap jangka waktu yang ditawarkan. Pertama, pilih jangka waktu terpendek. Jika besarnya cicilan melebihi 30 dari penghasilan, maka geser ke-2 tahun. Jika masih melebihi, geser lagi ke tahun ke-3. Kalau masih terlalu besar, geser lagi ke tahun ke-4. Jika masih melebihi 30 persen, Anda harus menaikkan lagi uang muka agar cicilan turun, sesuai kemampuan Anda.

PILIH BANK ATAU LEASING?

Setelah uang muka, besarnya cicilan dan jangka waktu telah Anda tetapkan, langkah berikutnya adalah menentukan pilihan lembaga yang membiayai pembelian mobil Anda. Pilih bank atau leasing? Bank biasanya memiliki sejumlah kelebihan yang tidak dimiliki leasing. Suku bunga lebih rendah dan lebih fleksibel dalam hal negoisasi saat Anda tidak bisa membayar cicilan. Tapi kelemahannya, dari segi waktu aplikasi, bank kalah cepat disbanding leasing.

Sebaliknya, jika Anda memakai jasa leasing, jika 2-3 kali tidak membayar, Anda mungkin harus siap-siap mengatakan good bye pada mobil Anda. Sementara jika hal sama terjadi, pihak bank biasanya lebih suka mengajak duduk bareng untuk membicarakan tentang penjadwalan ulang pembayaran utang Anda. Jadi saran saya jelas, kalau Anda mau kredit mobil, dahulukan bank daripada leasing. Datang ke leasing jika permohonan kredit mobil Anda via bank sudah ditolak.

Tapi jika show room mobil Anda sudah "kontrak mati" dengan sebuah perusahaan leasing Anda bisa memutuskan untuk mencari show room yang terikat kontrak dengan bank, atau Anda akhirnya memilih leasing.

Nah bagaimana Bapak-Ibu? Sudah paham seluk-beluk masalah kredit mobil? Selamat membeli mobil.

Salam.

Safir Senduk

Perencana Keuangan

MENYIASATI PEMBAYARAN KARTU KREDIT

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 934/XVIII

Pelanggan Yth,

Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, maka terhitung mulai tagihan Anda bulan depan pembayaran minimum adalah sebesar 10 persen dari besarnya jumlah tagihan Anda.

Jika Anda punya Kartu Kredit, Anda pasti menerima pemberitahuan seperti yang tertera diatas. Ya, sejak awal tahun ini, Anda harus membayar minimal cicilan lebih besar dibanding sebelumnya yang hanya 6 persen dari tagihan. Jadi, jika Anda punya tagihan Rp 2 juta, harus membayar minimal Rp 200 ribu. Padahal sebelumnya, Anda sudah "bebas" jika telah membayar Rp 120rb.

Aturan tersebut memang mengundang banyak reaksi keras dari para nasabah. Padahal Bank Indonesia mengeluarkan aturan itu dibuat justru untuk memacu orang agar segera dapat menyelesaikan utangnya dan tidak terlena dengan pembayaran minimum yang akhirnya akan menjadi beban yang menumpuk.

Tapi bagi pengguna kartu kredit aturan tersebut akan mengurangi jatah untuk pembayaran pos yang lainnya. Tapi bagaimana lagi. Namanya saja kita sebagai pihak yang utang. Jadi mau tidak mau harus ikut aturan main yang memberi utang.

Nah yang harus kita cari solusinya adalah bagaimana menyiasati aturan itu? Mumpung ini di awal tahun, yang identik dengan rencana-rencana baru, maka di bawah ini saya akan coba kasih 5 hal yang harus Anda lakukan untuk menghadapi peraturan baru tersebut.

Bayar Dulu, Jangan Ditunda

Ada kebiasaan keliru yang kerap kita lakukan dalam membayar kartu kredit. Dana diambil setelah semua kebutuhan atau keinginan terpenuhi. Itu juga kalau masih sisa. Tentu ini enggak benar. Kalau memang mau bayar, ya jangan ditunda-tunda. Misalnya, Anda gajian tanggal 25. Ya bayar tagihan Anda segera setelah gajian, meski jatuh tempo pembayaran, misalnya masih tanggal 10 dan Anda belum mendapat rincian tagihan. Sebaiknya, Anda tetap segera bayar. Soal berapa besarnya, kan, bisa dikira-kira. Jadi tak ada alasan untuk menunda.

Tetapkan Berapa Yang Bersedia Anda Bayar Sebelum Anda Benar-benar Memakai Kartunya.

Ini adalah salah satu cara untuk mengatur pengeluaran Anda. Katakan saja bulan lalu tagihan Anda nol. Lalu, Anda belanja di sejumlah toko, di mana total tagihan Anda untuk bulan ini adalah Rp 250 ribu. Nah, setelah Anda melakukan pembayaran sebesar Rp 250 ribu untuk tagihan itu, coba tetapkan berapa nilai yang akan Anda bayarkan untuk bulan depan. Misalnya, Rp 250ribu lagi. Efeknya adalah, di bulan depan, alam bawah sadar Anda akan mengatakan bahwa Anda tidak boleh berbelanja lebih dari Rp 250 ribu. Dengan demikian, diharapkan Anda akan menjadi lebih fokus dan disiplin terhadap pembelanjaan Anda. Nggak pernah kan pakai cara ini?

Seleksi Penggunaan Dengan Bijak.

Ayo deh, jujur saja, kadang-kadang kita meremehkan jumlah tagihan minimal yang besarnya 10 persen. Tapi Anda sadar enggak bahwa Kartu Kredit Anda tiap tahun membebankan bunga yang sangat besar - bisa sekitar 42 persen - untuk sisa tagihan yang tidak dilunasi? Jadi kalau Anda membeli sebuah VCD Player yang harganya Rp 1 juta, maka dalam 12 bulan total yang harus Anda bayarkan bisa sekitar Rp.1.420.000. Wiih, hampir separuhnya ya? Iya. Besar sekali kan? Jadi, coba pakai kartu Anda hanya bila Anda yakin bahwa Anda bisa membayar tagihannya.

Prioritaskan Kartu Dengan Bunga Rendah.

Anda punya lebih dari satu kartu? Nah mulailah untuk memprioritaskan penggunaan pada kartu yang membebankan bunga paling rendah. Kenapa? Ini karena saat membayar tagihan, sebagian pembayaran Anda adalah untuk membayar bunga. Jadi kalau Anda membayar tagihan hanya minimal saja sebesar 10 persen, maka 3,5 persennya adalah untuk membayar bunga. Rugi kan? Jadi, untuk selanjutnya, kalau Anda punya lebih dari satu kartu, prioritaskan kartu dengan bunga terendah lebih dahulu.

Memang sih, perubahan aturan pembayaran minimal kartu dari 6 persen menjadi 10 persen ada kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Tapi sebagai orang yang optimis enggak ada salahnya, kan, kita melihat sesuatu dari yang baik-baik saja. Lo, di mana baiknya perubahan tersebut? Bahwa utang Kartu Kredit akan lebih cepat terbayar. Ya nggak?

Terus, bagaimana dengan konsekuensi bahwa Anda mungkin harus mengorbankan pos pengeluaran lain? Yaah, kalau Anda sudah berani utang, berarti konsekuensinya, Anda tetap harus bayar dong walaupun itu cukup berat.

Salam.

Safir Senduk

Perencana Keuangan

MENGENAL DUA JENIS

INVESTASI BAGI HASIL

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 849/XVI

Kalau sebelumnya saya sering memberikan sejumlah tips dalam mengelola keuangan keluarga, untuk kali ini saya ingin mengajak 'belajar' sedikit. Tentang apa? Yaitu tentang tawaran investasi pada usaha dengan sistem bagi hasil. Dengan mempelajarinya, mudah-mudahan berikutnya Anda jadi bisa membedakan tawaran investasi bagi hasil yang datang kepada Anda bila ada yang menawari.

Anda ingat kasus PT QSAR (Qurnia Subur Alam Raya) yang terjadi beberapa tahun lalu? Kalau Anda lupa, PT QSAR adalah sebuah perusahaan yang menawarkan kesempatan investasi agrobisnis bagi masyarakat luas, dimana mereka yang berminat bisa ikut menanam modal pada sebuah lahan. Hasil panenan dari lahan tersebut akan dijual dan hasil penjualannya itulah yang akan dibagi kepada para investor dalam bentuk bagi hasil.

PT QSAR menjadi sebuah kasus menarik, karena pada bulan Agustus 2002, perusahaan itu 'diamuk' para investornya karena mereka tidak bisa membayar hasil yang mereka janjikan. Yang lebih menarik lagi, jumlah investornya sendiri sangat banyak, dan di antaranya terdapat sejumlah pejabat negara.

Tentu saja, kita tidak akan membahas kasus PT QSAR yang menghebohkan itu. Namun demikian, sejak kasus itu merebak, orang semakin banyak tahu bahwa salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam mencari penghasilan tambahan adalah dengan melakukan investasi bagi hasil.

Dalam beberapa seminar, sering mengatakan bahwa pada prinsipnya, investasi bisa dibagi menjadi dua, yaitu investasi pada usaha dan investasi pada produk-produk keuangan. Pada saat ini, kebanyakan sistem bagi hasil diterapkan pada investasi usaha. Tentu saja, sistem bagi hasil tidak hanya ada pada investasi usaha. Sistem bagi hasil saat ini juga ada pada produk-produk investasi yang bukan usaha, seperti produk investasi syariah. Hanya, jujur saja, saat ini, produk keuangan syariah seringkali belum terlalu dilirik sebagai alternatif dalam mencari penghasilan seperti kalau Anda berinvestasi pada usaha dengan sistem bagi hasil.

Investasi ke dalam usaha bagi hasil banyak dilakukan orang, terutama karena adanya berita dari mulut ke mulut. Salah satu yang paling menarik adalah berita ten tang kesuksesan dari orang-orang yang sudah berhasil mendapatkan bagi hasil yang cukup besar. Biasanya sih, ukurannya tak lain dan tak bukan adalah materi. Si ini sudah beli mobil, si itu sudah beli rumah baru, dan sebagainya. Wajar dong, namanya juga investasi, yang dilihat pertama biasanya adalah hasil finansial apa yang sudah didapat.

Investasi ke dalam usaha bagi hasil biasanya ditawarkan oleh usaha-usaha yang sudah berjalan. Bidang usahanya bisa bermacam-macam. Sebagai contoh, seorang teman saya pernah menawarkan saya untuk ikut berinvestasi pada usaha warnetnya yang sudah lama berjalan. Tawaran investasi yang diberikan ada beberapa macam, dari mulai duapuluhan juta, hingga ratusan juta. Sebagai kompensasinya, saya ditawarkan bagi hasil sebesar sekian persen dari uang yang saya masukkan. Saya tidak usah ikut mengelola, karena saya cukup melakukan investasi uang ke usaha tersebut, dan membiarkannya berjalan. Saya tinggal menunggu hasilnya saja.

JENIS BAGI HASIL

Kalau Anda mendapatkan tawaran untuk berinvestasi pada sebuah usaha dan ditawarkan untuk mendapatkan bagi hasil, maka umumnya bagi hasil yang Anda dapatkan bisa satu dari dua macam:

Bagi Hasil Murni

Bagi Hasil Murni adalah jenis bagi hasil dimana apa yang Anda dapatkan adalah pembagian sebesar sekian persen dari keuntungan usaha. Ini berarti, bagi hasil hanya diberikan kalau usahanya untung. Kalau usaha tersebut kebetulan merugi, tidak ada bagi hasil yang didapatkan. Sebagai contoh, suatu usaha mendapatkan untung (pemasukan dikurangi pengeluaran) sebesar Rp 100 juta pada tahun 2002. Di sini, Anda mungkin mendapatkan bagi hasil sebesar 5 persen dari keuntungan tersebut, yaitu Rp 5 juta. Tetapi, kalau usaha tersebut merugi pada tahun 2002 lalu, tidak ada bagi hasil yang diberikan.

Bagi Hasil yang Dijanjikan

Yang kedua, bagi hasil yang Anda dapatkan adalah berupa pembagian sebesar sekian persen dari uang yang Anda masukkan, terlepas apakah usaha tersebut untung atau tidak. Sebagai contoh, Anda menginvestasikan dana sebesar Rp 20 juta. Dalam kontrak disebutkan bahwa sebulan setelah Anda melakukan investasi, Anda akan mendapatkan bagi hasil sebesar 2 persen per bulan selama 12 bulan. Ini berarti, setiap bulan Anda akan mendapatkan bagi hasil sebesar Rp 400 ribu selama 12 bulan, terlepas dari apakah usaha tersebut untung atau tidak dari bulan ke bulannya.

Dari apa yang saya amati selama ini, biasanya penggunaan metode Bagi Hasil yang Dijanjikanlah yang banyak dipakai dalam penawaran Investasi Usaha Bagi Hasil. Ini karena metode tersebut dianggap tidak terlalu merepotkan, karena bagi hasil yang dilakukan hanya tinggal mengikuti saja jadwal yang sudah ada. Dalam contoh di atas tadi, Anda mungkin bisa melakukan investasi sebesar Rp 20 juta pada bulan ini, dan setiap bulan setelah Anda melakukan investasi tersebut, Anda akan mendapatkan 2 persen per bulan selama 12 bulan.

Apa yang dilakukan oleh pihak yang memberikan Bagi Hasil adalah bahwa mereka memiliki jadwal kapan harus membayar investor yang ini dan kapan harus membayar investor yang itu, serta seberapa besar jumlahnya. Sederhana sekali. Itu sebabnya, metode ini sering dipakai pada Investasi Usaha Bagi Hasil yang jumlah investornya cukup banyak, di atas 10 orang.

Sebaliknya, kalau metode kedua banyak dipakai pada tawaran Investasi Bagi Hasil yang investornya cukup banyak, jenis metode pertama yang menggunakan sistem Bagi Hasil Murni justru banyak dipakai pada tawaran investasi yang jumlah investornya tidak terlalu banyak, biasanya di bawah sekitar 10 orang. Ini bisa dimengerti mengingat metode seperti ini membutuhkan penghitungan serta transparansi tentang seberapa besar keuntungan usaha yang didapat. Dan ini biasanya lebih mudah dilakukan kalau jumlah investornya tidak terlalu banyak.

Nah, mudah-mudahan dengan mengenali metode bagi hasil yang ada pada investasi usaha dengan sistem bagi hasil, Anda sudah bisa mengenali metode bagi hasil macam apa yang ditawarkan kepada Anda bila Anda ditawari usaha dengan sistem seperti ini. Dari situ, mungkin Anda bisa mengambil keputusan tentang metode bagi hasil apa yang cocok.

Salam.

SISTEM BAGI HASIL

Oleh: Ahmad Gozali

Dikutip dari Republika 19 Oktober 2003

Sistem profit sharing sebetulnya sangat bagus sekali dari sudut pandang syariat. Karena sistem ini lebih adil daripada sistem bunga. Bahkan sistem bunga bisa digolongkan kedalam kategori riba yang sudah jelas hukumnya haram.

Tapi kenapa banyak kasus sistem bagi hasil yang bangkrut dan bahkan banyak investor yang mengaku tertipu? Ada dua sebab yang mungkin terjadi. Pertama adalah karena sesungguhnya pengusaha itu tidak menggunakan sistem bagi hasil yang benar. Dan yang kedua, bisa jadi perusahaan itu menggunakan sistem bagi hasil dengan benar, namun tidak pernah dengan fair menjelaskan resikonya pada konsumen sehingga konsumen merasa ditipu.

Maka yang pertama kali harus Anda lakukan sebelum memutuskan untuk berinvestasi atau tidak, adalah dengan mempelajari seperti apa itu sebetulnya sistem bagi hasil. Dari situ kita bisa menentukan apakah perusahaan itu benar-benar menjalankan sistem bagi hasil dan apakah dia cukup fair dalam menjelaskan, bukan cuma potensi keuntungannya tapi juga resiko yang mungkin terjadi.

Sistem bagi hasil sejatinya adalah suatu kerja sama antara dua pihak dalam menjalankan usaha. Pihak pertama yaitu pengusaha yang memberikan andil dalam keahlian, keterampilan, sarana dan waktu untuk mengelola usaha tersebut. Sedangkan pihak kedua yaitu pemodal (investor) yang memiliki andil dalam mendanai usaha itu agar dapat berjalan. Baik itu modal kerja saja atau modal secara keseluruhan.

Atas masing-masing andil itulah, kedua belah pihak berhak atas hasil usaha yang mereka kerjakan. Karena tidak ada yang dapat memastikan, berapa keuntungannya. Maka pembagian hasil usaha itu ditetapkan dalam bentuk prosenstase bagi hasil dari keuntungan yang didapat, bukan atas besarnya dana yang diinvestasikan.

Kapan keuntungan itu dibagikan tergantung dari perjanjian dan jenis usaha yang dijalankan. Pembagian keuntungan itu dilakukan setidaknya dalam satu siklus usaha. Jika usaha itu berupa pertanian, maka yang disebut sebagai satu siklus usaha adalah sejak menanam sampai panen. Jika usahanya terus-menerus dan sulit ditentukan akhirnya, biasanya disepakati setiap satu bulan atau satu tahun.

Namun tak ada juga yang dapat memastikan bahwa usaha itu akan selalu untung. Untung atau rugi, itu hal yang biasa dalam berusaha. Lalu bagaimana kalau usaha itu rugi? Karena untung dibagi bersama, maka kerugian pun dibagi bersama pula, itulah letak keadilan dari sistem bagi hasil.

Pemodal memiliki resiko kehilangan sebagian atau seluruh modalnya jika usahanya merugi. Sedangkan pengusaha menanggung rugi berupa kerja dan waktunya yang sama sekali tidak dibayar. Ingat, pengusaha tidak boleh mengambil gaji dari usaha itu. Ia hanya berhak atas pembagian untung. Jika pengusaha itu sudah mengambil sebagian modal untuk kebutuhan pribadinya (termasuk gaji), maka ia harus mengembalikannya ke pemodal. Begitu juga pengusaha tidak boleh menggunakan modal kerja yang diterimanya untuk dialihkan menjadi pembangunan sarana produksi.

Jika ada penawaran investasi yang mengaku menggunakan sisitem bagi hasil, namun tidak mengikuti kaidah-kaidah seperti di atas, yakinlah bahwa tawaran itu menyesatkan dan sebaiknya Anda jauhi saja.

Berikut ini, poin-poin yang harus diwaspadai sebelum Anda terlanjur tertarik untuk menginvestasikan usaha Anda pada investasi yang mengaku menggunakan sistem bagi hasil:

Menjanjikan tingkat keuntungan yang pasti atas nilai investasi

Jika tawaran itu menjanjikan tingkat keuntungan yang pasti atas nilai investasi Anda, sudah jelas investasi itu tidak menggunakan pola bagi hasil. Karena bagi hasil memberikan pembagian keuntungan, yang belum dapat diketahui sampai usahanya selesai.

Tetap menjanjikan keuntungan walau usahanya merugi

Ini lebih gawat lagi, jika investasi tetap menjanjikan pembagian keuntungan walau usahanya merugi, besar kemungkinan ini adalalah money game. Dari mana pengusaha akan membayar keuntungan kalau usahanya saja rugi, jangan-jangan dari modal yang masuk sesudah kita. Kalau itu benar, bisa jadi uang yang kita tanamkan tidak digunakan untuk usaha itu, tapi dijadikan pembayaran keuntungan untuk pemodal sebelum kita.

Jaminan modal kembali

Jaminanan modal kembali juga bukan ciri-ciri usaha bagi hasil, karena sesungguhnya pemodal juga memiliki resiko jika usahanya merugi terus-menerus sampai habis modalnya.

Perbandingan prediksi dengan harga pasar

Boleh-boleh saja jika pengusaha memberikan prospektus yang berupa prediksi keuntungan yang akan diperoleh, tapi sekali lagi itu cuma perkiraan, tidak boleh menjanjikan. Cek kembali angka-angka pada prospektus dengan harga pasar yang berlaku sekarang. Jika perbedaannya terlalu jauh, berarti prediksi itu terlalu mengada-ada. Buatlah prediksi sendiri dengan versi Anda agar dapat memperkirakan apakah usaha yang dijalankan bisa menguntungkan.

Pembukuan yang transparan

Ini menjadi salah satu syarat utama dalam sistem bagi hasil. Bagaimana kita bisa tahu berapa keuntungan yang menjadi hak kita jika pembukuannya tidak transparan. Pengusaha harus memberikan laporan pada pemodal mengenai jalannya usaha secara berkala atau setidaknya setiap satu siklus usaha.

Keterbatasan penyerapan modal

Kemampuan dan skala usaha yang dimiliki pengusaha pastilah terbatas. Oleh karena itu pengusaha yang menawarkan investasi harus juga dapat menghitung berapa batasan modal yang dapat diserapnya. Tanah yang dia miliki untuk menanam kan terbatas. Maka modal yang diperlukan juga menjadi terbatas. Tapi, kalau pengusaha terus-menerus menerima modal tanpa adanya batasan, itu berarti uang investor tidak dijadikan modal kerja, tapi digunakan untuk hal lain yang tidak sesuai dengan perjanjian.

MENGURANGI RISIKO RUGI

BERINVESTASI

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 760/XIV

Rabu tanggal 4 September 2002 lalu, kantor saya mengadakan seminar dengan topik Mengenal & Memilih Investasi yang Tepat. Satu hari sebelum seminar, tiket sudah terjual habis. Namun demikian, sekitar satu dua jam sebelum acara masih ada sejumlah orang yang "memaksa" ingin mendaftar walaupun dikatakan bahwa mereka harus berdiri. "Enggak apa-apa deh..." kata mereka.

Ketika diberi kesempatan mulai, saya langsung mengawali seminar dengan memberikan kesempatan kepada peserta seminar untuk bertanya. Tanpa disangka, banyak sekali peserta yang ingin bertanya, yang tidak mungkin saya tuliskan semua pertanyaannya disini. Tapi yang menarik adalah, bahwa dari tanya jawab itu, ada seorang peserta sebut saja Ibu H - yang bercerita tentang pengalamannya berinvestasi di PT QSAR, perusahaan investasi bagi hasil agrobisnis yang menghebohkan itu.

Kita mungkin tidak akan membahas tentang hal itu sekarang-sekarang ini, mengingat sudah banyak sekali media dan penulis yang sedang membahas hal itu. Lalu, apa yang akan kita bahas kali ini?

Begini, seperti yang kita tahu, ada banyak sekali orang yang bertanya tentang ke mana sebaiknya mereka menaruh uang mereka. Apakah sebaiknya ke tabungan atau deposito. Apakah sebaiknya ke emas atau tanah? Ataukah lebih baik ke saham dibanding ke properti? Begitu seterusnya. Bahkan, topik tentang investasi selalu tidak pernah habis untuk diperbincangkan.

Orang pun seolah tidak puas terhadap pilihan investasi yang ada selama ini. Mereka selalu mencari produk-produk investasi yang baru dan inovatif. Contohnya, setiap kali muncul iklan investasi di media massa, banyak orang yang mengambil begitu saja kesempatan investasi tersebut tanpa mau lebih dulu memikirkan untung-ruginya. Akibatnya, bukannya untung yang didapat, tapi malah kerugian yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Lalu, kenapa hal itu bisa sampai terjadi? Itu karena umumnya orang tidak memahami produk investasi yang mereka beli. Padahal, memilih produk investasi sebetulnya sangat sederhana, asalkan Anda tahu caranya.

Lalu bagaimana caranya? Bagaimana cara yang baik dalam melakukan investasi? Menurut saya, hanya ada dua langkah yang harus Anda lakukan dalam berinvestasi. Kedua langkah tersebut memang tidak menjamin bahwa investasi Anda tidak akan mengalami kerugian, tapi paling tidak bisa membantu Anda dalam membantu tercapainya tujuan investasi Anda. Di bawah ini adalah kedua langkah tersebut:

Langkah 1: Pelajari sebanyak mungkin semua tawaran dan produk investasi yang ada

Pernahkah Anda berpikir kenapa Anda lebih suka berinvestasi di deposito dibanding ke dalam misalnya ­emas? Mungkin karena sejak kecil, orangtua Anda biasa mengatakan bahwa menabung harus selalu dilakukan di bank. Berinvestasi harus selalu dilakukan di bank. Ini secara tidak langsung akan membuat Anda "akrab" dengan investasi di bank.

Secara bawah sadar Anda juga "dekat" dengan investasi di bank. Akibatnya jelas, Anda lebih memilih untuk berinvestasi di bank dibanding ke emas atau saham, karena Anda merasa lebih akrab dengan investasi di bank. Tapi kalau Anda juga mau mempelajari tentang investasi emas atau saham, bukan tidak mungkin Anda juga akan berinvestasi ke emas atau saham. Jadi, tidak ada salahnya kalau Anda pelajari semua tawaran dan produk investasi yang ada, sehingga Anda bisa punya lebih banyak pilihan, dibanding bila Anda hanya "menguasai" satu produk investasi saja.

Langkah 2: Pilih produk investasi-nya.

Setelah mempelajari semua tawaran dan produk investasi yang ada dan setelah mengetahui perbandingan risiko antara satu produk dengan produk lainnya, barulah pilih produk investasi Anda.

Cara memilihnya mudah. Pertama-tama, tentunya Anda harus melihat jumlah dana Anda lebih dulu. Sebagai contoh, tidak mungkin dengan dana sebesar Rp 200 ribu Anda berinvestasi dengan cara membeli tanah, mengingat tanah harus dibeli dengan jumlah satuan yang agak banyak (sekian puluh atau sekian ratus meter persegi misalnya, di mana harganya tentu tinggi sekali).

Setelah melihat kemampuan dana Anda, yang kedua adalah dengan memilih produk investasi yang sesuai dengan jangka waktu investasi Anda, di mana makin panjang jangka waktu investasi Anda, tidak apa-apa bagi Anda untuk mengambil produk investasi yang lebih berisiko. Lho, kok bisa?

Logikanya, semakin tinggi kemungkinan untung yang bisa didapat, maka semakin besar juga risikonya. Dengan demikian, kalau jangka waktu investasi Anda pendek, ada baiknya apabila Anda mengambil produk investasi yang risikonya rendah, mengingat Anda tidak punya waktu banyak untuk mendapatkan keuntungan.

Apa bila jangka waktu investasi Anda panjang, tidak apa-apa Anda mengambil produk yang lebih berisiko, mengingat uangnya toh baru akan Anda pakai dalam waktu yang cukup panjang. Kalaupun nilai investasi Anda turun di tengah-tengah, Anda toh masih punya banyak waktu untuk menaikkan lagi nilai investasi Anda. Iya kan?

Sekali lagi, kedua langkah tersebut memang tidak menjamin bahwa investasi Anda tidak akan mengalami kerugian, tetapi paling tidak itu bisa membantu Anda dalam membantu tercapainya tujuan investasi yang ada di depan mata Anda.

Mudah-mudahan Anda selalu sukses dalam melakukan investasi. Dan yang paling penting, jangan pernah kapok dalam berinvestasi kalaupun Anda mengalami kerugian, karena dengan diam saja dan tidak melakukan investasi menurut saya - masih lebih jelek daripada melakukan investasi yang merugi sekalipun. Karena dengan mencoba berinvestasi dan mengalami kerugian, Anda jadi punya pengalaman yang sangat berharga yang bisa membantu Anda untuk lebih sukses lagi dalam berinvestasi di kemudian hari.

EMPAT PERTIMBANGAN

SEBELUM BERINVESTASI

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 738/XIV

Santi baru saja pulang dari bank. Ibu muda ini baru saja mengambil sejumlah uang untuk digunakannya membiayai pengeluaran rumah tangganya. Ia melihat buku tabungannya, dan memperhatikan jumlah bunga yang ia dapatkan dalam rekeningnya.

Melihat besarnya bunga, Santi merasa tidak puas. Bayangkan, bunga yang ia dapatkan hanya sekitar 10 - 12 persen per tahun. Baginya, jumlah itu terlalu sedikit. Ia menginginkan lebih banyak.

Ketika membaca NOVA edisi lalu yang membahas tentang berbagai macam investasi usaha, terpikirlah olehnya kenapa ia tidak mencobanya. Hanya saja ia masih bingung usaha apa.

Beberapa edisi yang lalu Santi membaca tentang bagaimana menyikapi tawaran investasi di media massa. Ya, selain NOVA, Santi juga berlangganan sebuah harian Ibu Kota dan di situ terdapat berbagai macam iklan tawaran investasi usaha.

Santi lalu menghitung tabungannya, ada sekitar Rp 25 juta. Itu simpanan pribadinya sejak dia kuliah dulu. Di koran ia baru saja membaca sebuah tawaran untuk berinvestasi pada sebuah Usaha Agribisnis. Investasi minimalnya sekitar Rp 10 juta, dan tawaran keuntungannya bisa sekitar 40 persen setahun. Ambil enggak, ya?

Beberapa dari Anda mungkin sedang berada pada situasi yang mirip dengan Santi sekarang. Anda punya uang, tapi Anda bingung tentang apa yang akan Anda lakukan terhadap uang Anda itu. Apakah didiamkan saja, atau diinvestasikan saja ke deposito, atau malah ke dalam usaha?

Nah, bila Anda memang berniat melakukan investasi, ada sejumlah hal yang harus dipertimbangkan sebelum Anda melakukannya. Yakni:

Bila penghasilan Anda selama ini adalah dari gaji atau komisi, dan Anda tidak punya persediaan uang yang lain, maka mungkin tak ada salahnya bila Anda menyisihkan dulu sejumlah uang untuk Dana Cadangan.

Guna Dana Cadangan itu adalah untuk berjaga-jaga kalau-kalau Anda harus kehilangan penghasilan Anda. Setelah itu, barulah sisanya Anda investasikan. Ingat, investasi usaha adalah investasi yang risikonya cukup besar sehingga pastikan bahwa Anda sudah memiliki persediaan dana yang cukup bila Anda terpaksa harus kehilangan penghasilan.

Jangan lupa untuk menyisihkan juga sejumlah uang untuk diinvestasikan pada Produk Investasi bukan usaha, seperti pada Deposito atau Tabungan. Jangan 100 persen menggunakan uang Anda untuk investasi usaha. Risikonya akan menjadi terlalu besar.

Komposisi 30 : 70 juga sudah cukup baik kok, yaitu 30 persen untuk Deposito dan 70 persen untuk Investasi Usaha.

Bila penghasilan Anda selama ini adalah juga dari usaha, maka dengan mengambil sebuah Tawaran Investasi Usaha, sama dengan bila Anda memiliki dua macam usaha.

Yakinkan bahwa Anda memang bisa berkonsentrasi pada kedua usaha tersebut, walaupun sebenarnya salah satu di antaranya tidak dikelola langsung oleh Anda.

Bila Anda hanya bisa fokus kepada satu macam usaha saja, jangan ragu-ragu untuk menolak sebuah tawaran investasi usaha, betapapun bagusnya itu.

Bagaimana bila simpanan Anda terbatas dan langsung habis digunakan untuk Dana Cadangan? Jawabannya jelas, jangan dulu berinvestasi pada tawaran usaha yang ada.

Prioritaskan untuk memiliki Dana Cadangan terlebih dahulu. Barulah setelah itu, kalau ada uang lebih, gunakan untuk usaha.

Mudah-mudahan berbagai pertimbangan ini mempermudah Anda mengambil keputusan

MENYIKAPI IKLAN (TAWARAN) INVESTASI

DI MEDIA MASSA

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 736/XIII

Kalau Anda perhatikan dalam beberapa tahun terakhir ini, ada banyak sekali iklan yang muncul di koran-koran menawarkan berbagai macam kesempatan berinvestasi. Dari mulai iklan yang berukuran kecil, sedang sampai besar. Bagaimana Anda sebagai anggota masyarakat menyikapi hal tersebut?

Masih segar dalam ingatan kita tentang bangkrutnya perusahaan Gee Cosmos baru-baru ini. Kalau Anda ingat, Gee Cosmos adalah sebuah perusahaan yang menawarkan kesempatan berinvestasi kepada masyarakat Indonesia. Iklannya terpasang di mana-mana, termasuk di berbagai media cetak nasional. Tapi kalau Anda perhatikan, Gee Cosmos sebetulnya bukan satu-satunya perusahaan yang menawarkan kesempatan berinvestasi bagi masyarakat. Ada banyak sekali iklan-iklan investasi yang muncul di berbagai media.

Berbagai Jenis Iklan Investasi

Iklan (atau saya sering menyebutnya "tawaran") Investasi seperti itu biasanya dipasang oleh sebuah perusahaan tertentu, di mana iklan itu memberikan kesempatan bagi Anda untuk bisa berinvestasi dan mendapatkan keuntungan dari investasi itu. Kalau dilihat, biasanya investasi yang ditawarkan dalam iklan-iklan tersebut bisa dibagi ke dalam beberapa jenis tertentu :

Investasi dalam Usaha Agribisnis. Iklan investasi ini menawarkan kepada Anda untuk berinvestasi ke dalam bidang-bidang usaha seperti perkebunan, di mana hasil perkebunan itu nanti bisa dijual dan dari situlah Anda sebagai investor akan ikut mendapatkan keuntungan.

Investasi dalam Usaha Peternakan. Ada juga iklan investasi yang menawarkan kepada Anda untuk berinvestasi ke usaha pengembangbiakan ternak, seperti itik, ayam, dan lain sebagainya. Nantinya, telur-telur yang dihasilkan oleh ternak itulah yang akan dijual, atau malah (tergantung jenis ternaknya), ternak itu sendirilah yang dijual, dan Anda sebagai investor akan mendapatkan pembagian keuntungannya.

Investasi dalam Usaha Perdagangan. Anda juga bisa ikut berinvestasi dalam sebuah usaha perdagangan, seperti toko atau usaha apapun yang melibatkan jual beli barang.

Investasi dalam Usaha Jasa. Ini adalah tawaran untuk berinvestasi pada usaha-usaha jasa seperti warnet, bimbingan belajar, dan sebagainya yang bersifat jasa.

Di luar itu, biasanya ada dua investasi lain, yang kalau diteliti sebetulnya merupakan investasi yang harus diwaspadai, yaitu:

Money Game

Ini adalah sebuah skema investasi di mana Anda diminta memasukkan sejumlah uang, dan dengan mensponsori sejumlah orang, serta apabila pensponsoran itu sudah sampai pada level tertentu, Anda akan mendapatkan sejumlah uang.

Skema seperti ini biasanya sama dengan skema piramid. Anda hanya untung kalau Anda join lebih dulu. Sedangkan kalau Anda join belakangan, seringkali Anda sulit untuk bisa memiliki penghasilan yang lebih besar daripada orang diatas Anda yang sudah lebih dulu.

Terserah Anda apakah Anda akan ikut dalam Money Game atau tidak, mengingat di Indonesia belum ada undang-undang yang melarangnya. Tapi tak ada salahnya Anda mempelajari dulu skema investasi tersebut hingga berkali-kali, dengan mempertimbangkan segala macam risiko dan potensi keuntungannya, sebelum Anda memutuskan untuk ikut di dalamnya.

Bank Gelap

Ini adalah sebuah tawaran untuk berinvestasi pada sebuah lembaga, untuk lalu uang tersebut akan diinvestasikan entah kemana oleh lembaga tersebut, dan si nasabah nanti akan mendapatkan janji untuk menerima hasil yang cukup tinggi setiap bulannya. Persis seperti praktek dari sebuah bank, tapi tanpa memiliki izin praktek seperti sebuah bank. Karena itu namanya Bank Gelap. Investasi pada Bank Gelap sebaiknya diwaspadai, mengingat banyak pelaku bank gelap yang kabur membawa uang nasabah.

Keuntungan yang Ditawarkan

Kalau Anda perhatikan, iklan-iklan investasi itu banyak yang menawarkan hasil investasi yang cukup tinggi. Bisa sampai 5 persen sebulan, bahkan 10 persen. Kalau misalnya hasil Investasi yang didapat benar bisa mencapai --katakan-- 5 persen sebulan, itu berarti dalam setahun Anda bisa mendapatkan sekitar 60 persen!

"Masak iya sih? Wong bunga deposito saja jauh di bawah itu, kok." Begitu mungkin Anda berpikir. Ya, jangan disamakan. Ini kan usaha. Yang namanya usaha, beda dengan kalau Anda berinvestasi lewat deposito bank. Hasil investasi yang tinggi mungkin tidak bisa Anda dapatkan di deposito, tapi kalau Anda buka usaha, katering misalnya, hasil investasi sebesar itu bisa saja dicapai.

Memang, risikonya juga harus Anda pertimbangkan. Umumnya, hasil investasi yang tinggi bisa didapat dengan risiko yang besar pula. Sama sajalah kalau Anda buka usaha. Ada risiko usaha Anda tidak laku dan Anda merugi kan?

Tips Sebelum Berinvestasi

Ada empat langkah yang harus Anda lalui sebelum Anda memutuskan untuk mengambil sebuah tawaran investasi.

Tentukan terlebih dahulu investasi jenis apakah itu.

Bedakan apakah itu betul-betul sebuah investasi ataukah hanya sekadar money game atau bank gelap.

Kita sudah membahas tentang macam-macam iklan investasi yang umumnya ada. Pastikan Anda mengetahui investasi apa yang ditawarkan. Jangan sampai Anda menaruh uang pada investasi yang tidak Anda kenal dan ketahui seluk-beluknya.

Setelah Anda mengetahui jenis investasinya, lihat seberapa besar keuntungan investasi yang ditawarkan oleh mereka. Kemudian pastikan Anda memahami bagaimana keuntungan yang besar itu bisa didapat, dan apakah Anda memang menguasai perhitungannya bagaimana keuntungan besar itu bisa didapat. Jangan lupa bahwa orang seringkali terlena dengan tawaran hasil investasi yang mungkin didapat, tanpa mempelajari lebih dulu apakah hasil investasi yang ditawarkan masuk akal atau tidak.

Lihat juga lokasi di mana usaha itu dilakukan. Pikir dua tiga kali dulu kalau memang lokasi usahanya jauh dari tempat Anda tinggal sehingga sulit untuk Anda pantau. Kadang-kadang, jauhnya lokasi usaha dari tempat Anda tinggal bisa membuat Anda sulit mengetahui kebenaran tentang benar tidaknya keberadaan usaha Anda dan apakah usaha Anda memang betul-betul menguntungkan atau tidak.

Yang terakhir, lihat kredibilitas dari perusahaan yang menawarkan investasi itu kepada Anda. Datangi kantornya. Kenali orang-orangnya. Minta bertemu dengan bosnya kalau perlu. Anda perlu mengenal perusahaan tersebut dari dekat. Kalau Anda tidak yakin terhadap kredibilitas perusahaan tersebut, lupakan investasi itu. Selamat berinvestasi.

TRIK INVESTASI MENGHADAPI

SERANGAN INFLASI DAN PAJAK

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari detikcom

Kebanyakan orang menaruh dananya di tempat yang 'aman-aman' saja. Kenapa mereka menaruh 100% -bahkan dana nganggurnya- ke dalam produk investasi yang 'aman' seperti tabungan atau deposito di bank? Jawabannya adalah karena orang-orang seperti ini takut kehilangan uangnya.

Bila Anda masih muda (katakanlah masih berada di bawah umur 40), maka ini sebetulnya ironis sekali dan sangat disayangkan. Karena apa yang mereka pikir investasi yang 'aman' seperti tabungan atau deposito, sebetulnya malahan tidak 'aman'. Lho, bagaimana mungkin? Sederhana. Kalau Anda punya uang Rp 100 juta yang ditaruh dalam deposito, maka mungkin pada saat ini Anda akan mendapatkan bunga sebesar 12% per tahun. Betul? Jadi, jumlah bunga yang Anda dapatkan pada akhir tahun adalah: Rp 100 juta x 12% = Rp 12 juta.

Tetapi, bila dipotong pajak bunga deposito sebesar 15%, maka bunga yang Anda dapatkan adalah Rp 10.200.000 pada akhir tahun. Sehingga sebetulnya, suku bunga yang Anda dapatkan setelah pajak adalah 10,2% per tahun.

Sekarang masalahnya, apakah bunga yang besarnya Rp 10,2 juta tersebut bisa terus menerus membeli barang dan jasa yang harganya Rp 10,2 juta setiap tahunnya? Jawabannya jelas tidak. Kenapa? Soalnya, dalam 12 tahun terakhir rata-rata kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi di Indonesia adalah 13,35% per tahunnya. Kenaikan barang dan jasa secara agregat selalu ditunjukkan lewat perhitungan inflasi yang diumumkan pemerintah tiap bulannya. Di bawah ini adalah tabel lengkapnya:

Tahun

1988 = 5,47%

1989 = 5,97%

1990 = 9,53%

1991 = 9,52%

1992 = 4,94%

1993 = 9,77%

1994 = 9,24%

1995 = 8,64%

1996 = 6,47%

1997 = 11,06%

1998 = 77,63%

1999 = 2,01%

Rata-rata = 13,35%

Dengan asumsi ini maka sebetulnya suku bunga riil yang Anda dapatkan adalah: suku bunga setelah pajak (10,2%) dikurangi inflasi (13,35%) sama dengan minus 3,15%.

Artinya, bila pada saat ini Anda menginvestasikan uang Rp 100 juta, maka deposito yang memberikan bunga 12% per tahun sebelum pajak, setelah 10 tahun saldo riil Anda pada akhir tahun ke 10 adalah Rp 72.609.969. Dengan kata lain, uang Anda menyusut sebesar 3,15% per tahunnya.

Inilah kenapa banyak orang yang gagal secara keuangan. Mereka terlalu fokus pada masalah keamanan investasinya ketimbang berusaha mengambil risiko yang lebih besar. Resiko besar berguna untuk mendapatkan keuntungan lebih besar guna 'mengalahkan' tingkat inflasi. Dengan fokus pada investasi yang 'aman-aman' saja, maka hasil investasi riil yang didapatkan juga tidak besar. Bahkan cenderung minus seperti dalam contoh di atas.

Jika Anda ingin menumpuk kekayaan, maka apa yang harus Anda lakukan adalah dengan berani mengambil risiko yang lebih besar sehingga bisa memberikan potensi keuntungan yang lebih besar. Sehingga Anda masih mendapatkan keuntungan yang bisa dibilang lumayan, walaupun sudah dipotong pajak dan inflasi.

JANGAN GUNAKAN STRATEGI TIMING

DALAM BERINVESTASI

Oleh: Safir Senduk

Strategi yang paling sering digunakan orang dalam berinvestasi adalah dengan memperkirakan terlebih dahulu kapan harga dari sebuah produk investasi akan naik, untuk lalu dibeli karena memang diperkirakan harganya akan naik. Dalam Bahasa Inggris, strategi ini disebut timing.

Sebagai contoh, Anda memperkirakan bahwa karena kondisi ekonomi dan lain sebagainya, investasi dalam bentuk properti akan sangat baik untuk waktu mendatang. Anda perkirakan, dalam dua tahun, nilai properti akan naik sekitar 50%. Disinilah Anda putuskan untuk membeli properti. Dalam waktu dua tahun, bila memang nilai properti Anda ternyata naik 50%, Anda menjualnya dan mendapatkan untung dari situ, karena Anda perkirakan, bahwa setelah itu harga properti akan turun lagi sehingga sangat tepat untuk menjualnya setelah dua tahun. Strategi ini disebut timing (memperkirakan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual suatu produk investasi).

Strategi timing adalah strategi investasi yang sangat populer. Ini karena kalau Anda bisa melakukan perkiraan dengan benar, maka Anda bisa mengalami untung besar dari investasi Anda. Dalam prakteknya, hanya sedikit saja orang yang betul-betul bisa melakukan perkiraan dengan benar. Kebanyakan orang salah dalam melakukan perkiraan. Nilai dari sebuah produk investasi yang diperkirakan akan naik, ternyata turun. Sebaliknya, ada juga produk investasi yang diperkirakan akan turun nilainya, ternyata malah naik. Contoh di atas tadi, misalnya, dimana Anda memperkirakan nilai properti Anda akan naik dalam dua tahun. Bila ternyata setelah dua tahun, nilai properti tidak naik, maka Anda akan rugi. Apabila kebetulan Anda sedang membutuhkan uangnya, maka Anda mungkin akan menjual properti itu dengan harga yang lebih rendah dibanding ketika Anda membelinya.

Kebanyakan orang tidak bisa memperkirakan dengan benar. Kalau Anda mau melakukan investasi dengan membeli saham pada hari ini, dengan perkiraan bahwa harga saham itu akan naik besok, maka pertanyaan saya sekarang adalah: "Kalau begitu, Anda juga bisa memperkirakan kapan tepatnya Anda akan mengalami sakit. Betul, kan?". Jelas. Bila Anda bisa memperkirakan apa yang akan terjadi pada negara ini setahun, lima atau sepuluh tahun mendatang, maka Anda bisa melakukan investasi dengan strategi timing. Bila tidak, jangan menggunakan strategi timing dalam melakukan investasi.

Realistis saja. Bila Anda memang tidak bisa memperkirakan apa yang akan terjadi di Indonesia dalam waktu enam atau duabelas bulan dari sekarang, lalu apa yang membuat Anda berpikir bahwa Anda bisa memperkirakan naik turunnya harga dari sebuah produk investasi? Apa yang membuat Anda berpikir bahwa harga rumah atau saham akan mencapai titik terendah atau titik tertinggi dalam beberapa waktu mendatang? Jelas, Anda tidak bisa melakukannya. Saya juga tidak bisa, dan tidak ada siapapun yang bisa. Kita bukan peramal, kan?

Tetapi satu hal yang pasti: pasar akan bergerak. Entah turun, entah naik. Masalahnya sekarang adalah Anda tidak tahu kapan itu akan terjadi, dan seberapa besar turun naiknya. Itulah sebabnya, saya tidak menyarankan Anda untuk melakukan investasi dengan menggunakan strategi timing. Memang ada beberapa orang yang bisa melakukan itu, tetapi mereka pun kadang-kadang juga sering salah. Jadi, jangan coba-coba memperkirakan kapan harga dari suatu produk investasi akan naik atau turun dalam mengambil suatu keputusan investasi.

LOKASI BUKAN ALASAN UNTUK SUKSES

Oleh: Eko Endarto

Dikutip dari Tabloid Otomotif

Saat membaca tulisan ini mungkin Anda tengah berpikir untuk membuka usaha. Baik itu toko aksesori, audio, perlengkapan balap atau bengkel. Berdasarkan pengalaman OTOMOTIF, lokasi strategis memang sangat membantu dalam mengembangkan usaha.

Tetapi tak punya tempat strategis bukan berarti rezeki ikut tertutup. Sebab banyak sekali toko atau bengkel yang lokasinya jauh dari strategis, tetapi mampu meraih konsumen loyal.

Nah, pada edisi perencanaan keuangan yang kami namakan Otofinansial ini, Sdr. Eko membahas mengenai tips membuka dan mengembangkan usaha. Jika Anda punya pertanyaan tentang keuangan, baik pribadi maupun usaha Anda, jangan ragu untuk mengirim email ke alamat berikut atau faks dan surat ke redaksi. Iday iday_oto@yahoo.com

Oleh : Eko Endarto RFA

Saat akan membuka usaha, apakah kita perlu punya tempat strategis? Jawabannya sangat perlu! Dalam ilmu pemasaran, place atau tempat merupakan kunci meningkatkan penjualan.

Makin strategis tempat, dekat pasar atau sumber bahan baku, akan memberi keuntungan dibandingkan jauh dari dua hal tersebut. Tapi apakah hal itu mutlak? Menurut saya sih enggak. Coba deh simak beberapa tips yang mungkin dapat membantu Anda.

Kejar Konsumen, Jangan Tunggu

Tempat usaha jauh dan tidak strategis? Tak perlu takut. Kalau Anda merasa pasar susah datang ke tempat Anda, kenapa tidak Anda yang mendatangi pasar? Di daerah Kebon Jeruk tempat saya tinggal, saya sering mendapati selebaran yang menawarkan beragam hal. Mulai catering, jasa servis, sekolah sampai kredit motor.

Saya pernah iseng menelpon untuk datang melihat sepeda motor, sekaligus mengunjungi lokasi mereka. Ternyata tempat penjualan motor itu hanya sebuah garasi. Di dalamnya berisi masing-masing satu merek motor baru sesuai brosur.

Saya penasaran dan bertanya bagaimana jika ingin warna motor berbeda? Mereka hanya tersenyum dan mengatakan itu gampang. Sebab barang di sini bukan untuk dijual tapi untuk dicoba. Kalau ingin membeli tentu barangnya baru dan sesuai keinginan konsumen.

Wow, saya kagum dengan kemampuan mereka. Walaupun hanya berupa garasi dan barangnya tidak ada di sana, tetapi usaha tersebut tetap maju dan dikenal. Ini karena brosur mereka yang mendatangi pasar dan bukan pasar yang mendatangi mereka.

Pelayanan Adalah Kunci Penjualan

Barang atau jasa yang Anda jual mungkin sama dengan toko besar di pinggir jalan. Harga Anda mungkin malah lebih mahal karena modal yang kalah dan promosinya tidak sebesar mereka. Jadi apa yang dapat kita menangkan dalam persaingan ini? Pelayanan! Ya, sekali lagi pelayanan.

Kenapa? Karena pada dasarnya orang siap membelanjakan uangnya dengan tujuan mendapat kepuasan. Kepuasan hanya diperoleh dari pelayanan baik yang mereka rasakan.

Untuk diketahui, saya ikut dalam satu milis jip. Pernah saya bertanya kepada para anggota milis bengkel mana yang baik dan direkomendasikan mereka. Anda tahu lokasinya? Terletak cukup jauh dari tempat saya, yaitu Pamulang dan Pasar Minggu. Saya heran kenapa harus sejauh itu. Tapi setelah bertanya lagi, jawaban mereka hampir sama bahwa mereka puas dengan hasil kerja bengkel tersebut.

Nah, ini petunjuk kalau kepuasan itu tidak pernah melihat lokasi. Tapi lebih mementingkan pelayanan dan kejujuran. Kalau ini sudah kita tanam, pasar dengan sendirinya akan datang.

Ciptakan Pasar

Apa yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan usaha? Modal? Benar tapi tidak tepat. Barang? Bisa benar tapi tidak 100%. Tempat strategis? Jelas tidak selalu. Pasar atau konsumen? Ya, ini faktor paling penting demi kelangsungan usaha.

Sebab seberapa besar dan kuatnya suatu usaha bila tak punya pasar atau konsumen yang dapat menyerap barang produksinya, maka usaha itu akan sia-sia. Nah, bagaimana kita menciptakan pasar?

Ada kelebihan khusus yang selalu saya utarakan dalam tiap kesempatan. Yaitu komunitas Anda. Kalau Anda tergabung dalam suatu komunitas, berdayakan kekuatan itu. Sebab komunitas merupakan pasar terdekat dan paling mengerti Anda.

Bila tergabung dalam klub Honda Tiger misalnya, mulailah memperkenalkan produk atau jasa yang Anda kuasai. Seperti membuka tempat cucian motor, perkenalkan tempat Anda dengan memberi diskon bagi anggota atau tambahan soft drink.

Ingat, keuntungan kecil tetapi terus-menerus dan konstan menurut saya lebih baik daripada besar tapi dengan frekuensi tidak pasti. Nah, apakah hal ini memerlukan lokasi strategis? Enggak juga asal Anda dekat dan akrab dengan komunitas Anda.

Produk yang Spesifik adalah Keunggulan

Kalau Anda tak punya keunggulan lokasi, saya ada usul. Jual barang atau jasa yang spesifik. Ingat, kekhususan akan membuat jualan Anda punya keunggulan dibanding produk massal.

Di daerah Serpong ada toko khusus mesin dan aksesori limbah eks-Singapura. Lokasinya cukup jauh masuk ke dalam kampung. Tetapi usaha tersebut tetap berjalan karena menjadi satu-satunya penjual mesin dan aksesori limbah di Serpong.

Mereka tidak menyebar brosur, pun tidak memiliki lokasi di tepi jalan utama. Promosinya yakni mendatangi bengkel-bengkel di sekitar Tangerang, Serpong dan Pamulang. Mereka menjalin hubungan baik dengan memperkenalkan toko dan barang yang dimiliki, sebagai alternatif bila konsumen ingin mencari mesin atau aksesori berharga miring.

Tahu akibatnya? Sebagian besar konsumennya adalah mereka yang datang atas saran bengkel-bengkel tempat toko itu menjalin hubungan baik. Karena pelayanan baik dan sikap jujur yang diperlihatkan, lambat laun toko itu jadi terkenal dan punya banyak pelanggan. Dan Anda tahu keunikan lainnya? Sang pemilik tidak berpikir untuk pindah lokasi meski sudah sumpek.

Dalam berusaha memang banyak hal mempengaruhi kesuksesan. Tempat memang perlu, tetapi kalau keunggulan itu tak dapat dikelola dengan baik, maka tak bisa memberikan nilai tambah. Nah, seperti diuraikan di atas, dengan ketekunan dan kemauan maka tempat bukan lagi kendala dalam berbisnis. Selamat membuka dan menjalankan usaha.

Salam,

Eko Endarto

Perencana Keuangan

SAINGAN TIDAK HARUS JADI LAWAN

Oleh: Eko Endarto

Dikutip dari Tabloid Otomotif

Pada edisi-edisi lalu kita sudah membahas tips menghemat penghasilan, belanja, mengumpulkan dan menggunakan modal buat usaha. Pada edisi ini, kita anggap usaha Anda mulai bergerak. Namun usaha yang tengah asyik dijalankan tiba-tiba saja mendapat pesaing. Panik? Pusing memikirkan rival? Atau pasang azimat penglaris? Sebaiknya tidak. Terutama jika Anda mau menyimak beberapa tips berikut.

Oh ya, bagi Anda yang ingin tahu lebih dalam tentang masalah keuangan, pribadi maupun usaha, Mr. Eko bersedia menjawabnya. Layangkan saja surat atau faks ke redaksi atau alamat e-mail berikut. Iday iday_oto@yahoo.com

Oleh Eko Endarto RFA

Sudah dua minggu ini Alex, pemilik bengkel oli langganan saya uring-uringan. Hampir setiap pekerjaan bawahannya selalu salah. “Kenapa tuh majikan loe? Lagi perang sama orang rumah ya?” tanya saya pada seorang karyawannya. “Dia lagi kesel, soalnya 25 meter dari sini mau dibangun bengkel franchise dari salah satu perusahaan,” terang sang karyawan

Memang sih, di dekat situ lagi dibangun sebuah bengkel yang 90% selesai. Hanya perlu diingat, timbulnya saingan adalah konsekuensi keberhasilan usaha kita. Yang pada dasarnya justru memberi dampak positif. Coba deh, renungkan hal-hal ini.

Bertambahnya Konsumen.

Anda mengira pernyataan ini mengada-ada. Mana mungkin konsumen bertambah, wong konsumen kita aja berkurang. Itu tidak benar. Kalau kita bicara jangka pendek memang mungkin karena sebagian konsumen ingin mencoba yang baru. Tapi kalau bicara kelangsungan bisnis Anda di masa datang, pesaing justru membuat konsumen bertambah asal diiringi mutu pelayanan.

Di daerah Tangerang terdapat sebuah mal baru yang di lantai atasnya dibangun sebuah sentra onderdil dan aksesori kendaraan. Pada awalnya di situ hanya ada 2 buah toko. Walaupun hanya dua, tempat itu tetap berjalan karena ada langganan toko tersebut.

Nah, Anda tahu apa yang sangat diinginkan para pemilik kios di sana? Mereka berharap agar kios dan toko lain di sekitar mereka segera buka. Kenapa demikian? Dengan ramainya toko dan kios, maka makin lengkap dan terkenal daerah itu sebagai tempat belanja onderdil dan aksesori.

Memiliki Pembanding dan Tolok Ukur

Ada kelebihan dengan adanya pesaing. Yaitu usaha Anda memiliki pembanding atau standar. Standar di sini tidak selalu berarti pesaing lebih baik. Tapi mungkin pula lebih buruk.

Apa sih kelebihan Anda punya pembanding? Yakni Anda akan tahu bahwa hasil atau pekerjaan Anda baik atau tidak. Sebab dengan adanya pesaing, akan terlihat apakah Anda lebih baik atau lebih buruk.

Kebetulan saya juga tinggal di Tangerang. Seperti pernah dibahas tabloid ini, di sana baru pertama kali SPBU asing dibangun. Ada yang menarik sejak dibangunnya stasiun itu. Yakni naiknya standar pelayanan beberapa SPBU besar yang lebih dulu ada. Meski tak sebaik yang diberikan stasiun pengisian BBM asing, sapaan karyawan dan ucapan terima kasih bukan hal baru lagi yang saya dengar dari mereka.

Memiliki Kesempatan untuk Maju

Jika Anda sedang bersiap didekati saingan, ini saatnya membuat satu langkah ke depan. Bila saingan Anda akan melakukan hal sama, maka saatnya meninggalkan mereka.

Dahulu ada sebuah pusat pencucian mobil di daerah Kebon Jeruk satu-satunya yang dilengkapi pengangkat mobil hidraulis untuk mencuci kolong. Setelah hampir 2 tahun tanpa tandingan, tak jauh dari tempat itu dibangun usaha yang sama.

Anda tahu apa yang dilakukan pemiliknya? Ia berusaha memperbaiki pelayanan tanpa berpindah jenis usaha. Ia membuka jenis cuci baru yaitu cuci salju. Dengan begitu ia bisa selangkah lebih maju karena punya kelebihan dibanding pesaingnya. Sekaligus menaikkan harga yang dulu sangat susah. Karena hanya sendiri, sehingga ia dan konsumennya merasa puas dengan apa yang ada.

Lawan tapi Mesra

Punya saingan dekat usaha Anda? Kenapa enggak mengambil sisi positifnya? Ya, kalau Anda bersaing berarti Anda dan saingan selalu berusaha lebih baik. Dalam pelayanan memang kita harus bersaing. Tapi dalam hal kelengkapan dagangan, biasanya saling melengkapi.

Misal, Anda tidak menjual booster rem Kijang, siapa tahu saingan Anda memilikinya. Suruh saja konsumen Anda membeli ke mereka. Apakah Anda rugi? Hmm... Saya kira enggak tuh.

Memang konsumen tidak membeli pada Anda dan Anda tidak mendapat pemasukan. Tapi Anda bisa mengambil keuntungan dengan cara lain. Misal menjual jasa pemasangan booster rem tadi. Bukan hanya memberikan pelayanan, Anda juga telah mempopulerkan daerah usaha Anda.

Seperti dikatakan di awal, timbulnya saingan sejenis di daerah kita merupakan dampak kesuksesan dan keberhasilan yang kita capai. Yang namanya saingan pasti memiliki efek yaitu negatif atau positif.

Tapi sebagai otomania yang gentle kenapa harus takut dengan dampak negatifnya kalau kita bisa mengambil dampak positifnya. Ingat, pengusaha yang tangguh adalah pengusaha yang tidak lari dari persaingan tapi yang bisa menang atas persaingan.

Selamat bersaing.

Salam,

Eko Endarto

Perencana Keuangan

MENGELOLA PENGHASILAN TAMBAHAN

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 908/XVIII

Seberapa banyak diantara Anda yang pada saat ini memiliki penghasilan tambahan? Apakah Anda bisa mengelola penghasilan tambahan itu sehingga bisa membawa manfaat? Anda mungkin punya penghasilan tambahan sekarang. Tapi ingat, penghasilan tambahan itu tidak selalu bisa membuat hidup Anda bertambah baik, lho. Bisa malah sebaliknya.

Misalnya, penghasilan di keluarga Anda Rp 2 juta. Jumlah itu lalu habis untuk membayar segala macam pengeluaran di rumah tangga Anda. Kalau toh bisa menabung, hanya Rp 250 ribu per bulan. Lalu Anda memutuskan untuk mencari penghasilan tambahan.

Setelah cari sana cari sini, Anda memutuskan untuk mencari tambahan penghasilan dengan mengajar. Hasilnya, sih, lumayan. Sebulan bisa mengantongi Rp 500 ribu. Kadang malah bisa Rp 750 ribu per bulan.

Pertanyaannya, apakah dengan uang tambahan tersebut, Anda jadi bisa menambah jumlah tabungan Anda yang tadinya hanya Rp 250 ribu menjadi Rp 750 ribu atau malah Rp 1 juta per bulan? Jawabannya, belum tentu. Dengan penghasilan tambahan Anda juga belum tentu bisa mencukupi keperluan-keperluan keluarga yang lainnya? Jadi bagaimana dong? Yuk, simak tips mengelola penghasilan tambahan di bawah ini.

Memenuhi kebutuhan keluarga yang belum bisa terbayar dan untuk membayar pengeluaran pribadi.

Sekarang, apa sih motivasi Anda sehingga mau capek-capek nyari penghasilan tambahan? Biasanya sih, yang pertama, karena Anda merasa bahwa penghasilan Anda yang sekarang mungkin enggak cukup untuk membayar pengeluaran keluarga.

Kedua, kalaupun pengeluaran keluarga Anda memang sudah bisa terpenuhi, barulah Anda bisa menggunakan penghasilan tersebut untuk membayar pengeluaran-pengeluaran pribadi Anda sendiri seperti untuk beli baju, sepatu, beli buku, atau apalah keperluan Anda. Yang penting kebutuhan rumah tangga sudah terpenuhi toh?

Setoran tabungan dan investasi Anda

Kalau Anda punya penghasilan tambahan, jangan semuanya dipakai untuk membayar pengeluaran dong. Adanya penghasilan tambahan justru harus menjadi kesempatan buat Anda untuk menambah setoran tabungan rutin Anda setiap bulannya.

Contohnya, dari penghasilan rutin yang Anda dapatkan setiap bulannya, Anda bisa menabung sebesar sekitar Rp 250 ribu per bulannya. Dengan adanya penghasilan tambahan sebesar sekitar Rp 500 ribu per bulan, cobalah untuk menambah setoran tabungan Anda sebesar, misalnya Rp 100 ribu per bulan.

Hindari mengalokasikan semua penghasilan tambahan untuk menaikkan pengeluarannya. Anda hidup bukan hanya untuk hari ini saja kan?

Sisakan untuk modal penghasilan tambahan yang lebih besar.

Coba sisakan lagi penghasilan tambahan yang Anda dapat agar Anda bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang lebih besar. Contohnya, Anda dapat "uang sampingan" Rp 750 ribu per bulan. Sebaiknya, gunakan saja Rp 500 ribu-nya untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang tidak bisa dipenuhi dari penghasilan utama Anda. Sisihkan Rp 100 ribu untuk menambah tabungan, sisanya Rp 150 ribu untuk menambah modal.

Misalnya, kalau penghasilan tambahan itu didapat dari mengajar bahasa Inggris, Anda bisa membuat 2 pak Kartu Nama tambahan dari sisa yang Rp 150 ribu per bulan itu. Atau bikin brosur. Kalau penghasilan tambahan itu didapat dari berdagang baju, mungkin Rp 150 ribu per bulan itu bisa untuk menambah stok. Terserah Anda. Yang penting, modal usaha sampingan Anda bisa tambah besar.

Jadi bapak ibu, prinsipnya sederhana saja. Kalau Anda punya penghasilan tambahan, jangan hanya untuk membayar pengeluaran-pengeluaran Anda, tapi juga untuk menambah tabungan rutin Anda dan menambah modal usaha agar kian hari penghasilan tambahan Anda kian meningkat.

Salam.

Safir Senduk

Perencana Keuangan

ASET YANG BERMANFAAT

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 902/XVII

Pernahkah Anda coba menghitung berapa jumlah aset di rumah Anda? Tapi sebelum menghitung, Anda harus tahu apa saja yang bisa menjadi "aset" itu. "Aset" bisa diartikan sebagai harta yang Anda miliki saat ini. Harta apa saja. Bisa berupa benda di rumah, uang tunai, tabungan atau investasi yang Anda punya. Jadi sekali lagi, aset adalah harta yang Anda punya pada saat ini, apapun itu.

Nah, setelah hidup selama bertahun-tahun, coba hitung, apa saja aset yang sudah Anda kumpulkan sampai saat ini? Wah, pasti banyak ya? HP, uang tunai di rumah sebanyak beberapa juta rupiah, tabungan, deposito di bank swasta, perabotan rumah, bahkan mungkin motor dan rumah sendiri. Wow, lumayan ya? Setelah bertahun-tahun bekerja, ternyata banyak juga aset yang bisa Anda kumpulkan.

Tapi masalahnya, nah ini dia, seberapa banyak dari aset tersebut yang memberikan penghasilan kepada Anda? Maksudnya, seberapa banyak dari aset yang Anda punya tersebut yang memasukkan uang buat Anda dan keluarga Anda?

Coba kita lihat: HP Anda pakai sendiri. Motor dan mobil Anda pakai sendiri. Perabotan di rumah? Itu juga dipakai sendiri. Komputer di rumah? Dipakai sama anak-anak. Teve dan radio tape juga dipakai sendiri. Busana dan sepatu? Dipakai sendiri. Astaga....jadi tidak ada satupun dari aset tersebut yang memberikan penghasilan buat Anda? Semuanya dipakai sendiri?

Ada, sih, Pak, kata Anda: uang tunai. Uang tunai, enggak ngasih penghasilan buat Anda. Uang tunai Anda paling-paling ditaruh di lemari dan selalu diambil kalau Anda lagi mau beli baju atau sepatu baru. Ya kan?

Kalau mau jujur, satu-satunya aset yang Anda punya yang memberikan penghasilan buat Anda mungkin cuma deposito Anda. Iya. Deposito, kan, memberi bunga buat Anda. Cuma mungkin bunganya lagi enggak seberapa sekarang.

Nah, ini dia bapak ibu, banyak diantara Anda yang mungkin sudah merasa 'kaya' dengan keadaan Anda sekarang. Setiap mendapatkan uang, Anda mungkin langsung membelikannya barang-barang yang Anda suka. HP baru, baju baru, teve baru, alat fitness baru, sepatu baru, bahkan motor baru atau kendaraan baru. Bahkan setiap teman Anda cerita kalau dia baru beli ini atau beli itu, Anda sering ikut-ikutan beli. Lebih parah lagi kalau Anda datang ke mal, Anda pasti berpikir: "Barang apa yang bisa saya beli sekarang?". Rasanya kalau sudah punya uang, apalagi kalau penghasilan suami Anda besar karena jabatannya cukup tinggi, rasanya Anda sudah kaya sekali. Ya, kan?

Padahal Bapak Ibu, jangan salah, kekayaan seseorang - secara materi - tidak diukur dari seberapa banyak penghasilan yang Anda dapatkan sekarang. Mau jabatan suami Anda direktur ini atau direktur itu sehingga penghasilannya besar, wah bukan dari situ mengukurnya. Bahkan, yang namanya kekayaan, tidak juga diukur dari seberapa banyak harta yang bisa Anda beli dari penghasilan tersebut. Anda bisa beli mobil, motor, rumah sendiri, perabotan mahal di rumah, HP paling canggih, busana atau sepatu baru, bukan itu ukuran Anda kaya atau tidak.

Lo, terus apa dong yang membuat Anda kaya? Yang membuat Anda kaya adalah seberapa banyak dari aset yang Anda punya sekarang yang bisa memberikan penghasilan buat Anda. Itulah yang membuat Anda kaya. Bukan besarnya penghasilan Anda atau suami Anda, bukan juga banyaknya benda-benda di rumah Anda. Besarnya penghasilan yang didapat Anda atau suami Anda percuma saja kalau toh penghasilan itu habis semua dibelanjakan.

Banyaknya benda di rumah Anda juga percuma saja kalau benda-benda itu tidak memberikan penghasilan secara langsung kepada Anda. Tapi yang paling menentukan adalah seberapa banyak dari aset Anda yang bisa memberikan penghasilan buat Anda. Entah penghasilan rutin secara bulanan atau penghasilan yang baru bisa didapat nanti kalau aset itu dijual lagi.

Pantas saja setelah kerja bertahun-tahun, beberapa di antara Anda malah bisa punya penghasilan yang cukup lumayan dan bisa punya benda-benda bagus di rumah, tapi kok, kayaknya keadaan Anda cuma di situ-situ saja dan tidak kemana-mana. Semua itu karena tidak ada satu pun penghasilan Anda digunakan untuk diwujudkan jadi aset yang berguna. Lalu, aset apa saja yang bisa memberikan penghasilan untuk Anda? Saya kasih beberapa contohnya ya:

· Rumah yang disewakan.

· Motor yang disewakan untuk diojekkan (ada setoran yang Anda bakal dapat dari si tukang ojek),

· Mobil angkot yang disewakan ke supir angkot (Anda juga dapat setorannya),

· Deposito (memberikan bunga)

· Bisnis (setiap bulan, 3 atau 6 bulan sekali Anda pasti mengambil sebagian dari keuntungan bisnis tersebut).

Nah, itulah contoh-contoh dari aset yang bisa memberikan penghasilan buat Anda, dalam hal ini penghasilan yang rutin.

Sedangkan selain aset yang bisa memberikan penghasilan rutin, ada juga aset lain yang bisa memberikan penghasilan yang lebih besar, hanya saja dia tidak rutin dan hanya bisa didapat kalau aset tersebut Anda pegang dulu untuk beberapa lama untuk lalu dijual lagi. Walaupun aset itu juga punya risiko turun nilainya kalau Anda jual lagi. Contohnya seperti:

Emas koin,

Reksadana,

Rumah, dan seterusnya.

Nah, bagaimana bapak ibu? Sudah cukup jelas, ya. Jadi, sekarang bagaimana kalau Anda mulai memfokuskan hidup Anda untuk mengumpulkan aset yang bisa memberikan penghasilan buat Anda? Jangan hanya mengumpulkan benda-benda yang akhirnya toh cuma bisa dipakai dan dipakai tanpa bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan penghasilan. Makin banyak aset produktif yang bisa Anda kumpulkan akan makin baik karena kalau nanti Anda atau suami Anda terpaksa harus berhenti bekerja, Anda sekeluarga bisa tetap punya penghasilan. Bukankah begitu seharusnya?

Salam.

Safir Senduk

Perencana Keuangan

3 JALAN KUMPULKAN MODAL

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 898/XVII

Mungkin Anda masih ingat ketika beberapa waktu lalu saya membahas tentang cara menghitung modal yang Anda butuhkan kalau ingin membuka usaha? Modal yang Anda kumpulkan untuk usaha terbagi jadi 3: Modal Investasi Awal, Modal Kerja, dan Modal Operasional. Betul?

Sekarang masalahnya, mungkin ada beberapa orang yang setelah membaca tulisan itu, lalu jadi menggerutu sendiri: "Hmm..., ngitung modal, sih, memang gampang. Masalahnya sekarang, gimana caranya supaya modalnya bisa ada? Supaya bisa terkumpul?"

Ini memang bahasan menarik. Karena banyak orang kesulitan mengumpulkan modal usaha. Sebagai contoh, kalau seseorang ingin buka usaha laundry dengan memiliki mesin cuci sendiri, dan ia membutuhkan modal dana sebesar Rp 20 juta, sementara dananya sendiri baru Rp 3 juta, darimana ia bisa mengumpulkan modal?

Ada tiga jalan, kok, untuk mengumpulkan modal untuk usaha:

Modal Sendiri

Pertama jelas, kalau Anda ingin buka usaha, Anda bisa pakai modal sendiri. Caranya bisa dengan mengambil dari simpanan yang Anda miliki sekarang, entah dari tabungan atau deposito Anda, atau bisa juga dengan menjual aset yang Anda punya. Sebagai contoh, banyak, lo, orang yang menjual sepeda motornya untuk sekadar jadi modal usaha, atau menjual perhiasan yang dia punya.

Jangan kaget. Menjual barang untuk menambah modal usaha tuh biasa, lo. Yang paling penting, jangan merasa terlalu sayang untuk menjual beberapa aset Anda untuk menambah modal usaha. Contohnya, kalau Anda tidak punya uang untuk modal usaha dan harus menjual perhiasan Anda, ya jual saja. Nanti kalau usaha Anda sudah berhasil, Anda toh bisa beli lagi perhiasan yang lebih bagus. Ya enggak?

Pinjam

Meminjam uang untuk modal usaha juga sering dilakukan orang. Dengan meminjam, seringkali usaha yang memang Anda impikan bisa lebih cepat terwujud. Iya, dong, daripada nunggu modalnya enggak ngumpul-ngumpul, mendingan minjem. Cuma, nah ini dia, karena modal itu Anda dapatkan dengan meminjam, ya Anda betul-betul harus memerhatikan cash flow Anda. Ini karena Anda pasti harus mengembalikan uang yang Anda pinjam. Entah dengan mengembalikannya secara bulanan, 6 bulanan, atau mungkin tahunan.

Kuncinya, kalau Anda meminjam, perlu diketahui bahwa banyak orang yang seringkali terlalu fokus kepada bagaimana mereka bisa mendapatkan pinjaman, tetapi tidak memikirkan apa yang bisa mereka lakukan untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Jadi, ketika meminjam, cobalah untuk memikirkan bagaimana caranya Anda bisa mengembalikan pinjaman tersebut.

Tipsnya, ketika Anda memikirkan caranya, jangan terlalu optimis bahwa pendapatan dari usaha Anda pasti bisa langsung besar di bulan-bulan pertama. Kalau perlu, buatlah perkiraan sepesimis mungkin. Dari perkiraan yang pesimis tersebut, Anda pasti bisa melakukan penilaian apakah pengembalian yang akan Anda lakukan nantinya bisa lancar atau tidak.

Kerja Sama

Wah, daripada Anda pakai modal sendiri semuanya, atau daripada Anda meminjam, kenapa Anda tidak mencoba menjalin kerja sama saja dengan orang lain? Dengan menjalin kerja sama, maka risiko usaha Anda bisa lebih kecil karena harus dibagi bersama teman-teman Anda. Cuma, keuntungan yang Anda dapatkan tentunya harus dibagi juga, dong.

Iyalah, namanya saja kerjasama. Artinya, risiko dibagi, keuntungan juga harus dibagi. Ya, enggak?

Sekarang masalahnya, ada enggak orang yang mau kerjasama dengan Anda? Itu tergantung Anda. Apakah Anda bisa dengan baik menawarkan keuntungan yang masuk akal pada usaha yang Anda tawarkan. Tapi, tawaran keuntungan saja belum cukup, lo. Anda juga harus bisa memberikan pendekatan yang baik, tidak sombong pada orang-orang yang ingin Anda ajak kerjasama.

Satu lagi, kalau bisa, penjelasan yang Anda berikan juga harus masuk akal, seadanya, dan tidak melulu memaparkan keuntungan pada orang yang ingin Anda ajak kerjasama.

Nah, sekarang, Anda sudah tahu bagaimana mengumpulkan modal untuk membuka usaha. Mudah-mudahan dari 3 pilihan tersebut di atas, Anda bisa menentukan pilihan mana yang terbaik.

Salam.

Safir Senduk

Perencana Keuangan

TINGKATKAN PENGHASILAN ANDA,

CERMATI VARIABELNYA

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari detikcom

Beberapa saran yang diberikan di bawah ini bisa saja terdengar klise bagi sebagian dari Anda, tetapi satu hal yang jelas, alasan yang klise itu seringkali benar adanya dan selalu sahih digunakan sampai kapan pun. Namun demikian, jangan disalahartikan setiap pekerjaan harus selalu dilakukan hanya untuk uang. Banyak juga orang yang bekerja karena ingin mengisi waktu saja, bersosialisasi, atau untuk aktualisasi diri. Dan itu sah-sah saja. Karena itu, tips ini hanya untuk Anda yang memang bekerja karena ingin mendapatkan penghasilan lebih baik.

Pendidikan

Tempuh Pendidikan yang Lebih Tinggi

Statistik menunjukkan orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi seringkali punya kesempatan lebih besar untuk mendapatkan penghasilan besar. Tetapi yang harus diingat, jangan sekali-kali menganggap pendidikan yang lebih tinggi bisa meningkatkan penghasilan Anda. Pendidikan yang lebih tinggi harus Anda tempuh untuk satu alasan saja: yaitu, meningkatkan keahlian Anda. Dengan keahlian tersebut, yang tidak selalu dimiliki orang lain, Anda bisa punya peluang lebih besar untuk dibayar lebih mahal.

Pendidikan Bukan Selalu Sekolah

Jangan menganggap bahwa pendidikan harus selalu dalam bentuk formal (sekolah), atau dalam bentuk gelar sarjana. Pendidikan lebih tinggi bisa Anda dapatkan dengan mengikuti berbagai macam kursus, misalnya. Bahkan, Anda bisa juga mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dengan belajar sendiri (otodidak). Presiden kita, misalnya, adalah contoh yang baik dari seseorang yang belajar secara otodidak. Selain itu, kita sering mendengar banyak sekali orang menjual keahliannya yang ia pelajari secara otodidak.

Pekerjaan

Kadang-kadang, ada jenis pekerjaan yang memberikan penghasilan lebih besar dibanding jenis pekerjaan lain. Di sini Anda dituntut mengetahui jenis-jenis pekerjaan apa yang memberikan penghasilan lebih besar itu. Namun demikian, akan sangat bermanfaat kalau pekerjaan itu juga Anda sukai. Jadi, Anda tidak hanya bekerja saja, tetapi juga menikmati bidang kerja itu.

Umur

Biasanya, semakin bertambah umur seseorang, semakin banyak pula pengalaman yang ia miliki, sehingga penghasilan pun biasanya akan semakin besar. Namun demikian, jangan sekali-kali menganggap umur Anda sebagai penghalang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Banyak orang berusia muda tetapi sudah mampu mendapatkan penghasilan yang diatas rata-rata orang seusianya.

Selain itu, bila Anda menekuni suatu bidang secara terus menerus, Anda biasanya akan mendalami dan menguasai bidang tersebut, hal ini akan membuat penghasilan Anda makin besar dari tahun ke tahun. Sehingga, makin bertambah umur Anda, makin besar pula penghasilan yang bisa Anda dapatkan.

Tempat Tinggal

Kadang-kadang, tempat tinggal dan lokasi kerja juga mempengaruhi penghasilan yang Anda dapatkan. Seseorang yang tinggal di suatu kota tertentu, bisa saja memiliki penghasilan yang lebih besar dibanding mereka yang tinggal di kota lain, padahal jabatan mereka sama. Jadikan ini sebagai pertimbangan. Tapi, ingatlah bahwa perpindahan tempat tinggal ke lain kota biasanya akan membawa aspek yang sangat besar dalam kehidupan Anda. Mungkin ada keluarga yang akan Anda tinggalkan, mungkin juga ada teman-teman yang akan Anda tinggalkan. Anda sendirilah yang harus bisa menentukan prioritas mana yang ingin didahulukan.

Keberuntungan

Pernahkah Anda merasa orang lain kelihatannya selalu lebih beruntung daripada Anda? Saya pernah, dan itu menyakitkan sekali rasanya. Jadi, jangan pernah beranggapan bahwa orang lain selalu lebih beruntung, sedangkan Anda tidak. Anda adalah orang yang beruntung. Kenapa? Karena Anda adalah Anda, dan tidak ada orang lain yang menyerupai Anda.

Saya sendiri sebetulnya juga tidak terlalu percaya terhadap keberuntungan. Tetapi hal itu memang terjadi. Ada orang yang berada pada tempat yang tepat dan waktu yang tepat, sehingga bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Namun sebetulnya, yang tidak saya percayai bukan keberuntungannya, tetapi saya tidak ingin menunggu keberuntungan akan datang kepada saya.

Begitu juga dengan Anda. Jangan pernah berharap suatu kali keberuntungan akan datang kepada Anda. Tetapi, semakin giat Anda berusaha dalam pekerjaan, maka semakin besar pula kemungkinannya keberuntungan itu akan mendekati Anda. Jadi, jangan menunggu keberuntungan. Dengan giat berusaha dan bekerja keras, maka semakin besar pula kemungkinannya Anda akan beruntung.

Kerja Keras

Pernah ada cerita tentang seekor kodok yang tercebur ke dalam baskom berisi susu. Kodok ini berusaha meloncat agar bisa keluar dari permukaan air susu itu, tetapi sulit sekali. Di atas baskom, telah menanti dua kodok lain yang mengatakan dia akan sulit sekali meloloskan diri dari susu itu. Mereka mengatakan hal-hal yang melemahkan semangat si kodok yang tercebur tadi.

Tetapi kodok yang sedang berusaha ini tidak peduli. Ia terus berusaha untuk meloloskan diri. Sulit sekali. Ia bahkan sudah mencoba sampai tigapuluh kali, tetapi tidak berhasil juga. Sementara kedua temannya diatas baskom mengatakan percuma saja si kodok berusaha. Tetapi si kodok malang ini tidak peduli. Ia terus melompat, gagal, kecebur lagi. Melompat, gagal, kecebur lagi. Sementara kedua kodok diatas terus meremehkan dan mengatakan percuma.

Tapi tak disangka, pada lompatan yang ke-100, kodok itu meloncat sekuat tenaga, dan akhirnya berhasil lolos dari permukaan air susu. Akhirnya kodok itu ditanya, kenapa ia bisa berhasil lolos dari situ, padahal sudah dikatakan agar ia menyerah saja. Kodok yang ditanya itu malah bertanya kembali: “Apa?” Ternyata kodok itu adalah kodok tuli. Dan ketika ia berusaha meloncat tadi, ia mengira teman-teman kodoknya yang lain sedang memberikan motivasi kepadanya agar ia terus berusaha.

Pertanyaannya pembaca, apakah Anda sudah cukup bekerja keras?

Memiliki Visi

Pernah ada cerita tentang tiga orang tukang batu yang sedang menumpuk batu bata. Tukang batu yang pertama ditanya: “Pak, Anda sedang apa?” Orang itu menoleh dan menjawab: “Oh… saya sedang menumpuk batu.”

Giliran tukang batu kedua ditanya pertanyaan yang sama: “Pak, apa yang sedang Anda lakukan?” Dia menjawab: “Oh…, saya sedang membuat dinding.”

Giliran tukang batu ketiga ditanya pertanyaan yang sama: “Apa yang sedang Anda lakukan, Pak?” Orang ini menjawab: “Oh…, saya sedang membuat rumah yang terbesar di kota ini.”

Anda mengerti maksudnya? Tukang batu pertama tidak memiliki visi atau pandangan yang jauh ke depan tentang apa yang ia lakukan. Tukang batu kedua lebih lumayan, dimana ia punya visi yang lebih jauh. Tetapi tukang batu yang ketiga, dia punya visi yang luar biasa jauhnya, yaitu membuat rumah yang terbesar di kotanya. Anda bisa bayangkan hasil yang akan mereka dapatkan nanti? Tukang batu ketiga biasanya akan memberikan hasil kerja yang paling sesuai dengan visi si arsitek, yaitu membangun rumah yang terbesar di kota, dibanding dengan tukang batu pertama dan kedua. Wajar saja kalau tukang batu ketiga mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.

Sekarang pertanyaannya, apa Anda tahu apa yang sedang kerja Anda sekarang? Apakah Anda memiliki visi ke depan tentang pekerjaan Anda? Apakah Anda memiliki visi tentang pekerjaan apa yang akan Anda tempuh nanti dalam perjalanan menuju kesuksesan? Sudahkah Anda menuliskannya di atas sebuah kertas? Atau sebaliknya, apakah Anda cuma menjalani saja pekerjaan Anda seperti air yang mengalir? Jangan lupa, kesuksesan datang karena direncanakan. Bila tidak direncanakan, maka kesuksesan tidak akan selalu datang. Bahkan kalaupun datang, Anda tidak akan tahu kapan waktunya.

TIGA CARA MENGALAHKAN HUTANG

Oleh: Mike Rini

Dikutip dari Danareksa.com

Berhentilah menghalangi kebebasan finansial Anda, jangan terus menerus menguras tabungan masa depan. Hutang adalah musuh nomor satu yang merampas impian banyak orang dan kebanyakan orang benar-benar tak berdaya dengan hutangnya. Karena itu sekaranglah saat yang tepat untuk memberantasnya.

Kesalahan yang sering terjadi saat berhutang adalah, mengambil hutang terlalu banyak, dan digunakan untuk tujuan yang salah pula. Karena hutang orang jadi menguras tabungannya, menjaminkan harta bendanya dan melakukan aksi gali lubang tutup lubang dari satu kartu kredit ke kartu kredit lainnya hanya untuk digunakan memenuhi kebutuhan hariannya.

Orang mungkin mengira, hanya karena pihak bank atau perusahaan kartu kredit mau memberikan pinjaman, mereka lalu serta merta bisa membayar pinjaman itu kembali. Orang jadi terlalu fokus pada besarnya cicilan bulanan atau suku bunga pinjamannya saja daripada menyadari bahwa hutang itu seperti penyakit kanker yang bisa menggerogoti kondisi kesehatan keuangan mereka. Orang membayar bunga hutang dari waktu ke waktu, yang tentu saja hanya akan memperkaya pihak bank dan perusahaan kartu kredit, sebaliknya tanpa disadari makin membuat kita miskin. Sudah begitupun, kita masih saja heran mengapa selalu kehabisan uang.

Apakah Anda mulai merasa tidak nyaman dengan kenyataan itu ?

Syukurlah. Rasa tidak nyaman itu mungkin malah akan menyelamatkan Anda dari jeratan hutang seumur hidup. Uang memang tidak bisa membeli kebahagiaan, tetapi dengan uang hidup Anda menjadi lebih mudah. Tetapi untuk mendapatkan uang tidak gratis, Anda harus bekerja untuk itu. Sayang sekali Anda tidak selamanya bisa bekerja, padahal kehidupan Anda bahkan mungkin akan berlansung lama setelah Anda tidak bisa bekerja.

Untuk menghadapi proses alamiah ini, kita telah diberikan usia produktif selama bertahun-tahun, namun belum banyak orang yang menyadarinya. Begitu mereka mendapatkan pekerjaan dan berpenghasilan, segera saja mereka memiliki kartu kredit. Daripada mendahulukan tabungan dan investasi, mereka membeli barang-barang yang bahkan umurnya bisa jadi lebih pendek daripada cicilan pembayarannya.

Nah.. jika Anda sudah siap untuk memberantas hutang kartu kredit, maka inilah rencananya :

Kenalilah hutang Anda.

Mengetahui berapa jumlah cicilan hutang tiap bulan saja tidak cukup, namun lebih dari itu Anda juga harus mengetahui segala sesuatu yang terkait dengan hutang tersebut. Buatlah daftar kepada siapa saja Anda berhutang, berapa jumlah saldo atau sisa hutangnya saat ini, berapa suku bunganya masing-masing, dan berapa pembayaran cicilan perbulannnya.

Cari tahu juga mengenai kodisi-kondisi dari pinjaman Anda, misalnya apakah Anda bisa mendapatkan diskon hutang jika melunasinya sekarang atau malah sebaliknya dikenakan penalty karena pelunasan hutang sebelum jatuh tempo.

Susunlah prioritas pembayaran hutang.

Dari catatan hutang tadi kemudian susunlah daftar pembayaran hutang menurut prioritasnya. Susunlah prirotas pembayaran hutang dari hutang yang dikenakan bunga paling tinggi sampai yang paling rendah, bukan dari yang saldo hutangnya paling besar. Dimana hutang yang dikenakan bunga paling tinggi menempati urutan pertama dari prioritas pembayaran hutang.

Mengapa demikian ?

Hutang dengan bunga tinggi ibaratnya seperti Anda mengalami kecelakaan dan mengalami luka-luka pendarahan pada beberapa bagian tubuh. Luka yang menyebabkan perdarahan paling besar pasti akan ditutup terlebih dahulu oleh dokter baru kemudian menutup luka-luka lain yang lebih kecil. Karena jika luka dengan pendarahan paling besar tidak segera diatasi maka akan mengancam keselamatan jiwa sebab luka ini meyebabkan Anda kehilangan darah paling cepat. Logika yang sama bisa kita pakai pada prioritas pembayaran hutang ini. Namun bukan berarti kita hanya memprioritaskan satu pembayaran hutang saja dan mengabaikan yang lainnya.

Contohnya begini, jika Anda mempunyai tagihan tiga kartu kredit yang sudah membengkak. Masing-masing minimum paymentnya adalah Rp 300.000,-. Sehingga total cicilan minimum payment dari ke 3 kartu kredit adalah Rp 900.000,- per bulan. Untuk segera menyelesaikan masalah ini maka Anda bersedia menyisihkan Rp 1 juta per bulan untuk pembayaran kartu kredit ini. Dengan demikian ada kelebihan Rp 100.000,- dari anggaran cicilan hutang bulanan. Dengan adanya prioritas pembayaran hutang maka berikanlah kelebihan anggaran ini untuk pembayaran cicilan hutang yang suku bungannya paling tinggi. Sehingga hutang dengan suku bunga paling tinggi adalah Rp 400.000,- sedangkan 2 hutang lainnya dengan suku bunga yang lebih rendah masing-masing Rp 300.000,-.

Jika hutang dengan suku bunga paling tinggi sudah lunas, maka lanjutkanlah dengan prioritas pembayaran hutang pada hutang dengan suku bunga tertinggi berikutnya. Berikanlah porsi pembayaran cicilan hutang prioritas pertama yang sudah lunas tadi untuk menambah pembayaran cicilan hutang prioritas berikutnya, dan begitu seterusnya.

Stop penggunaan kartu kredit.

Ngomong-ngomong, walaupun kita sudah memiliki strategi proritas pembayaran hutang, namun rencana ini tidak akan berhasil jika Anda tetap saja menambah jumlah hutang kartu kredit. Dengan kata lain, jika Anda ingin memberantas tagihan beberapa kartu kredit yang membengkak, maka hentikan menambah jumlah hutangnya. Stop pemakaian kartu kredit, dan bayar saja belanjaan Anda dengan uang tunai atau dari kartu debet Anda.

Tinggalkan katu kredit Anda di rumah jika Anda tidak ingin tergoda untuk memakainya. Gunakanlah kartu lredit hanya untuk keperluan darurat. Kalau perlu potong kartu kredit Anda yang lain dan sisakan satu kartu kredit dengan limit kredit yang paling besar untuk berjaga-jaga. Apapun cara yang Anda pakai dalam usaha memberantas hutang kartu kredit, tidak peduli betapapun anehnya . Selama bisa membantu Anda bisa membangun kebiasaan penggunaan kartu kredit yang baik, lakukanlah. Mungkin Anda akan dianggap ekstrem, pelit atau kuno. Well, Andalah yang menderita dari hutang yang berkepanjangan bukan mereka. Anda yang bertanggung jawab membayar hutangnya, orang lain mungkin sudah terlalu sibuk dengan masalah hutangnya sendiri.

Tentu saja melakukan ke 3 langkah memberantas hutang ini tidak mudah, tetapi banyak orang yang sudah melakukannya. Hasilnya, dari hari ke hari mereka semakin dekat kepada kebebasan finansialnya daripada melihatnya pergi menjauh. Saya yakin Anda juga menginginkan hal yang sama.

Kalau begitu mari kita lakukan sama-sama !

PENGHASILAN TIDAK PERNAH CUKUP

Oleh: Mike Rini

Dikutip dari Danareksa.com

“Aduh..gaji cuma numpang lewat aja nih !“ kalimat ini sepertinya tidak asing bukan ? Kita mungkin secara tidak sadar pernah mengucapkannya atau paling tidak pernah terlintas dipikiran atau mendengar teman-teman Anda mengucapkan kalimat ini. Anehnya kalimat ini seringkali terucap pada saat belum lama orang gajian. Orang sering mengeluh karena penghasilannya dirasa terlalu kecil sehingga tidak memiliki cukup uang untuk beli ini itu. Biasanya kalau sudah begitu orang menuding kenaikan harga-harga sebagai biang keladi gaji yang tak pernah cukup. Mulai dari sembako sampai barang kebutuhan sehari-hari lainnya seperti susu, pasta gigi, sabun, mi instant, bahkan baju, sepatu, dan kosmetik, semuanya merambat naik. Belum lagi kenaikan tarif telpon, listrik, air, atau biaya transportasi, yang semakin membuat pengeluaran Anda membengkak. Jangan lupa lho, biaya pendidikan anak-anak berikut buku-buku pelajaran sekolahnya juga rajin sekali naik tiap tahunnya. Masalahnya, belum tentu kenaikan harga-harga ini selalu diimbangi dengan kenaikan penghasilan kita, bahkan tidak jarang yang terjadi adalah sebaliknya

Namun kenaikan harga-harga bukanlah satu-satunya penyebab gaji yang tidak pernah cukup. Sebab ada juga orang yang merasa penghasilannya tidak pernah cukup, tidak perduli sudah berapa kali kenaikan gaji yang diterimanya. Mungkin Anda sendiri pernah mengalaminya, dimana pernah menarik ratusan atau puluhan tibu rupiah dari ATM kemudian menyimpannya di dompet dan tiba-tiba menyadari tidak berapa lama setelahnya uang Anda di dompet sudah hampir habis ? Anda mungkin sudah tidak ingat lagi untuk apa saja uang itu dibelanjakan.

Jika Anda berusaha mengingatnya, yah….kemungkinan besar paling-paling habis untuk beli majalah,koran, secangkir capucino, beli makanan kecil, atau rokok. Belanjaan kecil-kecil seperti tanpa disadari kalau kita kumpulkan jumlahnya besarnya juga. Padahal jika kita mengeluarkan uang setiap hari untuk belanjaan kecil, maka kalikan saja dengan jumlah hari dalam setahun.

Saya yakin Anda akan terpukau melihat berapa besarnya jumlah yang Anda belanjakan untuk belanjaan kecil. Itu baru belanjaan kecil, belum lagi biaya berlangganan TV kabel, baju-baju yang Anda beli saat diskon tapi belum sempat dipakai, iuran keanggotaan fitness, dan lain-lain. Rasanya semakin hari semakin sulit membedakan keinginan dan kebutuhan disebabkan tuntutan gaya hidup yang sulit dipuaskan.

Mengapa antara penghasilan dan pengeluaran kita seringkali seperti berlomba – lomba mengalahkan siapa yang paling besar ? Padahal rasanya kita tidak pernah belanja berlebihan atau sengaja menghambur-hamburkan uang. Biasanya yang terjadi adalah saat penghasilan kita bertambah maka kita terdorong untuk berbelanja lebih banyak lagi.

Akibatya sama saja, berapapun kenaikan penghasilan kita selalu saja tidak pernah cukup. Nah.. apa yang harus kita lakukan agar seberapapun penghasilan yang kita miliki bisa mencukupi kebutuhan kita dan bisa membantu kita mencapai tujuan keuangan lainnya.

Kenali Penyebab Tidak Cukupnya Penghasilan Kita

Mari kita analisa dulu apa saja penyebabnya yang membuat penghasilan kita serasa tidak pernah cukup.

Kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi. Setiap tahun harga barang dan jasa-jasa mengalami kenaikan secara alamiah, yang bisa kita kenal dengan inflasi. Akibatnya dengan jumlah uang yang sama kita tidak lagi bisa mendapatkan atau membeli barang dan jasa sebanyak sebelumnya, sebab nilai uang jadi menurun. Masalahnya jika penghasilan kita tetap atau jika kenaikan penghasilan kita tidak sebesar kenaikan harga barang dan jasa, sudah pasti penghasilan kita tidak cukup. Apalagi jika sudah didera inflasi ditambah lagi kebutuhan kita terhadap barang dan jasa terus meningkat namun penghasilan kita tidak bertambah, bisa-bisa kita mengalami penurunan kesejahteraan hidup.

Menganut gaya hidup di luar kemampuan finansial, merupakan sumber dari hampir seluruh masalah keuangan keluarga. Penyebab utama defisit biasanya dipicu sifat boros sehingga membuat kita belanja diluar anggaran. Selain itu kita juga perlu waspadai beberapa pos pengeluaran yang sering jumlahnya terlalu besar seperti tagihan telpon, busana & aksesoris, barang- barang elektronik, hadiah dan sumbangan. Percaya atau tidak, kebanyakan dari pengeluaran itu sebenarnya tidak wajib. Misalnya, ngobrol di telpon selain tidak wajib juga bisa membuat tagihan telpon membengkak. Beli baju baru tidak harus sebulan sekali, mungkin bisa 2 bulan sekali,

Hutang dengan sistem bunga berbunga. Tagihan kartu kredit yang dibayar minimal saja akan membuat tagihan kita membengkak. Belum lagi kalau kita terlambat membayarnya, sudah pasti terkena biaya keterlambatan. Barang kreditan dengan cicilan ringan juga terkadang membuat kita terlena, tanpa disadari pengeluaran bulanan jadi besar karena terlalu banyak mengambil barang kreditan. Begitu juga dengan cicilan bulanan hutang jangka panjang seperti kredit rumah atau mobil. Dengan maksud ingin buru-buru secepatnya melunasi hutang, maka orang seringkali memaksa mengambil jangka waktu kredit yang pendek namun cicilannya besar. Padahal jika total cicilan hutang bulanan terlalu besar, akibatnya penghasilan kita mungkin tidak cukup untuk membayar kebutuhan rumah tangga lainnya,

Pengeluaran tak terencana. Belum lagi kalau ada saudara dekat yang pinjam uang, sumbangan uang untuk perkawinan, atau membelikan hadiah untuk seseorang yang berulang tahun, walaupun sesekali namun nampaknya karena budaya kekerabatan kita dekat ditambah lagi teman-teman Anda juga banyak mau tidak mau setiap bulan tanpa direncanakan harus keluar uang untuk ini.

Jurus Ampuh Agar Penghasilan Kita Cukup

Setelah mengenal berbagai penyebab tidak cukupnya penghasilan kita, maka saatnyalah kita mencari obat penyembuhnya. Tiga jurus ampuh berikut ini bisa di praktekkan untuk mengatasi penghasilan yang tidak pernah cukup, dan lebih dari itu bisa juga membantu Anda mengembangkan dan menambah harta kekayaan Anda.

Jurus Ampuh 1 : Mulailah Kebiasaan Berinvestasi

Tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk mengalahkan inflasi, karena inflasi terjadi secara alami dan di luar kemauan kita. Inflasi selain bisa membuat kita defisit, juga bisa menggerogoti harta kekayaan kita jika tidak membuatnya berkembang biak ke dalam produk investasi yang returnnya lebih tinggi dari asumsi tingkat bunga inflasi.

Karena itu milikilah anggaran untuk investasi agar hasil keuntungan hasil investasi bisa menambah penghasilan kita. Mulailah dengan menghidupkan kebiasaan menabung sebesar minimal 10% dari penghasilan kita dan terus ditingkatkan jumlahnya sejalan dengan kenaikan penghasilan kita dan biasakanlah membayar tabungan kita dahulu sebelum membayar keperluan lainnya.

Jurus Ampuh 2 : Biasakan Untuk Membuat Anggaran Belanja Bulanan.

Tidak peduli berapapun penghasilan kita baik besar maupun kecil, memiliki anggaran belanja bulanan sangat penting karena akan membuat pengeluaran kita lebih terkendali. Kuncinya adalah membuat anggaran pengeluaran lebih kecil dari penghasilan, dan biasakan berbelanja hanya sebesar jumlah yang sudah dianggarkan saja. Dengan mematuhi anggaran yang kita buat sendiri, kita tetap bisa berbelanja tanpa mengalami defisit. Dengan anggaran juga kita bisa memilah mana pos pengeluaran wajib dan mana yang tidak wajib. Tidak perlu menghilangkan pengeluaran tidak wajib jika tidak mau, namun karena tidak wajib kita bisa lebih leluasa untuk menguranginya. Karena itu belajarlah untuk membedakan mana pengeluran yang wajib, mana yang tidak wajib, mana keinginan dan mana kebutuhan.

Jurus Ampuh 3 : Batasi Cicilan Hutang Bulanan

Kewajiban cicilan hutang bulanan seperti cicilan rumah, cicilan mobil, cicilan barang kreditan, dan cicilan hutang kartu kredit, jika di total semuanya sebaiknya tidak melebihi 30 % dari penghasilan bulanan. Dengan demikian 70% sisanya dari penghasilan kita dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup lainnya dan juga investasi.

Semakin kecil porsi hutang kita ( kurang dari 30% ), maka akan semakin besar sisa penghasilan bulanan yang menganggur yang bisa dimasukkan ke investasi, sehingga akan semakin baik pula kondisi keuangan kita.

Jurus Ampuh ke 4 : Miliki Dana Cadangan

Untuk mengatasi pengeluaran yang tidak terduga dan tidak terencana, sebaiknya memang tidak mengambil dari gaji rutin Anda. Sebab gaji rutin memang diperuntukkan untuk pengeluaran yang rutin juga. Sedangkan untuk pengeluaran rutin, sebaiknya diambil dari Dana Cadangan. Dana cadangan ini bisa berbentuk sejumlah uang yang Anda simpan direkening di bank, sehingga Anda bisa mengambilnya dengan cepat saat terjadi keperluan mendadak. Bentuklah dana cadangan minimal tiga kali pengeluaran Anda perbulan.

Namun jika penghasilan Anda tidak rutin atau penghasilan anda belum stabil maka sebaiknya dana cadangan yang dibentuk lebih besar lagi, misalnya 6 kali pengeluaran keluarga per bulan. Jika saat ini Anda sudah memiliki sejumlah dana tertentu sesuai dengan kebutuhan jumlah minimal Dana Cadangan maka pisahkan dana ini ke dalam sebuah rekening tersendiri. Jika Anda sama sekali tidak mempunyai simpanan uang tunai, maka segeralah berusaha menyisihkan minimal 10% secara rutin setiap bulannya dari gaji Anda.

Jika sudah tercapai sejumlah Dana Cadangan yang ditargetkan, maka Anda bisa berhenti membentuk Dana Cadangan, dan kegiatan setoran rutin tabungan tadi bisa dialihkan ke dalam produk investasi yang returnnya lebih tinggi. Jika sewaktu-waktu Dana Cadangan terpakai, maka segeralah isi kembali, sampai sejumlah target Dana Cadangan nya tercapai.

Salam

Mike Rini

Perencana Keuangan

JANGAN BERTENGKAR KARENA UANG

Oleh: Mike Rini

Dikutip dari Danareksa.com

Masih ingatkah kapan terjadinya pertengkaran Anda terakhir dengan pasangan Anda tentang uang ? Mungkin sebulan yang lalu, seminggu yang lalu, 2 hari yang lalu atau baru semalam ? Pertengkaran tentang uang memang menjadi bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan berumah tangga. Masalah gaji yang tak pernah cukup dan defisit anggaran belanja karena biaya hidup yang terus naik, biaya pendidikan yang melonjak, tarif telpon, listrik, dan BBM yang naik hampir tiap tahun hanyalah sedikit saja dari masalah-masalah keuangan rumah tangga. Kalau kita mau jujur bahkan tindakan-tindakan yang sebenarnya kurang bijaksana terpaksa dilakukan agar terhindarkan dari pertengkaran tentang uang. Misalnya tidak pernah mengatakan berapa penghasilan yang sebenarnya, sembunyi-sembunyi saat memberikan uang kepada orangtua karena takut ketahuan pasangan anda, atau malu mengatakan kepada pasangan tentang hutang kartu kredit yang membengkak padahal sudah tidak berdaya menghadapinya.

Masalah tentang uang memang pembicaraan paling tidak romantis yang seringkali dihindari oleh pasangan suami istri. Orang lebih memilih untuk tidak membicarakannya daripada bertengkar karenanya. “Well.. jika kita saling menicintai satu sama lain kita tidak akan bertengkar karena uang..” Salah ! Uang tidak ada hubungannya cinta, tapi sangat berhubungan dengan seberapa seringnya Anda bertengkar. Membicarakan masalah keuangan bukanlah ajakan untuk memperdebatkan siapa yang paling benar tentang uang, tetapi agar Anda berdua lebih fokus dalam menemukan kesamaan tujuan keuangan dan cara mewujudkan tujuan keuangan tersebut.

Mengelola keuangan keluarga seperti sebuah pesawat dengan dua mesin. Jika mesin yang satu maunya jalan ke depan, sedangkan mesin yang lain maunya mundur ke belakang akibatnya pesawat tersebut pasti jatuh. Karena itu, “Until death do us part..” pastikan Anda berdua bergerak ke arah yang sama.

Masalahnya Bukan Cuma Uang

Memiliki penghasilan lebih dari satu tentu lebih menyenangkan daripada hanya bergantung dari satu penghasilan saja. Sebuah keluarga juga akan merasa lebih aman dari sisi finansial jika penghasilan keluarga tidak bergantung pada satu sumber penghasilan saja. Karena itulah saat ini trend suami istri bekerja juga sudah begitu membudaya. Namun, pada kenyataannya pasangan suami istri yang bekerja tidak selalu bisa menjawab permasalahan keuangan keluarga yang muncul.

Masalah siapa yang bertanggung jawab pada apa, siapa yang harus membayar apa, siapa yang bertanggung jawab untuk tabungan dan investasi keluarga, apakah penghasilan suami adalah penghasilan istri namun penghasilan istri tetap jadi penghasilan istri, haruskah hutang salah satu satu pasangan juga menjadi tanggung jawab pasangannya, bagaimana jika salah satu pasangan harus kehilangan pekerjaan, bagaimana jika salah satu pasangan tiba-tiba mendapat rejeki nomplok, dan lain sebagainya.

Cara pandang tentang uang memang sudah terbentuk dari karakter masing-masing pihak. Karakter yang sudah terbentuk sejak lahir, dan bagaimana cara kita dibesarkan juga akan membuat perbedaan bagaimana cara mengelola uang berbeda satu sama lain. Sehingga jika dibawa dalam kehidupan berumah tangga wajar sekali berpotensi menimbulkan konflik. Perbedaan yang terjadi secara alamiah ini, bukanlah sesuatu yang harus dihindari karena memang tidak mungkin dihindari. Yang terbaik yang bisa dilakukan adalah tetap memberikan masing-masing pihak ruangan untuk menjadi dirinya sendirinya, namun berkomitmen untuk tetap menomorsatukan kepentingan keluarga diatas kepentingan pribadi.

Kenali Kebiasaaan Keuangan Masing-Masing

Lamanya masa pernikahan ternyata tidak menjamin seseorang telah mengenal pasangannya, terutama dalam kebiasaan mengelola keuangan. Sesekali Anda mungkin masih dikejutkan bahwa pasangan Anda ternyata mempunyai kebiasaan dan pandangan tentang uang yang berbeda dengan Anda. Seringkali Anda bahkan tidak merasa nyaman dengan berbagai kondisi keuangan yang menyertai kehidupan rumah tangga. Misalnya, Anda dan pasangan mungkin masih belum terbuka untuk mengatakan mengenai jumlah penghasilan masing-masing yang sebenarnya, bagaimana kebiasaaanya dalam berbelanja lebih senang membayar tunai atau dengan kartu kredit, berapa jumlah hutangnya, apakah harus menanggung biaya hidup orang tua dan adik-adik atau tidak.

Kesampingkanlah rasa sungkan dan malu dalam mengkomunikasikan kebiasaan pengelolaan masing-masing, sebab ketika sudah menikah maka yang kemudian muncul adalah uang kita, bukan lagi uangmu atau uangku. Dengan demikian penghasilan Anda berdua adalah menjadi penghasilan keluarga sehingga pemakaian dari penghasilan tersebut atau pengeluarannya juga sebaiknya menjadi tanggung jawab Anda berdua.

Komunikasi yang baik antara suami isteri adalah modal utama mengelola keuangan keluarga dengan sukses. Hindari tindakan menyembunyikan, masalah keuangan keluarga dari pasangan Anda, dan jangan mengacuhkan atau menunda penyelesaian masalah-masalah keuangan tersebut karena semakin lama ditunda akan semakin membahayakan kondisi keuangan keluarga.

Darimana Memulainya ?

Sekaranglah saatnya Anda berdua meluangkan waktu dan duduk sejenak membicarakan cara-cara yang terbaik untuk mengelola keuangan sebagai pasangan. Berikut ini adalah langkah –langkah pengelolaan keuangan yang biasa Anda berdua jalankan :

Membuat gambaran kondisi keuangan saat ini.

Seandainya pengelolaan keuangan disamakan dengan perjalanan keuangan menuju suatu tempat yang belum pernah Anda kunjungi. Agar Anda berdua tidak tersesat, pasti akan mencari tahu tempat tersebut di dalam peta bukan ? Peta bisa membantu Anda menemukan tempat tersebut dan memperkirakan berapa lama Anda bisa sampai kesana dari posisi tempat Anda sekarang.

Nah..gambaran situasi keuangan Anda adalah peta yang bisa menunjukan dimana Anda berdua berada saat ini secara finansial. Cara membuat peta finansial ini adalah dengan membuat catatan mengenai jumlah harta kekayaan dan hutang masing-masing. Sekarang gabungkanlah harta dan hutang tersebut, dan anggaplah segala harta yang didapat dan hutang yang terjadi sebelum menikah menjadi harta dan hutang keluarga milik Anda berdua. Dengan demikian Anda berdua bertanggung jawab untuk memelihara harta berdua agar jangan samapi berkurang dan mulai melakukan usaha –usaha untuk menambahnya.

Misalnya jika saat ini jumlah tabungan Anda berdua adalah Rp 10 juta, dan kemudian ingin meningkatkan jumlah menjadi Rp 22 juta tahun depan maka Anda berdua bisa mulai menabung Rp 1 juta perbulan sampai tahun depan. Demikian juga dengan hutang, jika merasa hutang kartu kredit terlalu besar, maka Anda berdua harus berupaya untuk menguranginya.

Membuat gambaran sumber pengasilan dan pengeluaran.

Catatlah berapa jumlah penghasilan masing –masing dan dari mana saja sumber penghasilan itu. Setelah itu catat juga berapa jumlah pengeluaran rutin masing-masing dan untuk apa saja pengeluaran tersebut dan berapa sisanya. Sekarang gabungkan penghasilan dan pengeluaran tersebut, hasilnya adalah pengeluaran dan penghasilan keluarga dan berapa sisa penghasilan keluarga yang bisa digunakan untuk investasi. Jika penghasilan keluarga habis digunakan untuk kebutuhan sehari-hari saja dan tidak ada yang ditabung, maka Anda berdua bertanggung jawab untuk melakukan usaha-usaha penghematan maupun menambah penghasilan. Penghematan dilakukan agar pengeluaran yang dirasa terlalu besar bisa dikurangi, dan jika tidak ada lagi yang bisa dikurangi, Anda berdua juga bisa melakukan usaha menambah penghasilan.

Membuat gambaran sumber penghasilan dan pengeluaran bertujuan agar Anda berdua bisa saling mengetahui potensi penghasilan apa lagi yang bisa ditingkatkan dan masing-masing saling mengendalikan pengeluaran pribadi dan pengeluaran rumah tangga. Sehingga pada akhirnya jika sisa penghasilan keluarga bertambah maka akan lebih banyak lagi yang bisa diinvestasikan.

Miliki tujuan keuangan bersama.

Anda berdua pasti memiliki impian-impian yang membutuhkan sejumlah uang untuk mewujudkannya. Misalnya memiliki rumah sendiri, membeli mobil, liburan ke luar negeri, meneruskan sekolah S2, membeli perabotan rumah tangga, mempersiapkan modal usaha, dan lain sebaginya. Sayang sekali tidak semua tujuan keuangan tersebut bisa dipenuhi saat ini karena keterbatasan dana Anda berdua.

Namun, dengan menetapkan tujuan keuangan bersama maka Anda berdua bertanggung jawab untuk mewujudkannya. Dengan melakukan investasi selama jangka waktu tertentu secara rutin dari penghasilan anda berdua maka impian –impian tadi bisa diwujudkan. Suatu tujuan keuangan tentunya akan lebih cepat tercapai jika dijalankan berdua dengan pasangan Anda, daripada sendiri-sendiri. Lagipula akan lebih menyenangkan dalam perjalanannya dan Anda berdua bisa saling memotivasi satu sama lain.

Bagaimana dengan hutang ? Apakah berusaha mengurangi jumlah hutang kartu kredit yang membengkak juga termasuk suatu tujuan keuangan ? Tentu saja ! Baik hutang tersebut dilakukan oleh Anda maupun oleh pasangan Anda maka jika tidak lagi dapat dikendalikan pasti akan membahayakan kondisi keuangan keluarga. Dalam kondisi seperti ini mungkin Anda berdua terpaksa mencairkan tabungan atau deposito Anda untuk mengurangi hutang tersebut. Anda berdua juga bisa memangkas beberapa pos pengeluaran agar ada dana yang bisa dialokasikan untuk membayar cicilan hutangnya.

Dan sepanjang perjalanan penyelesain hutang itu, masing-masing harus saling mengingatkan untuk berusaha mematuhi rencana penghematan yang sudah dibuat dan berusaha untuk tidak melanggarnya. Karena setiap pelanggaran yang terjadi akan menyulitkan keuangan Anda berdua.

Pembagian tugas yang adil.

Setelah semua harta kekayaan, penghasilan, pengeluaran, dan tujuan keuangan dijadikan satu, sekarang tinggal menentukan person in charge atau penanggung jawab terhadap siapa yang bertugas untuk membayar apa. Apakah membayar tagihan-tagihan, membayar premi asuransi, membayar tabungan rutin Anda, atau membayar belanja rumah tanggal lainnya.

Biasanya istrilah yang bertanggung jawab untuk mengurus masalah ini, namun sebaiknya suami juga berpartisipasi dalam menentukan anggarannya dan ikut aktif dalam membayar beberapa pos pengeluaran yang penting. Dengan demikian jika terjadi kesalahan bisa lebih cepat terdeteksi dan tidak menyalahkan satu sama lain sehinggga langkah-langkah perbaikannya segera dilaksanakan.

Salam

Mike Rini

Perencana Keuangan

ALTERNATIF USAHA UNTUK MAHASISWA

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 859/XVI

Beberapa minggu lalu, saat saya tampil menjadi pembicara di acara talkshow di di Yogyakarta, hadir beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi yang ada di kota tersebut. Mereka banyak mengajukan pertanyaan yang menarik hati saya. Bagaimana mereka bisa menabung? Maklum, tidak semua mahasiswa menerima uang saku yang cukup. Entah karena orang tuanya kurang mampu atau pengeluaran si mahasiswa yang besar. Dari situ, muncul motivasi pada diri si mahasiswa, tidak ada jalan lain kecuali dengan mencari sumber penghasilan.

Tak heran banyak mahasiswa yang termotivasi mencari penghasilan. Apa sih alternatif pekerjaan yang bisa dilakukan mahasiswa? Seperti yang sama-sama kita tahu, mahasiswa pasti punya banyak keterbatasan. Salah satu diantaranya adalah keterbatasan modal. Selain itu, mereka juga punya kewajiban utama yakni belajar. Jangan sampai, mereka asyik bekerja, kuliahnya malah keteteran. Nah lho, bagaimana tuh?

Nah, berikut ini saya berikan sejumlah alternatif penghasilan tambahan yang bisa dijalankan oleh mahasiswa.

Menjual Barang

Menjual barang, terutama yang dilakukan secara perorangan, bisa dilakukan di waktu-waktu alias tak terikat waktu. Contohnya, menjual pakaian kepada teman-temannya. Kegiatan itu, tentu bisa dilakukan saat punya waktu luang dan tidak banyak waktu yang terbuang. Cukup dengan beberapa kali telepon atau menawarkan kepada teman-teman di kampus, menunjukkan barangnya, dan ketika ada yang suka dengan barangnya, transaksi pun terjadi. Selesai.

Banyak barang yang bisa dijual. Mulai dari busana dan aksesorisnya, barang-barang elektronik ringan seperti jam tangan, yang "berat" seperti radio tape, vcd player sampai dengan komputer. Prinsipnya, semua barang-barang yang bisa dipakai dan dikonsumsi, bisa diperjualbelikan.

Yang penting harus pandai mencari tempat membeli barang-barang tersebut dengan harga yang murah. Bagi yang modalnya pas-pasan, cukup membeli beberapa barang saja untuk sampel.

Menjual Keahlian

Mahasiswa pasti punya keahlian yang bisa dijual. Contohnya, mereka yang kuliah di bidang sastra bisa menawarkan jasa penterjemah. Bagai yang kuliah di bidang komputer, banyak pilihannya. Yang menekuni studi teknik informatika bisa menjual jasa pembuatan software sederhana kepada perusahaan-perusahaan. Mereka yang kuliah akuntansi bisa mengajar akuntansi privat kepada anak-anak SMA. Yang gemar menulis, juga bisa membuat cerpen dan kirimkan ke Tabloid NOVA. Yang kuliah di bidang sosial politik? Bisa mengirim artikel ke koran.

Yang jelas, alternatif menjual keahlian memiliki kelebihan, yakni tak perlu modal, kecuali keahlian. Cuma jeleknya, kadang-kadang tidak semua mahasiswa memiliki rasa PD (percaya diri) yang cukup ketika mereka harus menjual keahliannya. Seringkali mereka mungkin akan merasa malu, rendah diri, jengah, dan sebagainya.

Membuka Usaha

Bagi yang punya modal lebih, buka usaha bisa menjadi pilihan. Mulai dari toko kelontong, rental komputer atau tempat makan. Untuk menekuni usaha ini harus hati-hati, khususnya soal waktu. Maklum, usaha ini butuh waktu yang banyak. Terutama tahun-tahun pertama. Wah betapa repotnya jika memilih usaha ini. Harus kuliah dan menjalankan usaha yang butuh waktu dan tenaga yang banyak. Usaha ini pas dilakukan saat tugas-tugas kuliah tidak terlalu banyak.

Satu lagi yang harus diperhatikan adalah manajemen, baik ke dalam maupun ke luar yang baik. Manajemen ke dalam adalah bagaimana cara mengelola uang di usahanya, bagaimana cara dia untuk mengatur stok penjualan, dan sebagainya. Sedangkan manajemen ke luar adalah bagaimana cara dia memasarkan dan memperkenalkan usahanya kepada masyarakat luar.

Menjadi Karyawan

Pilihan lain adalah menjadi karyawan. Prinsipnya, sebagai karyawan akan menerima gaji tetap. Tapi banyak hal yang harus diperhatikan, seperti masalah waktu. Pasti tidak ingin, kan, kesibukan sebagai karyawan akan mengganggu kuliahnya? Jadi, bagi mereka yang kuliah hanya di pagi hari, mungkin bisa memilih untuk mencari pekerjaan sebagai karyawan yang hanya bertugas di siang hari. Atau, bagi mereka yang kuliah pagi dan siang, bisa bekerja sebagai karyawan pada usaha-usaha yang berjalan di malam hari, mislanya restoran atau wartel. Prinsipnya, bekerja sebagai karyawan tidak harus dilakukan 8 jam sehari dan tidak harus selalu dilakukan jam 9 sampai 5 sore. Yang namanya usaha kan banyak jenisnya. Bukan begitu?

Network Marketing

Alternatif yang juga bisa dijalankan oleh mahasiswa adalah dengan menjalankan usaha network marketing. Pada network marketing, si mahasiswa itu seperti sedang membuka toko, dan dia bisa mengajak banyak orang di sekililingnya untuk membuka toko juga seperti dia. Seperti layaknya toko, pada network marketing, si mahasiswa bisa mendapatkan penghasilan tambahan berupa keuntungan eceran dari penjualan barang. Selain itu juga bisa mengejar penghasilan lain berupa komisi jaringan. Nah, inilah yang biasanya "diincar".

Enaknya network marketing, si mahasiswa bisa menjalankan usaha ini pada waktu-waktu yang memang dia inginkan. Bukan berarti dia tidak akan sibuk. Dia mungkin akan sibuk, tetapi waktunya biasanya fleksibel. Sudah begitu, modal uang yang dibutuhkan biasanya jauh lebih sedikit.

Mudah-mudahan, dengan Anda menunjukkan artikel ini kepada anak Anda yang mahasiwa, mereka bisa termotivasi juga dalam mencari penghasilan tambahan. Siapa tahu kalau penghasilan tambahannya mencukupi kelak, mereka bisa menabung, dan malah tidak perlu lagi minta uang saku pada Anda. Syukur-syukur malah Anda yang diberi. Bukan begitu kadang-kadang yang kita inginkan?

Salam

Safir Senduk

Perencana Keuangan

ANTARA CINTA DAN UANG

Oleh: Mike Rini

Dikutip dari CBN CyberSHOPPING

Mawar merah, coklat dan candle light diner menjadi semacam ritual wajib untuk merayakan Valentine Walaupun bukan salah satu hari besar nasional karena bisa memberikan kesempatan libur, hari kasih sayang alias Valentine adalah salah satu hari besar terutama bagi pasangan yang biasa merayakannya. Keromantisan memang tidak bisa dipisahkan dari hubungan percintaan dan sudah menjadi kebutuhan dalam membina hubungan dengan pasangan kita. Valentine hanya merupakan salah satu pengesahan saja dari kebutuhan itu.

Hanya saja hubungan pria wanita saat ini sudah banyak mengalami pergeseran nilai. Mau tidak mau kita harus menghadapi kenyataan bahwa dunia semakin materialistis dan setiap orang menjadi semakin individualis. Jaman orang tua kita dulu, masing-masing pasangan sudah memahami secara alamiah saja bahwa laki-laki adalah pencari nafkah dan istri di rumah. Budaya hidup sederhana sesuai dengan kemampuan adalah gambaran hidup bahagia, sehingga bagi tiap pasangan yang akan menikah masing-masing tidak terlalu banyak mempertanyakan bagaimana kehidupan keuangan nanti. Hal ini semakin di dukung dengan budaya tabu untuk membicarakan berbagai kebiasaan penggunaan uang sebelum menikah. Uang masih saja dianggap sesuatu yang jahat dan lambang keserakahan. Begitulah kalau kita takut membicarakan tentang uang, sehingga tidak heran jika kemesraan hubungan antara pria dan wanita bisa berubah 180 derajat setelah menikah, karena begitu banyak kejutan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Salah satunya adalah mengenai kebiasaan penggunaan uang yang sebelumnya tidak diketahui.

Jadi sebelum Anda berdua memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan juga bagi Anda yang menikah, ada beberapa hal tentang uang yang harus Anda tahu sebagai pasangan.

“Jika kita mencintai satu sama lain kita tidak akan bertengkar karena uang“

Berdasarkan pengalaman konsultasi lisan dengan para klien pasangan suami istri, saya bisa mengambil kesimpulan. Uang mungkin saja gak ada hubungannya dengan cinta, tetapi ternyata sangat berhubungan dengan banyaknya pertengkaran Anda. Tidak peduli betapapun besarnya cinta Anda pada suami atau istri. Jika Anda berdua tidak bisa menjembatani perbedaan pandangan tentang uang, dan memaksakan diri mengambil keputusan keuangan yang tidak bisa mengakomodasi perasaan satu sama lain, akan timbul masalah pada hubungan Anda. Cinta ternyata belum dapat mengalahkan segalanya, sebab jika demikian halnya maka tidak pernikahan yang berakhir dengan perceraian. Cintalah yang membawa Anda ke jenjang pernikahan dan menciptakan kemesraan selama beberapa tahun sesudahnya. Namun kehidupan pernikahan seumur hidup membutuhkan lebih dari cinta. Jadi mari kira renungkan sejenak dan pahami beberapa fakta berikut ini :

Bagaimana Anda menghabiskan uang Anda tidak ada hubungannya dengan bagaimana Anda mencintai satu sama lain

Anda berdua memang dibesarkan dengan cara yang berbeda, sehingga cara memperlakukan uang juga berbeda

Apa arti uang bagi Anda tidak selalu sama dengan pasangan Anda

Cara Anda berbelanja mungkin juga berbeda satu sama lain

Fakta-fakta inilah yang terjadi pada kebanyakan pasangan dan membuat perbedaan tentang uang dari Anda berdua. Sehingga sangat wajar jika terjadi pertengkaran karenanya, jadi bertengkar karena uang bukan karena tidak cinta, tapi karena adanya perbedaan tadi.

“Jika kita tidak membicarakan masalah uang, segala sesuatu akan berjalan baik“

Banyak calon pasangan mengira bahwa dengan tidak membicarakan masalah uang maka mereka tidak akan mempunyai masalah keuangan. Faktanya banyak orang menghindari masalah keuangannya dengan mengabaikannya, berharap akan selesai dengan sendirinya. Orang bahkan lebih memilih untuk diam daripada membicarakannya hanya karena takut bertengkar tentang uang. Tetapi bagaimana mungkin mencari jalan keluar dari masalah jika kita bahkan tidak mau membicarakannya. Karena itu jika Anda berdua tidak segera membiasakan diri untuk mulai berbicara tentang masalah uang maka Anda berdua bisa bangkrut. Rejeki memang datang dari Tuhan, tetapi Dia tidak mengirimkannya langsung ke rekening Anda.

Jadi darimana kita mulai ? Jawabanya mudah sekali. Seperti hampir semua aspek kehidupan, maka tempat kita mulai mengelola keuangan kita dengan baik adalah dari rumah. Maksudnya adalah Anda dan pasangan harus segera mulai bebicara tentang uang bersama-sama. Sebab masih banyak pasangan yang segan membicarakan hal ini. Hanya sedikit dari kita yang besar di lingkuanan dimana ke dua orang tua bisa membicarakan masalah uang dengan bebas satu sama lain – bersama anak-anak di meja makan. Akibatnya banyak dari kita tidak tahu cara mengelola keuangan keluarga, bahkan tidak tahu bagaimana mulai membicarakannnya – bahkan dengan pasangan hidupnya sendiri !

Bicara Tentang Uang Bukan Hal Tabu

Fakta bahwa kita tidak dibesarkan dalam lingkungan dimana membicarakan tentang uang adalah tabu sungguh suatu tragedi. Akibatnya banyak masalah perkawinan juga terpicu karena banyak pasangan enggan membicarakan dan cenderung menyembunyikan masalah keuangannya. Akhirnya banyak pasangan yang tidak bisa bekerja sama dalam mengatasi masalah keuangannya. Kalau tidak terpaksa mengikuti kemauan pasangan yang lebih dominan, maka mereka bisa jadi berjalan sendiri-sendiri. Padahal jika tiap pasangan mau bekerja sama, mereka bahkan mendapatkan hasil yang beberapa kali lebih baik daripada jika dilakukan sendiri. Jadi jangan ragu-ragu, apapun tujuan keuangannya, apapun masalah keuangannya, bekerjasama dengan pasangan memberikan dorongan semangat dan sumber ide yang tiada habisnya yang membuat usaha pencapaian tujuan keuangan menjadi jauh lebih mudah.

Salam,

Mike Rini

Perencana Keuangan

MENGGERAKKAN UANG UNTUK MENCARI UANG

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 884/XVI

Banyak diantara Anda, dari dulu hingga sekarang, selalu beranggapan bahwa uang hanya bisa dicari dengan bekerja. Sebagai contoh, Anda atau suami Anda kebetulan lagi bokek sekali. Lalu, Anda berdua berunding, dan akhirnya memutuskan bahwa Anda atau suami harus kerja untuk mendapatkan penghasilan.

Itu memang tidak salah. Bagaimana pun, untuk mendapat uang Anda harus bekerja. Tapi yang salah adalah bahwa kalau Anda berpikir bahwa hanya Anda yang bisa bekerja. Padahal, ada pihak lain yang bisa Anda pekerjakan untuk cari uang dalam keluarga. Siapa dia?

Jika sekarang hanya Anda bekerja, maka Anda bisa minta Suami untuk bekerja juga. Jika Anda sudah punya anak yang dewasa, maka tidak ada salahnya memintanya untuk ikut membantu Anda bekerja.

Selain anggota keluarga, ada sumber penghasilan lain yang Anda bisa minta tolong untuk mencari uang. Siapa dia? Uang Anda sendiri. Betul, uang yang Anda punya sekarang, bisa Anda pekerjakan untuk ikut mencari uang sendiri.

Lho, maksudnya gimana?

Iya, katakan saja pada saat ini suami Anda bekerja. Dari pekerjaan tersebut, suami Anda bisa mendapatkan pemasukan yang rutin sekitar Rp 1,5 juta sebulan. Lalu, katakan saja Anda juga bekerja, dan bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 1 juta per bulan. Jadi, total penghasilan Anda berdua adalah Rp 2,5 juta per bulan.

Dalam perjalanannya, Anda berdua bisa memiliki tabungan yang cukup lumayan. Besarnya - katakan saja - sebesar Rp 20 juta. Uang itu ditaruh di tabungan. Jarang sih dipakai, karena toh untuk pengeluaran bulanan Anda berdua selalu mengambilnya dari penghasilan rutin.

Sekarang pertanyaannya, kalau Anda masih ingat, berapa pemasukan rutin yang didapat untuk keluarga Anda? Jawabannya jelas: Rp 2,5 juta per bulan. Pertanyaan berikut, siapa yang bekerja untuk bisa mendapatkan Rp 2,5 juta per bulan tersebut? Jawabannya jelas: Anda dan suami Anda. Bagaimana kabarnya Rp 20 juta yang Anda punya? Nganggur. Lho, kok nganggur? Ya jelas nganggur, wong cuma ditaruh di tabungan. Bunganya toh nggak seberapa.

Kalau Anda kreatif, Anda bisa memiliki penghasilan tambahan dengan memproduktifkan sebagian dari Rp 20 juta yang Anda punya tadi. Sebagai contoh, Anda bisa memakai Rp 10 juta saja dari uang tersebut untuk Anda investasikan dan mendapatkan penghasilan tambahan yang baru, sama ibaratnya seperti kalau Anda punya anggota keluarga yang ikut bekerja menyumbang penghasilan kepada keluarga.

Masalahnya sekarang, bagaimana menginvestasikan uang tersebut supaya ia bisa menghasilkan pemasukan untuk keluarga Anda? Hanya ada dua jawabannya:

Menginvestasikannya ke Usaha

Menginvestasikannya ke Produk

Kalau Anda menginvestasikannya ke Usaha, Anda mungkin bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan dari situ. Untuk awalnya, sambil tetap Anda melakukan pekerjaan Anda yang utama, Anda bisa menjalankan usaha tersebut dengan mengajak - katakan - anggota keluarga Anda. Lama kelamaan, setelah beberapa bulan misalnya, Anda bisa menyerahkan sepenuhnya pengelolaan usaha tersebut kepada anggota keluarga Anda, sementara Anda tetap bekerja di pekerjaan awal Anda. Dengan demikian, saat ini bukan hanya Anda yang cari uang, tapi juga uang Anda bisa 'digerakkan' untuk cari uang juga. Walaupun mungkin pada awalnya ia tetap butuh bantuan Anda untuk bisa 'digerakkan'.

Selain ke usaha, Anda juga bisa menginvestasikan uang Anda ke produk. Di sini, hasil yang Anda dapatkan mungkin lebih kecil daripada kalau Anda melakukan investasi ke usaha. Tapi, usaha awal yang Anda lakukan untuk menggerakkan uang tersebut untuk mencari uang lagi akan lebih ringan dibanding kalau Anda melakukannya lewat membuka usaha. Umumnya, produk-produk yang bisa Anda pilih untuk bisa membuat uang Anda bekerja mencari uang lagi adalah produk-produk yang minimal bisa memberikan hasil sebesar deposito. Tentunya, kalau Anda bisa mencari produk lain yang memberikan hasil lebih besar akan lebih bagus.

Jadi sekali lagi Bapak Ibu, kalau saat ini cuma Anda dan suami Anda yang bekerja cari uang, mulai sekarang jangan lagi ada anggapan bahwa cuma Anda berdua yang bisa bekerja mendapatkan uang. Tapi juga uang Anda bisa 'digerakkan' untuk mendapatkan uang lagi. Kalau Anda terus yang harus bekerja untuk cari uang, capek dong Bu! Jadi, jangan biarkan cuma Anda sendiri yang bekerja cari uang. Libatkan juga uang Anda untuk bisa cari uang juga. Bukan begitu?

Salam.

Safir Senduk

Perencana Keuangan

EVALUASI KONDISI

PENGHASILAN DAN PENGELUARAN

(Bag.1)

Oleh: Mike Rini

Dikutip dari Danareksa.com

Salah satu kenikmatan yang setiap hari kita rasakan adalah nikmat sehat, namun biasanya sampai sebelum seseorang menderita sakit urusan kesehatan tidak pernah diperhatikan. Bayangkan betapa tidak enaknya jika Anda sakit gigi. Jangankan makan, tidur saja tidak bisa, kalau sudah begitu pelawak selucu apapun tidak akan bisa menghibur. Seorang kawan, juga kelihatan kesal karena sudah ke tiga kalinya sepanjang tahun 2004 ini, pengajuan asuransi jiwanya ditolak hanya karena hasil tes kesehatannya menyimpulkan bahwa pembuluh darah jantungnya mengalami penebalan. Belakangan baru dia menyesal untuk segala junkfood, malas olahraga, apalagi ke dokter hanya untuk tes kesehatan. Seandainya secara berkala dia mengetahui kondisi jantungnya pasti masih ada kesempatan untuk memperbaikinya. Asuransi jiwa yang diidam-idamkan pasti bisa dimiliki sehingga dia tidak perlu khawatir tentang masa depan istri dan anaknya.

Masalah kesehatan memang perlu di nomor satukan, namun bukan saja harus sehat secara fisik, mental tapi kita juga harus sehat secara finansial. Tubuh sehat penampilan oke tapi hutangnya macet dimana-mana akan berpengaruh terhadap kesehatan jiwa juga kan? Tidak enak makan, tidak enak tidur, resah memikirkan biaya sekolah anak atau bingung karena gaji selalu habis itu adalah gejala –gejala dari kondisi keuangan keluarga yang kurang sehat. Masalahnya orang seringkali tidak tahu apakah secara finansial dia sudah sehat atau malah sakit. Apakah dari waktu ke waktu kondisi keuangannya mengalami kemajuan atau kemunduran. Seperti kata pepatah “ Lebih baik mencegah daripada mengobati “, maka mengetahui kondisi keuangan keluarga Anda secara berkala akan memberikan arahan kepada Anda bagaimana menghindarkan diri dari penyakit-penyakit keuangan.

Jika untuk mengetahui kondisi kesehatan tubuh kita, maka dari waktu ke waktu kita melakukan pemeriksan kesehatan ( general check up ). Demikian juga kita sebaiknya melakukan pemeriksaan rutin terhadap kondisi keuangan kita atau dilakukan financial check up secara rutin minimal setahun sekali. Secara umum pemeriksaan kondisi keuangan dilakukan dengan menghitung perbandingan-perbandingan tertentu antara harta dengan hutang, antara pemasukan dengan pengeluaran, dan lain-lain. Selanjutnya hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan ukuran standar kesehatan keuangan keluarga. Apakah hasil penilaiannya dibawah atau diatas standar tentunya akan menjadi dasar kesimpulan kondisi kesehatan keuangan keluarga nya.

Apa saja yang sebaiknya diperiksa?

Pada general check up atau test kesehatan maka darah, jantung, paru-paru, mata, dan bagian tubuh vital lainnya akan diperiksa kondisinya. Jika hasilnya sama atau diatas standar ukuran kesehatan kesimpulannya tubuh kita cukup sehat. Pada financial check up, ada 5 bagian dari keuangan keluarga yang wajib diperiksa, yaitu penghasilan, pembelanjaan, harta, hutang dan investasi.

Berikut ini adalah berbagai alat, cara, atau standar pengukuran yang bisa Anda pakai untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan keluarga Anda :

Penghasilan

Sejalan dengan siklus kehidupan maka pada usia aktif pengeluaran seseorang atau sebuah keluarga akan bertambah terus. Bahkan ketika memasuki masa pensiun pun pengeluaran seseorang akan berjalan terus. Intinya selama kita hidup kita harus mempunyai penghasilan, dan bukan cuma itu saja penghasilan kita juga harus naik dari tahun ke tahun jika kita tetap ingin menikmati gaya hidup seperti sebelumnya atau lebih tinggi dari sebelumnya. Penghasilan yang jumlahnya sama tidak akan bisa mengejar inflasi, sehingga jika penghasilan kita tidak mengalami kenaikan akibatnya Anda harus menurunkan standar hidup Anda. Yang lebih berbahaya jika penghasilan tersebut berkurang atau bahkan terhenti karena sesuatu hal. Bisa jadi hidup Anda dan keluarga bisa lebih menderita dibandingkan sebelumnya. Penghasilan tidak harus didapatkan dari gaji, sebab jika Anda mempunyai usaha maka penghasilan usaha tersebut bisa menghidupi Anda bukan? Penghasilan juga bisa didapat dengan cara berinvestasi dimana dari hasil investasinya bisa memberikan keuntungan yang menjadi pemasukan buat Anda. Jadi tinggal usaha dan kreatifitas yang memungkinkan Anda mendapatkan penghasilan dari banyak sumber, dan tetap mempunyai penghasilan walaupun sudah pensiun.

Untuk menilai apakah penghasilan kita bertumbuh atau tidak, maka dibutuhkan pengukuran tingkat pertumbuhan penghasilan. Tujuannya adalah untuk menilai apakah faktanya penghasilan kita bertumbuh atau menurun dibandingkan laju inflasi. Pertumbuhan penghasilan minimal harus sama dengan inflasi agar Anda tetap dapat mempertahankan standar hidup Anda. Tingkat pertumbuhan penghasilan bisa dihitung dengan rumusan sebagai berikut :

{(Penghasilan tahun ini - Penghasilan tahun lalu) / Penghasilan tahun lalu} X Laju inflasi

Contoh perhitungan :

Misalnya pendapatan tahun ini Rp 100 juta, sedangkan pendapatan tahun lalu Rp 98 juta, dengan laju inflasi saat ini 7%, maka tingkat pertumbuhan sesungguhnya =

{(100.000.000 - 98.000.000)/ 98.000.000} X 7% = 0.0014

Jadi pertumbuhan penghasilan dalam waktu satu tahun adalah 0,14% diatas laju inflasi. Apakah Anda sudah cukup puas dengan tingkat pertumbuhan sebesar itu? Yang pasti semakin besar nilainya maka semakin tinggi pula pertumbuhan penghasilan Anda.

Perhatian ! Jika tingkat pertumbuhan nilainya dibawah nol, maka sesungguhnya terjadi penurunan penghasilan walaupun dalam angka nominal meningkat, tetapi pertumbuhannya kurang dari laju inflasi.

Pengeluaran

Kalau penghasilan mudah sekali berkurang namun susah sekali bertambah, hal ini disebabkan karena lebih banyak faktor luar yang mempengaruhi jumlah penghasilan. Sebaliknya yang terjadi dengan pengeluaran, cara Anda mengeluarkan uang sebenarnya sangat fleksibel, Anda bisa membuat pengeluaran Anda berkurang atau bertambah keputusannya ada ditangan Anda. Bahkan tidak seorangpun yang berhak melarang Anda untuk mempunyai pengeluaran yang lebih besar daripada penghasilan. Tetapi satu-satunya pihak yang akan menderita jika pengeluaran lebih besar dari penghasilan adalah Anda dan keluarga. Sebuah keluarga sebaiknya berusaha agar tidak menghabiskan seluruh penghasilannya, maksimal sebesar 90% saja yang digunakan untuk pengeluaran. Pengeluaran yang dimaksud disini sudah termasuk cicilan hutang, premi asuransi, dan belanja keperluan rumah tangga. Sehingga masih ada sisa minimal 10% yang bisa disisihkan untuk tabungan dan investasi. Semakin kecil jumlah pengeluaran maka semakin besar kesempatan Anda untuk menabung. Apalagi jika Anda tidak mempunyai kewajiban cicilan hutang, seharusnya pengeluaran Anda makin kecil, dan lebih banyak sisa penghasilan yang digunakan untuk ditabung.

Tingkat pengeluaran keluarga yang wajar bisa dihitung dengan rumusan :

(Jumlah pengeluaran periode tertentu)/ (Jumlah penghasilan periode tertentu)

Contoh perhitungan :

Misalkan jumlah pengeluaran tahun ini Rp 37 juta, kemudian jumlah penghasilan tahun ini Rp 36 juta, maka perhitungan tingkat pengeluarannya sebagai berikut :

(37.000.000/ 36.000.000) = 1.028

Jika batasan tingkat pengeluarannya pengeluaran sebuah keluarga maksimal 90% dari penghasilannya, maka nilai sebesar 102,8%, artinya keluarga tersebut memiliki pengeluaran tahun ini lebih besar daripada penghasilan. Akibatnya, sudah pasti terjadi defisit, mungkin kekurangannya diambil dengan mencairkan tabungan atau harta tunai yang lain.

Perhatian ! Berusahalah agar pengeluaran Anda dari waktu ke waktu selalu lebih kecil dari penghasilan agar tidak defisit. Semakin kecil nilai tingkat pengeluaran semakin bagus. Namun pada kondisi dimana sebuah keluarga dengan penghasilan yang kecil namun jumlah tanggungannya terlalu banyak, maka menekan pengeluaran sekecil mungkin bisa menjadi tidak realistis. Kebutuhan pokok hidup seperti belanja sembako bisa terpangkas banyak, hal ini bisa mengorbankan kesehatan fisik keluarga. Pertimbangkanlah untuk melakukan usaha-usaha mendapatkan penghasilan tambahan agar penghasilan keluarga juga meningkat. Sebaliknya jika Anda mempunyai gaya hidup diluar kemampuan Anda maka, maka jangan heran jika tingkat pengeluaran Anda bertambah besar dan kondisi keuangan lebih sering defisit daripada surplus.

( … Bersambung)

Salam

Mike Rini

Perencana Keuangan

EVALUASI KONDISI

DANA CADANGAN DAN HUTANG

(Bag.2)

Oleh: Mike Rini

Dikutip dari Danareksa.com

Minggu lalu kita sudah membahas tentang pentingnya dan bagaimana mengevaluasi kondisi penghasilan dan pengeluaran kita. Namun itu belum semuanya, untuk melakukan financial check up secara menyeluruh ada 3 bagian vital lainnya yang juga harus diperiksa, yaitu Dana Cadangan, hutang dan investasi. Pada bagian II ini marilah kita membahas bagaimana mengevaluasi tersedianya dana cadanagn yang cukup dan juga mengevaluasi kondisi ketergantungan dan kemampuan membayar hutang.

Dana Cadangan

Jumlah harta kekayaan seseorang seharusnya meningkat dari tahun ke tahun, bukannya malah berkurang. Namun orang seringkali menumpuk barang-barang yang disangkanya harta padahal nilainya berkurang terus. Tas, sepatu, busana, barang-barang elektronik, dan lain-lain, betapa seringnya kita menukar uang tunai, menarik dana dari simpanan kita dengan membeli barang-barang yang kita anggap sebagai harta. Bayangkan jika uang tersebut tetap sebagai uang dan simpanan tersebut tidak diambil-ambil sudah berapa banyak harta Anda yang bisa terakumulasi. Tas, baju, sepatu dan barang – barang elektronik dari berbagai butik atau merek terkenal favorit Anda memang sangat menyenangkan. Barang-barang mahal itu bisa jadi harganya langsung turun setengah begitu Anda memakainya. Begitu juga dengan mobil, harganya langsung turun jauh begitu Anda mengendarainya di jalan, padahal harga belinya luar biasa mahal.

Tetapi bisakah barang-barang tersebut membantu Anda saat Anda membutuhkan uang tunai ? Tidak satupun dari barang tersebut bisa segera dirubah kembali menjadi uang dalam hitungan menit. Handphone saja yang katanya paling mudah dijual membutuhkan waktu kurang lebih satu hari untuk mencairkannya, itupun kalau ada pembelinya. Lalu apakah kita tidak boleh bersenang-senang dengan uang kita ? Apakah kita tidak boleh mengubah uang tunai kita menjadi bentuk lain ? Bagaimana dengan produk-produk investasi atau property, bukankah membelinya merupakan suatu cara untuk mengembangkan uang ? Bayangkan jika penghasilan Anda terhenti karena tiba-tiba di PHK atau karena usaha Anda bangkrut. Darimana Anda membayar pengeluran rumah tangga selanjutnya jika tabungan Anda sudah berubah semua menjadi barang-barang komsumtif atau harta yang tidak likuid.

Intinya begini, sebaiknya jangan terlalu banyak menukar uang tunai Anda menjadi barang-barang atau bentuk harta yang lain, jika Anda sama sekali tidak atau belum mempunyai persediaan uang tunai. Hidup ini penuh dengan berbagai kejutan yang kurang menyenangkan, yang menuntut Anda untuk mempunyai persediaan dana tunai yang cukup. Dana cadangan berbentuk simpanan yang tidak membuat Anda kehilangan nilai pokoknya dan mudah di cairkan. Secara umum sebuah keluarga diharapkan bisa menjaga tingkat likuiditas tertentu dari hartanya, dengan cara mempunyai cadangan uang tunai sebesar 3 s/d 6 kali jumlah pengeluaran rutin keluarga per bulan. Semakin penghasilan keluarga tersebut tidak rutin dan tidak stabil maka jumlah dana cadangannya bisa semakin besar tergantung kebutuhan.

Untuk mengukur tingkat tersedianya dana cadangan yang likuid pada sebuah keluarga, berikut ini adalah rumusannya :

Jumlah Harta Likuid/ Pengeluaran keluarga per bulan

Contoh perhitungan :

Jika jumlah harta likuid ( uang tunai, tabungan, deposito, reksa dana pasar uang ) sebesar Rp 10 juta, pengeluaran keluarag perbulan adalah Rp 3 juta maka tingkat likuiditas keluarga tersebut adalah :

10.000.000/3.000.000 = 3.33

Dengan demikian nilai 3,33 adalah bahwa jumlah harta likuid yang bisa menjadi dana cadangan tersedia sebesar 3, 33 kali pengeluaran keluarga perbulan. Artinya jika sampai penghasilan keluarga terhenti, maka masih bisa bertahan hidup selama kurang lebih 3 bulan dengan dana cadangan tersebut sebelum penghasilannya normal kembali.

Hutang

Hutang bukanlah sesuatu yang menakutkan, asalkan kita sanggup mengelolanya maka fasilitas hutang akan sangat membantu kita. Misalnya untuk membeli rumah atau mobil yang harganya mahal, mengambil kredit rumah atau kredit mobil menjadi tidak terhindarkan. Sebaliknya, beberapa hutang lain yang sebaiknya dihindari malah diambil sebab sudah menjadi bagian dari gaya hidup, misalnya kartu kredit. Apapun motivasinya jika Anda sudah mempunyai hutang, penting sekali untuk mengetahui ketergantungan terhadap hutang dan berapa besar kemampuan Anda dalam membayar cicilan hutang. Mengetahui keduanya akan memberi panduan kepada Anda mengenai tingkat keamanan yang wajar dalam memiliki hutang.

A. Mengukur Besarnya ketergantungan terhadap hutang

Jika Anda meminjam Rp 1 milyar kepada seorang teman untuk membuka usaha dengan jangka waktu 2 tahun. Apa daya setelah 1 tahun berjalan usaha tersebut bangkrut, bahkan 3 bulan sebelumnya Anda sudah tidak sanggup lagi membayar cicilannya. Untuk meneruskan cicilan sudah tidak mampu, maka jalan lain adalah berusaha untuk melunasi hutang tersebut dengan menjual harta yang ada. Masalahnya adalah apakah jumlah harta Anda cukup untuk melunasi hutang tersebut. Setiap kewajiban hutang sebaiknya selalu dicover dengan sejumlah harta yang nilainya lebih besar, sehingga jika terpaksa hutang tersebut harus dilunasi, maka Anda bisa melikuidasi aset untuk pelunasannya.

Contoh lain lagi, misalnya Anda baru saja membeli rumah seharga Rp 200 juta dengan KPR dari bank, apakah rumah tersebut milik Anda ? Tentu saja Anda bisa menyebutnya rumah Anda, tetapi belum sepenuhnya menjadi milik Anda. Karena Anda sudah membayar uang mukanya sebesar Rp 60 juta, maka bank juga mempunyai hak atas rumah tersebut sebesar Rp 140 juta dari KPR. Jadi selama kredit rumah belum lunas, maka kepemilikannya dibagi dengan bank.

Ke dua contoh diatas menggambarkan besarnya ketergantungan terhadap hutang sangat berpengaruh terhadap kemampuan melunasi saldo hutangnya secara sekaligus.. Yang penting adalah bagaimana agar secara bertahap ketergantungan Anda terhadap hutang juga semakin kecil. Dan bagaimana caranya agar kita berusaha mengurangi saldo hutang secara berthap agar sewaktu-waktu haru melunasi maka jumlah aset kita cukup untuk pelunasan. Mengukut tingkat ketergantungan terhadap hutang bisa dihitung dengan menggunakan rumusan berikut :

Total Hutang / Total Harta

Contoh perhitungan :

Misalnya jumlah total hutang KPR, kredit mobil, hutang kartu kredit sebuah keluarga mencapai jumlah Rp 500 juta. Keluarga tersebut memiliki jumlah harta berupa rumah, mobil, tabungan, deposito, perhiasan dan lain-lain semuanya sebesar Rp 750 juta. Maka tingkat ketergantungan terhadap hutangnya sebagi berikut :

500.000.000/ 750.000.000 = 0.66

Dengan demikian 66% dari harta kekayaan yang dimiliki keluarga tersebut masih menjadi milik pihak lain, dengan kata lain baru sekitar 33% saja dari harta kekayaan saat ini yang bisa dikuasai. Semakin kecil nilai ketergantungan ini maka semakin besar pula kemampuannya dalam membayar saldo hutang sekaligus dan semakin aman pula kondisi keuangannya. Karena itu harus diusahakan agar nilai ketergantungan hutang dari waktu ke waktu semakin lama semakin kecil

Perhatian ! Nilai ketergantungan terhadap hutang lebih atau semakin mendekati angka 1 atau 100% berarti jumlah kekayaan Anda tidak sanggup menutup hutang Anda, artinya Anda setiap saat bisa bangkrut.

B. Mengukur kemampuan membayar cicilan hutang

Kita juga perlu mengukur kemampuan dalam membayar cicilan hutang. Jangan sampai cicilan hutang kelewat besar sehingga menyulitkan Anda membayar pengeluaran lainnya. Sebuah keluarga diharapkan bisa menjaga cicilan hutangnya hanya sebesar maksimal 30% saja dari penghasilannya pada periode yang sama. Untuk mengukur kemampuan membayar cicilan hutang bisa dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :

Total Cicilan Hutang per bulan / Total Penghasilan per bulan

Contoh perhitungan :

Jika total cicilan hutang per bulan sebuah keluarga (cicilan rumah, cicilan mobil, cicilan kartu kredit, dll) besarnya Rp 6 juta, dan penghasilan keluarga tersebut Rp 10 juta, maka kemampuan keluarga tersebut dalam membayar cicilan hutang yang jatuh tempo adalah sebagai berikut :

6.000.000/ 10.000.000 = 0.6

Artinya 60% dari penghasil;an keluarga tersebut sudah dialokasikan untuk membayar cicilan hutang, sehingga tersisa 40% saja untuk membayar kebutuhan hidup lainnya. Jumlah cicilan hutang tersebut jauh lebih besar daripada yang disarankan yaitu sebesar 30% saja. Akibatnya bisa timbul kesulitan untuk membayar kebutuhan hidup lainnya.

Salam

Mike Rini

Perencana Keuangan

source: Safir Senduk

0 comments:

Post a Comment

blogdup blog directorySocial Media Blogs - BlogCatalog Blog Directory IndoFeed Bookmarking Service